Aku takjub melihat Mr. Carl menaruh hormat teramat sangat kepada pria itu. Mr. Carl mempersilahkanku dan Prince Gavriil memberikan tangannya memintaku menggenggamnya dan tak akan ku siakan kesempatan itu.
Dia mengajakku terbang menuju roof top asrama ini. Aku takjub ternyata dia mempunyai sayap hitam yang besar membentang. Ya jelaslah dia kan separuh malaikat Berly bodoh.
"Apa yang kau pikirkan Princess?"
"Ehh enggg tidak tidak ada, oh ya panggil Berly saja ya?"
"Kalau begitu panggil aku Gavriil juga"
Aku menganggukkan kepala menatap matanya yang sangat dalam menatapku. Dia mencium kedua punggung tanganku bergantian.
"Kau wangi, Ber. Aromamu, harum tubuhmu."
"Wangi apa?"
"Jasmine"
Aku hanya ber 'oh' ria melihatnya yang seolah tak mau melepaskan pandangan dari tanganku yang terus di ciumi olehnya. Geli. Aku menarik tanganku dan di sambut tatapan dingin dari matanya. Marah kah?
"Kenapa?"
"Geli ah" aku masih terkekeh melihat sorot matanya yang seolah ingin menelanku.
"Aku menunggumu selama hampir 200 tahun kau tau? Menunggu takdir mengirim mate untukku. Kau tau betapa kesepian aku?"
"Apa para gadis di kerajaanmu tidak ada yang cantik?"
"Cantik pasti banyak apalagi dengan posisiku pasti semua wanita mengharap tapi aku hanya ingin mate yang dikirim moongoddes untukku. Tapi betapa kagetnya aku saat mate ku adalah anak dari Raja yang hilang."
"Raja yang hilang?"
Lagi-lagi Gavriil mencium punggung tanganku dan menggenggamnya erat. Aku pasrah.
"Apa kau tidak tau jika Ayahmu adalah seorang Raja yang melarikan diri saat kau lahir Princess Berly? Karena konon katanya jika anak pertama seorang perempuan itu adalah hal yang memalukan. Tetapi Ayahmu terlalu gegabah seharusnya bisa dibicarakan dulu dengan petinggi yang lain."
"Ya ya aku tau semua itu Gavriil. Tapi, apa semua orang mengetahuinya?"
"Jelas lah Berly, Ayahmu adalah seorang Raja bukanlah hal yang mudah menyembunyikan sesuatu hal dari para rakyat."
"Ya dan Ayahmu adalah Raja di atas Raja dan anaknya adalah jodohku"
"Maksudmu?"
"Bagaimana ya? Hmmmm aku hanya heran saja kenapa harus kau? Apa aku bisa mengimbangi mu? Aku sungguh takut jika kehidupan ku tidak normal lagi. Banyak musuh."
"Terancam? Aku tidak yakin. Justru musuh-musuh itu yang aku takutkan kepalanya kau tebas."
~~~
Pagi yang cerah, matahari bersinar dengan indahnya. Seperti hati sepasang mate yang sedang berbunga-bunga.
"Hormat saya Pangeran, Yang Mulia Raja memanggil Anda ke ruang makan."
Putra Mahkota itu mengangguk sembari tersenyum kepada pelayan wanita tua itu. Terperangah? Tentu saja. Sepanjang perjalanan menuju ruang makan, Pangeran Gavriil tersenyum tipis yang menemani langkahnya.
Plakkkk.
Dua iblis yang tidak tau aturan memukul kepala belakang Pangeran Gavriil. Siapa lagi kalau bukan Galvin dan Galvia. Adik kandung Putra mahkota.
"Tuh kan, apa ku bilang dia pasti sakit." ucap Galvin.
"Tidak Vin, kakak tidak sakit tapi......" Galvia mengetukkan jari dikening nya "Jatuh Cintaaaa" ucapnya lantang.
"Sudahlah kalian berdua berhenti mengganggu ku"
"Gavriil"
Seorang wanita paruh baya, cantik dan anggun dengan suara mendayu-dayu serta lingkaran halo di atas kepalanya tersenyum ke arah Putra mahkota itu.
Gavriil mencium pipi sang Ratu Ionia yang tak lain adalah Ibunya.
"Apa yang membuatmu begitu bergembira hingga senyummu tak pudar, Putraku?"
"Aku menemukan mate-ku"
Byurrr
Uhuk
Uhukk
Sang Raja Ionia tersedak. Tersedak oleh minuman yang tak bertulang. Sang Ratu mengelus punggung suaminya itu menahan tawanya.
"Siapa dia? Apa dia pantas menjadi mate-mu? Kalau dari kalangan bawah lebih baik di reject saja"
"Cantik gak?" Galvin bersuara.
"Dasar bodoh. Namanya cewek pasti cantiklah" Galvia menoyor pelipis kembarannya itu dengan sendok.
Sungguh 3 orang itu tidak ada sisi sopannya.
"Dia cantik, pintar, mempesona, berani, tidak lemah dan kalian tau? Dia adalah anak dari Raja Leander."
Hhaahhh
Semua yang ada di meja makan menganga tidak percaya berbeda dengan Ibu Galvin yang tersenyum mengelus lengan putra nya itu.
Sementara di lain tempat.

"Terimakasih kepada murid-murid telah sangat membantu dalam acara ini. Sampai jumpa lagi sebulan kemudian. Selamat bersenang-senang hari ini."
Sambutan dari kepala sekolah Xavier academy ini oleh Mr. Hotman Xavier sendiri.
"Berly, dansa yuk."
Berly segera mendekati pemuda yang memanggil nya itu. Lucas. Lucas itu vampire tampan dan menyenangkan hanya saja Berly menganggapnya sebagai sahabat berbeda dengan Lucas yang mati-matian memendam rasa agar bisa selalu di dekat wanita pujaannya itu.

Musik mengalun dengan indahnya, semua murid sudah siap dengan pasangan dansa mereka. Berly dan Lucas larut dalam alunan musik. Sesekali mereka tertawa entah apa yang mereka bicarakan hingga seseorang yang memperlihatkan di atas sebuah pohon tidak tahan dengan gundah di hatinya.
Brakkkkk
Lucas terpelanting ke belakang menghantam panggung petinggi. Berly yang kaget segera menghampiri Lucas, beruntungnya Lucas adalah vampire jika tidak pasti tulangnya sudah patah.
"Astaga Lucas"
Hawa dingin menyeruak ke segala penjuru arah. Aura marah dapat dirasakan semua orang terlebih seorang lelaki dengan sayap hitam lebarnya berdiri di belakang Berly.
"Princess" suara dingin dan bergetar menunjukkan jika dia sedang menahan amarahnya.
"Yang Mulia Pangeran" Berly menyilangkan satu kakinya ke belakang, menekuk lutus dan menganggukkan kepalanya perlahan.
"Princess Berly, kemarilah"
"Taa tapii pangeran temanku sed awww"
Gavriil menarik lengan Berly kasar.
"Kau tidak boleh kasar dengannya"
Lucas menggenggam kerah jubah Gavriil, lupa jika di hadapannya adalah seorang penguasa.
Brakkk
Dengan satu gerakan, Lucas terhempas ke arah susunan meja dan kursi.
"Tak ada satupun yang boleh menyentuh mesra Berly-ku. Dia milikku dan hanya aku yang boleh menyentuhnya. Karena dia adalah mate-ku. Camkan itu."
Semua mata yang menyaksikan kegaduhan itu sontak terkejut dengan pengakuan pangeran kegelapan itu. Apa jadinya dunia jika mereka berdua yang memimpin? Dua orang yang sama-sama tidak mengenal ampun.