Chereads / CLASH OF THE CLANS / Chapter 6 - Part 6

Chapter 6 - Part 6

Perlahan tapi pasti kami berciuman dengan lembut dan dalam. Beginikah rasanya berciuman? Rasanya menggairahkan, seperti ada kupu-kupu yang keluar dari perutku. Geli.

"Aku mencintaimu, Princessku"

~~~~~~~

Aku keringat dingin saat Daddy dan Mommy gadis pujaanku menatapku tak henti-hentinya. Beginikah rasanya? What the hell !!!

"Apakah Anda yakin Yang Mulia Pangeran? Bukankah Peri dan Iblis tidak pernah ada dalam situasi seperti ini? Saya yakin Anda pasti lebih paham."

"Saya juga tidak tau mengapa moongoddes memberi takdir seperti ini"

"Saya takut akan terjadi benturan klan Yang Mulia, cobalah mengerti."

Ku tatap gadis di sebelahku yang sibuk memijit-mijit jemarinya dan menunduk dalam dengan mata yang berair. Sedih?

Ku elus surai nya yang panjang, halus dan berwarna warni kadang putih kadang hitam kadang blonde sesuai suasana hatinya. Kekuatan fairy yang unik.

"Saya berjanji padamu Raja, akan menjaga Putrimu dengan sangat hati-hati. Sekali lagi, ijinkan saya membawanya ke istana Ayah di tanah Immortal."

Ratu Cassandra terisak menghampiri anak gadisnya yang mulai larut dalam kesedihan itu.

"Kau janji ya sayang, akan mengunjungi kami di sini. Mom sangat menyayangimu"

Daddy belahan jiwaku ikut berdiri memeluk anak gadisnya sebentar, kemudian menatapku. Memberikan tangan mulus itu ke dalam genggaman tanganku.

"Jaga dia baik-baik. Kekuatan Berly sedang di atas awan dan masih labil. Bila sedikit saja kau membuatnya sakit hati, kau dan seluruh orang yang ada di istana sana akan menyesal, Pangeran."

Aku mengangguk mantap walau sekalipun aku tak pernah melihat Berly mengeluarkan kekuatannya, kecuali warna rambut nya yang berubah dan seluruh makhluk di alam berpihak padanya.

Setelah melewati portal dua dunia ini, kami sangat menikmati waktu ini, berjalan kaki tanpa menggunakan sayap, saling menggenggam, saling berbagi cerita. Berly yang bahagia rambutnya akan berwarna blonde seperti emas.

Berly yang sedih rambutnya akan berwarna putih ke abu-abuan. Berly yang santai rambutnya akan berwarna hitam.

Entah apa yang berbeda dari dirinya hingga sepanjang perjalanan, peri-peri di dalam hutan berkeliaran seolah menyambut kami. Kupu-kupu terbang dengan selarasnya mengiringi langkah kami. Bunga-bunga bermekaran mengeluarkan aroma semerbak yang begitu wangi. Sungguh kau mengagumkan Princess.

"Silahkan masuk Pangeran Gavriil."

Pengawal segera membuka gerbang istana megah Ayahku. Seketika semua mata memandang ke arahku. Tidak. Tepatnya, di sisiku. Sisi sebelah kiri. Ada apa?

"Kakaaakkkkkkk"

Galvia berlari menghambur seperti ingin memelukku. Tidak, bukan ingin memeluk tapi bersembunyi di balik badanku dan gadisku ini.

"Kakakkkk tolong aku, seseorang ingin membunuhku."

Takkkk

"Aww sakit kak"

Takkkk

Ku jitak kepalanya sekali lagi karena aku rasa anak ini tidak tau aturan.

"Sayang, kau kasar sekali" Gadis di sebelahku yang dari tadi terbengong tiba-tiba berbicara sambil mengelus kepala adikku yang bodoh.

"Sayang? Hoh apa jangan-jangan dia ....."

telunjuk Galvia mengarah ke wajahku dan Berly. "Kakak iparrrrrr kyaaaaaaa"

Berly mengusap telinganya mungkin sakit mendengar lengkingan suara Galvia yang satu frekuensi dengan siren. Suara yang memekikkan telinga.

Aku membentangkan sayap besarku, memeluk Berly dan membawanya terbang menuju kamarku di istana ini.

Samar-samar ku dengar suara lengkingan Galvia di bawah sana memanggil-manggil Ayah dan Ibu. Suaranya sungguh mengalahkan petir.

Hap

"Turun" ucapku

Gadis ini malah mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di dadaku dalam-dalam. Lah?

"Aku takut."

"Takut apa sih?"

"Takut nanti aku di apa-apain. Ini kan di kamar"

Astaga. Bisa-bisanya dia berfikiran seperti itu.

"Aku tidak seperti itu, mate. Tapi jika aku ingin mencium bibir manismu boleh kan?"

Dia mengangkat wajahnya menatapku dan lepas dari gendonganku. Aku pikir dia akan lari justru malah memeluk leherku dan menciumku. Dasar gadisku mulai nakal. Aku mengangkatnya ke pagar balkon dan mulai melanjutkan ciuman panas itu.

"Astaga Putraku, apa kau tidak bisa melakukannya di dalam??!!"

Hahh. Ayah.

"Sedang apa Ayah terbang kesini? Kenapa tidak mengetuk pintu?"

"Ini kan istana Ayah ya suka-suka Ayah mau masuk lewat pintu yang mana."

Astaga Ayah. Kau benar-benar Iblis terkutuk. Lihatlah gadisku yang malu hingga menutup kedua wajahnya dengan dadaku.

"Apakah menantuku ini malu?"

Pertanyaan macam apa itu.

"Astaga Ayah, bisa kah kau menyingkir? Mengganggu saja. IBUUUUUUUUUUU" Teriakku.

Sebenarnya tanpa aku teriak pun Ibu sudah mendengarnya karena aku tau Ibu sedang berdiri di depan pintu kamarku.

Kekehan pelan terdengar dari arah belakangku.

"Suamiku, kenapa kau bersikap seperti itu. Ck. Turun lah dan berhenti mengganggu Putramu yang sedang kasmaran"

Memang Ibu yang terbaik. Tanpa banyak alasan Ayah langsung terbang turun ke bawah menjauhi kamarku. Semoga.

"Apakah gadis cantik di sana tidak ingin mengenalkan dirinya ke Ibu?" suara Ibu yang lemah lembut bagai melodi membuat Berly mengintip dari balik tanganku.

"Pergilah" bisikku mengecup lembut telinganya.

Sayapnya yang indah membuat Ibuku takjub. Warna biru berpadu dengan kuning kemudian hijau dan bercampur dengan warna lainnya. Abstrak tapi indah.

"Hormat saya Ratu, nama saya Berly. Saya anak dari..."

"Aku sudah tau, anakku. Bolehkan aku pinjam tanganmu. Aku ingin melihat apa tujuan dari moongoddes menjadikanmu sebagai separuh jiwa anakku."

Ya. Ibuku memiliki kemampuan seperti itu memang. Seperti peramal handal mengetahui masa depan setiap orang tetapi kata Ibu itu semua bisa berubah seiring berjalannya waktu dan kejadian-kejadian setiap hari.

"Oh tidak. Astagaaaa demi Sang Fajar"

Ibuku menggelengkan kepalanya, terkejut dengan apa yang dia lihat. Mungkin.