Chereads / CLASH OF THE CLANS / Chapter 8 - Part 8

Chapter 8 - Part 8

"Christoffff, siapkan pedang."

~~~

"Cih, 10 lawan 1? Terlalu sedikit sayang ku."

"Apa kau takut?" tanya Gavriil.

"Apa aku boleh membunuh mereka?" balas Berly.

Prince Gavriil menggeleng melihat tingkah laku mate-nya itu. Biasanya para lelaki mendapatkan mate yang lemah, selalu mengalah dan meminta perlindungan kepada si lelaki. Tapi ini? Sungguh tak habis pikir.

Bughhh

Tendangan di layangkan oleh Princess Berly ke salah satu dari 10 prajurit yang mengepungnya menandakan permainan di mulai.

Sringg

Sreeng

Hap

Hya

Dengan lincahnya gadis itu memutar tubuhnya ke kanan dan melayangkan pedang di tangan kirinya menahan pedang yang hampir mengenai tubuhnya sementara tangan kirinya tak diam. Ujung pedang di genggamannya di pukulkannya ke perut salah satu prajurit yang berbadan besar itu. Gadis itu tak pantang menyerah, sementara Prince Gavriil dan Chfistof menikmati pemandangan yang jarang-jarang seperti ini. Bahkan Galvia pun tidak suka bermain pedang katanya untuk apa punya dua saudara laki-laki bila tak berguna melindunginya. Sungguh?

Melalui ekor matanya, Princess Berly dapat melihat seorang wanita setengah berlari ke arah lelakinya, menubrukkan badan dan mencium bibir lelakinya. Apakah Princess Berly mendidih? Tak lah emangnya aer.

Ok.

Marah? Tentu saja tapi dia harus tetap menjaga sikap. Princess Berly mengangkat pedangnya ke atas yang berarti menyudahi permainan pedang itu. Para prajurit membungkuk hormat.

Christof yang sedari tadi melihat pemandangan yang menjijikkan itu mendadak terkejut melihat mate pangerannya berjalan mendekat dengan santainya. Senyum terukir tetapi mata nya menatap dua insan itu. Walaupun Gavriil tidak membalas ciuman wanita itu atau memeluknya tetapi dia juga tidak berontak. Hanya diam mematung. Membuat Berly kecewa.

Berly menarik tangan Gavriil dengan sisa tenaganya yang telah terkuras untuk bermain pedang tadi.

Cup

Berly mencium bibir tebal mate-nya itu. Memeluk leher lelakinya itu dengan tangan kanannya yang masih setia menggenggam pedang panjang nan tajam itu. Kesadaran menghampiri Gavriil. Dia memeluk pinggang ramping kekasihnya dengan tangan kiri sementara tangan kanan menangkup pipi gadis nya itu. Sementara Christof menunduk melihat rerumputan di bawah sepatunya. Dia juga ingin, hanya saja moongoddes belum memberikan mate untuknya. Poor Christof.

"Gavriil" teriak wanita yang di acuhkan itu.

Sementara yang di panggil tak bergeming sedikit pun masih tetap setia menikmati bibir manis gadisnya itu. Berly yang menangkap sosok wanita yang sedang kesal itu mengambil belati yang selalu dia bawa dan

Srettt

Wanita itu berdarah, belati tajam Berly menggores lengan wanita itu membuatnya meringis.

"Sayang, kau tak boleh begitu" ucap Gavriil menyudahi pelumatan bibir itu.

"Kau membelanya?"

"Tidak, tapi kita juga harus menghormatinya."

Berly terkekeh mendengar penuturan lelaki tampan di depan matanya "Menghormati katamu? Apakah dia menghormati ku? Oh iya ya kau kan tak menolak ciumannya, apakah enak? Apakah bibirnya lebih enak dari bibirku sehingga kau mematung Yang Mulia?"

"Dia itu Putri dari Ratu Saba"

"Aku tak peduli, kau itu milikku, tak satupun wanita yang boleh menyentuh mu kecuali Ibumu dan Galvia. Aku tak suka sikapmu yang sok kasihan"

Berly melempar pedangnya asal. Dia berjalan cepat, sementara Gavriil masih berdiam diri di tempat memikirkan apakah dia salah bicara sehingga gadisnya tersulut amarah.

Seketika angin bertiup semakin kencang, langit menggelap dan suara petir menggelegar hebat membuat para penghuni istana kaget bukan main.

"Apa yang terjadi kakak?" tanya Galvia dengan tergopoh-gopoh menuju pintu utama.

"Dimana Ayah?"

"Di kamar dengan Ibu dan Galvin."

Dengan langkah besar nya Gavriil menghampiri Ayah dan Ibunya sementara Galvia melongo tak percaya dengan kakak nya. Di tanya apa jawabnya apa. Christof tersenyum melihat tingkah gadis di hadapannya ini. Manis sekali ketika sedang marah.

"Kau. Kenapa kau tersenyum!!?" Galvia menunjuk Christof dengan hari telunjuknya.

Christof menggenggam jari itu dan mencium punggung tangan Galvia.

"Kau sangat manis bila sedang marah, Putri."

~~~

"Jadi Ayah aku harus bagaimana?" Gavriil berlutut di hadapan singgasana Ayahnya.

"Jangan egois kakak, aku tau kau hanya diam mematung saat Alina menciummu." ucap Galvin.

Praangggg

Sebuah pot bunga terlempar ke arah samping Galvin dan dia hanya diam saja. Sudah biasa, jika kakaknya sedang tak enak hati pasti melempar apa saja.

"Minta maaflah" ucap wanita yang kecantikannya tak termakan waktu itu.

"Jangan egois kau Gavriil, apa kau ingin istana ini hancur karena angin yang kencang ini?"

"Tapi kenapa bisa?"

Raja iblis itu memijit pelan pelipisnya, melihat tingkah Putra Mahkota nya yang tengah gila.

"Bodoh jangan di pelihara. Mate-mu itu Ibunya Demigod dan Ayahnya Raja fairy. Pasti kekuatannya melebihi kekuatanmu, bodoh"

"Suamiku, kata-kata mu itu tak pantas"

"Biar saja sayang, Putra kesayanganmu itu entah otak nya di simpan di mana. Cepat kau minta maaf Gavriil!!!"

~~~

Dasar ya laki-laki itu emang egoisnya tingkat dewa. Udah salah gak mau minta maaf lagi. Wkwkwkwkwk.