Cuaca nya lagi panas tapi hujan,
membuat resah cucian yang menumpuk.
Ku menangisssss....
.
.
.
.
.
Hingar bingar pesta panen ini sangat meriah, alunan melodi yang memenuhi halaman membuat beberapa pasangan sedang berdansa dengan gemulai di bawah cahaya bulan.
Sedangkan di satu sisi, seorang gadis tengah mati-matian menahan bosan yang mendera. Bagaimana tidak? Sang kekasih menariknya dari Lucas dan mengajaknya berkeliling berkenalan dengan orang penting dari kerajaan lain. Menyebalkan.
"Kau tak perlu mengenalkanku pada semua orang, Pangeran. Kakiku lelah berkeliling" gerutu Berly.
Kakinya menghentak tanah sedangkan bibirnya mengerucut membuatnya semakin menggemaskan di mata kekasihnya.
Gavriil mencubit pelan kedua pipi kekasihnya, "Lucu sekali, kekasihku ini"
Berly yang terlihat begitu menawan malam itu mendaratkan bokongnya di sebuah kursi panjang di pojokan istana. Gavriil menyusulnya. Jemarinya bertautan dengan gadis yang menjadi mate nya itu.
"Demi apapun, aku akan memberikan nyawaku sekalipun untukmu, mi amor"
"Dasar perayu"
Tangan Gavriil menelusup menyisir leher putih gadis di hadapannya itu. Mendekatkan wajahnya yang tampan ke wajah cantik gadisnya itu. Bulu mata tipis yang lentik, hidung kecil yang mancung, bola mata yang indah serta bibir yang berisi itu seolah selalu menggodanya.
Dua benda kenyal yang saling menyentuh itu, berubah menjadi lumatan yang hampir panas kalau saja tidak ada yang mengganggu.
Gavriil tersenyum di sela-sela lumatannya saat melihat beberapa belati emas melesat ke arah punggung gadisnya, namun seketika belati emas itu hancur lebur. Belati emas berfungsi untuk melemahkan kekuatan klan fairy.
Berly yang menyadari hal itu segera menyudahi kegiatan itu. Matanya menatap bibir pasangannya yang masih tersenyum itu "Ada apa?"
"Ada nyamuk kecil yang ingin bermain-main denganmu, amor" Gavriil memainkan ujung rambut kekasihnya itu, "Wangimu sangat memabukkan sayang,"
Berly jengah dengan kelakuan Gavriil yang tak henti-hentinya merayu, "Oh ayolah sayang, aku ingin bermain-main dengan mereka" rengek Berly.
"Hmm, begitu? Baiklah, aku akan membiarkanmu tapi aku tetap mengawasimu" Gavriil mengecup pucuk kepala gadis yang di cintainya itu sebelum dia melenggang pergi dari sana.
Lagi, sebuah belati emas meluncur dengan cepat ke arah Berly. Gadis itu dengan sigap menangkap belati itu tanpa tergores, kemudian bibirnya merapalkan sebuah mantra yang akan membuat si pemilik belati itu mendekat ke arahnya.
"Siapa kau?" ucap Berly.
Seorang lelaki matang dengan paras menawan terhenti di hadapan Berly setelah terseret paksa oleh mantra yang di rapalkan gadis itu.
"Aku tidak terkejut jika kau mempunyai kekuatan penyihir" ucap lelaki itu.
"Apa maumu?!"
"Tidak ada. Aku hanya mengikuti perintah Ratuku untuk melukaimu."
Berly menaikkan satu alisnya, "Liora?"
"Lancang sekali mulut indahmu itu memanggilnya dengan nama!!"
Berly tertawa anggun, telapak tangan kanannya menutupi tawanya. Tapi seperkian detik kemudian wajahnya berubah. Dia mengeluarkan sayap yang akan membuat semua orang terpukau.
"Aku bisa meratakan kerajaan itu jika aku mau. Tapi aku tidak ada urusan dengan kalian. Tapi jika Liora ingin berurusan denganku?? Baik, kita akan bermain sebentar."
Princess Berly membentuk sebuah pola di udara dengan jari telunjuknya, merapalkan sebuah mantra dan meniupkannya ke pola yang terbentuk itu. Seketika pola itu menyebar ke seluruh klan fairy yang berada di pesta itu. Dada mereka terasa amat sakit, seperti ada pisau yang menancap. Para hadirin yang tidak tau menahu berteriak dan segera berlari masuk ke dalam istana.
Keadaan halaman menjadi lapang, hanya tersisa klan fairy yang sedang terduduk sambil memegang dada mereka, beberapa dari mereka bahkan batuk darah.
Dari kejauhan nampak seorang wanita bermahkota menghampiri para bawahannya yang entah dia tak tau kenapa. Berly berjalan dengan angkuh, wajah bengisnya di perlihatkan kepada semua orang bahkan aura sengaja ia keluarkan. Aura berwarna abu-abu pekat terlihat di sekitar tubuh Berly.
"Kalau kau ingin membunuhku, Bibi. Kau harus lebih kuat dariku."
Liora geram mendengar perkataan kemenakannya itu sementara para klan fairy yang berada di dekat mereka sontak terkejut dengan perkataan gadis cantik nan kejam itu.
Liora menggerakkan kedua tangannya dan beberapa bola api melayang menyerang Berly. Gadis itu menghindar, namun naas karena salah satu bola api mengenai lehernya.
Panas dan perih, itu yang gadis itu rasakan. Namun dia berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Gavriil yang memperhatikan dari jauh, seketika geram saat lehernya juga merasakan panas. Berani sekali mereka, batin Gavriil.
Dengan gagahnya, Gavriil melompat dari kamarnya ke tengah-tengah dua orang yang sedang saling memandang itu.
"Ada apa ini?" tanyanya pura-pura tidak tahu, Gavriil menjentikkan tangannya di udara dan seketika klan fairy yang kesakitan tak merasakan sakit lagi.
"Yang Mulia, bagaimana bisa engkau lengah membiarkan makhluk hina itu masuk ke negara kita?" telunjuk Liora mengarah ke Berly membuat Berly hanya tersenyum sinis.
"Siapa yang hina?" Gavriil berjalan dengan senyumnya yang menawan mendekat menuju wanita pujaannya itu. Pangeran itu langsung meraih pinggang ramping Berly dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang tengkuk Berly agar mendongak ke arahnya. Pangeran Gavriil meletakkan bibirnya di atas bibir Berly. Bibir yang selalu membuatnya ketagihan. Semua hal yang dilakukan Pangeran itu sontak membuat para tamu undangan di sana terkejut, kecuali mereka yang sudah mengetahuinya.
"Makhluk yang kau katakan hina ini adalah ..... Calon Ratu di kerajaan ku, Liora" Gavriil mengeraskan suaranya agar semua orang mendengar.
Berbeda dengan Gavriil yang bangga setelah mengumumkan hal itu, Berly memerah mendengar kekasihnya menyebutnya sebagai calon ratu.
"Tapi Yang Mulia, bukankah hal yang tabu jika Iblis dan Fairy bersama?"
Pertanyaan yang terlontar dari mulut sesorang itu sontak membuat ricuh para tamu undangan karena memang aturan dari tetua agung seperti itu. Mereka semua berdiri memandang sepasang kekasih yang amat serasi itu.
Gavriil geram, dia sangat benci topik ini. Dia tidak tau apa tujuan moongoddes mempersatukan mereka. Tapi dia juga tidak akan membiarkan jika ada orang yang berniat memisahkan mereka. Aura penguasa menguar di seluruh tubuh Gavriil. Aura yang membuat semua orang takut.
"BERLUTUT" teriak Gavriil.
Seketika semua orang yang berada di pesta itu berlutut, kecuali Raja Daren dan Ratu Miray yang melihat dari balkon kamar mereka, serta Princess Berly yang berdiri di samping Gavriil.
Pangeran Gavriil memutar tubuhnya sembilan puluh derajat, begitupun Princess Berly.
Lelaki tampan itu menggenggam kedua tangan Berly, "Entah apa yang direncanakan moongoddes mempersatukan kita. Tapi aku bersyukur karena di berikan mate sepertimu, amor. Aku akan menjagamu dan melindungimu serta membahagiakanmu. Dan jika ada dari mereka yang tak suka dengan kita, aku akan membasminya." Gavriil mengecup singkat kening Berly kemudian tatapan matanya tenggelam ke dalam mata indah Berly, "Jadilah Ratuku, Princess Berlyvie Dwight Demetria"
Berly tergagap, dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Air matanya mengalir pertanda bahagia. Berbagai makhluk suci dari berbagai negara pun entah sejak kapan melihat kebahagiaan itu. Aura bengis Berly perlahan luntur tergantikan dengan aura merah muda lembut yang membuatnya bertambah cantik. Dia sudah tidak perduli lagi dengan Liora. Tujuannya ke negara ini bukan untuk merebut tahta, melainkan adalah lelaki tampan di hadapannya ini.
"Ya. Ya aku mau My Lord."
Jangan lupa vote.