Chereads / CLASH OF THE CLANS / Chapter 15 - Part 15

Chapter 15 - Part 15

Semilir angin menerpa wajah Princess Berly. Princess yang merupakan anak kandung dari seorang Raja Fairy pada kala itu. Hingga sang Raja memilih pergi meninggalkan kerajaan dan rakyatnya bersama sang istri demi menyelamatkan anak perempuannya.

Konon katanya, jika seorang Raja menikah dan memiliki anak perempuan itu akan menjadi bencana besar. Bencana yang akan mampu meratakan tanah negara Immortal.

~~~

"Kita akan menyerang kerajaan iblis itu dua minggu lagi. Persiapkan semuanya."

"Baik, Jenderal."

"Kita butuh senjata khusus sepertinya"

Para prajurit utama hanya terdiam mendengar penuturan sang Jenderal di hadapannya, para prajurit menoleh ke arah Ratu yang berdiri di belakang jenderal.

"Kita harus menggunakan belati yang terbuat dari air mata para hewan suci" ucap sang Ratu.

"Ta.. tapi Ratu, belati itu kan, belati itu kan ada di hutan morgeliz"

"Ya. Dan kau akan mengambilnya Kuzo, aku tak terima kegagalan"

Sang Ratu yang angkuh itu mengibaskan jubahnya membuat sang Jenderal geram.

"Jangan berencana menghianatiku," sang Ratu menoleh sedikit, "atau anak dan istrimu yang akan menanggung akibatnya"

Dialah Ratu Liora, adik dari Raja Leander. Ratu Liora selalu tamak akan kekuasaan, dia marah kepada kedua orangtuanya karena menurutnya orangtuanya hanya menyayangi Leander. Padahal menurutnya, kekuatannya cukup hebat daripada kakaknya. Tapi Ratu Liora tak pernah sadar, jika kekuatan saja tidak cukup untuk menjadi seorang pemimpin sebuah kerajaan.

~~~

Berly tengah berdiri di hadapan cermin yang menampilkan keseluruhan tubuhnya. Dia merasa ada yang aneh dengan cermin di kamarnya ini. Dia merasa ada sesuatu yang menarik dirinya untuk menyentuh cermin di hadapannya itu.

Tangan kanannya terulur untuk menyentuh cermin di hadapannya ini, hingga sesuatu menyentaknya menjauhi cermin itu.

Ya. Kekasih hatinya berhasil menarik Berly dari cermin itu.

"Berly!" pekik Gavriil.

Pasalnya, tatapan mata Berly kosong. Pupil matanya membesar dan membuat keseluruhan matanya berwarna hitam. Tanpa menghiraukan seruan Gavriil, gadis cantik itu berjalan pelan ke arah cermin itu.

Di telinga Berly, hanya suara cermin itu yang memintanya untuk datang kepadanya. Entah kenapa Berly merasa tangan dan kakinya serta pikirannya tidak sejalan dengan jiwanya. Dia merasa berada di dalam suatu tempat yang gelap.

Berly menyentuh cermin besar itu dengan jari telunjuknya dan seketika cermin itu membentuk sebuah guratan akan retaknya ia. Cermin pun pecah menimbulkan suara yang memekikkan telinga bersamaan dengan itu Berly teriak histeris merasakan sakit di kepalanya.

Gadis itu terduduk di lantai menutupi telinganya dengan telapak tangannya. Jiwa Berly merasakan ada tangan kokoh yang menariknya ke dalam rengkuhan yang hangat. Tapi rasa sakit yang terasa di kepala dan dadanya membuatnya sangat kesakitan.

Dia bisa mendengar suara Gavriil yang terus saja menyebutkan namanya. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang dingin dan lembut menyentuh bibirnya. Itu bibir Gavriil, dia bisa merasakannya. Samar-samar dia melihat cahaya berwarna merah membentuk sosok seperti dirinya berlari ke arahnya dan cahaya itu masuk ke dalam tubuhnya.

Berly tersentak. Pandangannya menyapu lantai yang penuh serpihan cermin. Berly tersentak lagi saat seseorang memeluk dirinya dari belakang. Mata gadis itu menyapu seluruh ruangan, dia melihat Raja dan Ratu terengah-engah sedang sang Ratu menitikkan air mata. Para pelayan dan juga Christof.

"Amor"

Bisikkan di telinganya itu membuat Berly mengedipkan matanya. Perlahan dia membalikkan tubuhnya, melihat sosok lelaki tampan yang sedang menitikkan air mata dengan hidungnya yang memerah.

"Sayangg...ohh" Berly memeluk erat Gavriil. Menumpahkan segala ketakutan saat dia berada di kegelapan tadi.

"Semua akan baik-baik saja amor," Gavriil mengusap air mata Berly yang membasahi jempolnya itu, "akan baik-baik saja" ulang Gavriil.

~~~

"Kalian harus menyatukan diri, My Lord" ucap Mr.Carl.

Mr. Carl datang tergesa-gesa saat dia di telepati oleh Christof tentang keadaan Princess Berly.

"Kau belum melakukannya, putraku?"

"Itu akan menyakitinya Ayah, aku tak mau"

"Sayang, semua itu di lakukan demi kebaikan kalian."

Berly yang tak mengerti dengan apa yang sedang di bicarakan mereka pun hanya terdiam.

"Berly? Apa pendapatmu?" tanya Raja Daren.

"Tentang?"

"Penyatuan diri, menantuku"

"Aku tak mengerti Yang Mulia"

Daren hanya mendenguskan napasnya kasar. Dia mengusap wajahnya pelan. Astaga.

"Melakukan hubungan suami istri. Ini demi kebaikan kalian berdua. Banyak yang mengincar mu, menantuku. Aku hanya ingin dirimu bisa menghalau semua jenis sihir yang ada. Apalagi jika kau langsung mengandung, maka anakmu akan menjadi perisaimu."

Pipi Berly merona, pandangan matanya menatap Gavriil yang  berdiri tak jauh darinya. Gavriil yang melihat dari ekor matanya hanya bisa gemas melihat kemerahan pada pipi kekasihnya yang nampak jelas itu.

"Tak perlu sevulgar itu Ayah" peringat Gavriil.

"Apanya yang vulgar? Ayah hanya mengatakan agar kau berhubungan cepat dengan kekasihmu itu dan segera menghasilkan anak. Vulgar itu jika aku mengatakan kau harus melakukannya hingga pagi dengan berbagai gaya yang nikmat"

Ratu Miray menatap suaminya tak percaya, situasi sangat canggung saat ini. Mr. Carl hanya menunduk, sedangkan Berly menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.

Ratu Miray menarik sang suami menyeretnya keluar dari kamar putranya itu.

~~~

Princess Berly dan Pangeran Gavriil keluar dari kamar mereka, karena saat ini pelayan sedang membersihkan kamar mereka dari kekacauan ini.

Sepasang kekasih itu berjalan melewati lorong-lorong dan memasuki area taman yang di penuhi oleh berbagai macam bunga.

Bunga tulip putih mendominasi taman ini, itu karena Ratu Miray sangat menyukai bunga yang melambangkan ketulusan itu.

Berly mendaratkan bokongnya di rerumputan, menyandarkan kepalanya ke dada bidang Gavriil yang duduk di belakangnya. Para prajurit yang sedang berlatih, melirik terang-terangan ke arah sepasang kekasih itu. Pandangan itu pun tak luput dari para penjaga yang berada di seluruh penjuru istana. Tapi sepasang kekasih itu membutakan mata mereka. Yang mereka tau, mereka di taman b e r d u a.

Matahari sedang berada di titik sembilan, menyorot sepasang kekasih itu dengan malu-malu karena terhalang oleh langit yang senantiasa mendung.

Pangeran Gavriil memeluk Princess Berly dari belakang, sementara Berly sibuk memainkan jemari Gavriil yang berada di pinggangnya.

"Apa ada ritual khusus untuk penyatuan?" Berly membuka suaranya.

Gavriil menaikkan sebelah alisnya yang pasti tak di lihat oleh kekasihnya itu, "Tidak ada. Hanya yaaaa.....kau akan merasakan sakit berkali lipat karena saat berhubungan, sisi Iblis kami yang akan muncul."

Berly memutar tubuhnya sembilan puluh derajat sehingga posisinya menyamping saat ini.

"Benarkah?Aku tak pernah melihat itu dari sisimu."

"Karena kau tak pernah terluka, amor"

Berly mengernyitkan dahinya. Jadi, maksudnya jika suatu saat dia terluka maka jiwa Iblis Gavriil akan datang, batin Berly.

"Apa kita harus melakukannya sekarang?" tanya Berly.

"Se sekarang?? Kau yakin sayang?" gagap Gavriil.

Pipi Berly merona, wajahnya memerah. Bibirnya mengulum senyumnya, sedangkan Gavriil hanya tertawa pelan melihat perubahan kekasihnya itu.

"Aku bisa menurunkan hujan, jika kau setuju." Berly memamerkan senyum manisnya kepada Gavriil.

"Sungguh? Aku tak akan bisa berhenti jika sudah memulai kau tau?"

Berly mengangguk kepalanya. Dia tau, kekasihnya itu selalu menahan hasratnya saat mereka sedang bersama. Jadi, mungkin inilah saat yang tepat baginya untuk bercinta.

Uhuyyyyy wkwkwkwkwwkwk,,

Next part bakal 21+

Jangan lupa vote.