"Gaaavv" Berly memanggil Gavriil dengan suara seraknya. Tubuhnya sama sekali tidak bisa di gerakkan. Kaku.
"Gaavvv" tetap saja Gavriil tak kunjung datang ke dalam kamar. Kemana dia? Di saat kekasihnya membutuhkannya seperti itu.
"Berly," Berly terdiam. Ia seperti kenal dengan suara lembut yang terdengar di telinganya. "Ber..... Berlyvie"
Itu Lucas.
"Lucasss" lirih Berly. Kepala Berly menoleh sedikit. Dia ingin bangkit tetapi tidak bisa. Dia melihat Lucas sangat tampan dengan pakaian bangsawannya yang amat cocok dengan kulit pucatnya.
Lucas berjalan pelan menghampiri Berly. Matanya meneliti punggung telanjang Berly yang terluka. Tangannya terulur ke udara di atas tubuh Berly. Cahaya biru menyinari luka Berly membuat rasa kaku itu perlahan menghilang.
Lucas menaikkan selimut berwarna putih itu hingga menutupi tubuh Berly. Bagaimana pun dia adalah lelaki normal. Melihat punggung mulus seorang yang di cintainya pasti menaikkan birahinya.
"Tolong ambilkan aku pakaian." pinta Berly.
Lucas mengangguk. Kakinya berjalan ke arah lemari yang di tunjuk Berly. Mengambilkan sepotong pakaian serta celana kain panjang.
Lucas membantu Berly mengenakan pakaiannya secara perlahan. Tentu saja Lucas melakukan itu dengan hasrat tertahan.
"Ada apa gerangan pangeran Lucas menyambangi kediaman calon suamiku?" ucap Berly dengan santainya.
Lucas terkekeh, jemarinya menoyor pelan dahi Berly hingga keduanya tertawa bersama.
"Aku berteleportasi kemari, jadi tolong jaga suaramu." Berly mengangguk, sekarang dirinya mulai waspada. Ada apakah gerangan.
"Athea sedang menuju kemari beserta yang lainnya,"sambung Lucas.
Berly terheran dengan pernyataan Lucas, "Yang lainnya?"
"Gabriel, Peter, Janne dan Jennie serta semua yang mendukungmu."
"Apa mereka semua sudah benar mengambil keputusan?"
Lucas mengangguk, bukan tanpa alasan teman-temannya semasa di academy mendukung Berly. Semua telah hancur berkeping-keping oleh bangsa Fairy dan Dryad. Hanya Berly harapan mereka.
~~~
Seorang wanita dengan senyuman liciknya terus menerus menatap semua orang yang telah dia taklukan. Wanita itu menatap beberapa klan vampire yang telah menyatakan kesetiaan mereka kepada Liora. Beberapa yang menolak telah ia kurung di penjara.
Bahkan Raja vampire sendiri telah mati di tangan Liora. Wanita setan itu menusuk sang Raja tiada ampun. Sihir hitam telah mempengaruhi tubuh Liora.
Awan mendung membuat matahari yang bersinar terang tenggelam di dalam kegelapan sihir hitam. Rintik hujan membasahi tanah negara itu.
Tangan Lucas mengepal kuat mencengkram besi pembatas kamar Berlyvie. Wanita itu tau perubahan wajah suram Lucas. Rahangnya mengeras. Kulit pucatnya kontras dengan urat berwarna navy yang seolah ingin mencuat keluar.
"Kita akan berperang," gumamnya. "Ayahku telah tiada, Ive."
Berly mendekatkan dirinya, mengusap lembut lengan berotot lelaki tampan yang telah menemaninya sejak lama itu.
Aku akan membunuh perempuan bedebah itu, "Kita akan menghabisinya." ucap Berly lirih.
Kriettt
Pintu kamar yang menjulang tinggi itu terbuka. Gavriil memasuki kamar pribadi yang bukan pribadi lagi dengan tenang. Athea dan Gabriel mengikuti kemana kaki Gavriil melangkah.
Lelaki itu menghentikan langkahnya tepat di hadapan Berly. Sekilas matanya memandang Lucas tapi kemudian dia mengalihkannya lagi. Pandangan matanya mengabur, tangannya meremas lembut kedua bahu Berly "Aku akan merindukanmu."
Berly memeluk pria yang menjadi belahan jiwanya itu. Air matanya meleleh dalam keheningan yang tercipta.
Aku selalu merindukanmu. Aku akan membunuh wanita itu. Aku akan menjagamu, kekasihku. "Aku juga."
Athea tersenyum kala Berly menatapnya begitupula dengan Gabriel yang selalu mengatakan bahwa dia adalah anak Tuhan sesuai namanya.
"Hormat kami Yang Mulia Agung." mereka berdua berlutut hormat di hadapan Berly dan Gavriil.
Berly mensejajarkan tingginya, memegang pundak mereka dan memeluknya erat. Wanita itu mengangkat wajahnya dan menatap mata Gabriel yang berwarna hitam kelam itu, "Gaby, aku mengandalkanmu untuk melindungiku."
Tentu saja aku akan melindungimu tanpa kau minta sekalipun. "Baik, Ive."
Seluruh warga di istana terlihat sangat sibuk. Para warga yang pandai berperang segera mengambil alih untuk ikut dalam peperangan. Sementara yang lain mengungsi ke dalam istana yang ternyata mampu menampung seluruh rakyat Ionia.
Para lelaki muda ataupun tua serta wanita yang pandai berperang pun tak luput dari pandangan Berly. Ia sangat berharap kemenangan akan berpihak kepadanya.
Sang Raja Griffin dan pasukannya pun sudah memenuhi halaman istana. Sebenarnya masih banyak hewan suci yang belum terikat kesetiaan dengan Berly. Griffin saja tidak akan cukup jika Liora menggunakan sihir hitam untuk peperangan ini. Tahta telah membutakan matanya. Ketamakan akan jabatan membuatnya lupa bahwa ketamakan itu sendiri yang akan membunuhnya secara perlahan.
Christof dan Galvin telah mengenakan baju zirah berwarna hitam. Terlihat sekali Galvia sangat gugup sehingga genggaman jemarinya dengan Christof tak pernah lepas. Gadis itu tidak ikut dalam berperang, karena dia harus melindungi rakyat di dalam istana begitupun juga Raja dan Ratu.
Berkumpul di halaman istana menunggu sang Ratu kerajaan Cynuria yang tamak akan kekuasaan itu membuat jantung banyak orang berdebar.
Berly terus menerus mengelus lembut kepala George sambil berbisik dengan George untuk selalu melindungi Gavriil apapun caranya.
'Kau harus melindunginya George. Gavriil harus tetap hidup, janjimu ini harus kau pegang walaupun nyawaku taruhannya. Dia adalah hidupku.'
'Kau bodoh, Yang Mulia. Kau takut kehilangan dia tapi apa kau pikir dia tak takut kehilanganmu. Jangan bertindak bodoh. Kau berarti bagiku.'
'Hahahaaa. Kau hanya takut di marahi kakek karena tak bisa menjagaku kan?'
'Cih. Dasar kau ini.'
' Jangan berdecih George.'
Berly menghentikan suara di dalam kepalanya saat Gavriil berdiri di sampingnya. Lelaki itu begitu gagah dengan baju zirah yang melekat sempurna di tubuhnya.
"Tetap hidup," ucapnya, "bagaimanapun kau belum menjadi Ratu di kerajaanku Mi Amor."
Berly tak membalas perkataan Gavriil, wanita itu terlalu sibuk memandangi lekat-lekat wajah lelaki yang telah di cintainya itu. Hatinya telah jatuh dalam pesona sang Putra Mahkota secepat ini. Jatuh dalam ikatan jiwa yang sesungguhnya.
Berly menarik tengkuk Gavriil agar lelaki itu menunduk. Berly melumat lembut bibir penuh lelaki itu. Ciuman lembut dan menuntut balas yang tentunya tidak disia-siakan oleh Gavriil. Lelaki itu menarik pinggang kekasihnya agar memisahkan jarak yang ada. Berly memeluk punggung lelaki itu dan semakin memperdalam ciuman mereka. Lidah mereka saling bertaut, bunyi decapan membuat para prajurit dan juga George merasa iri.
Sepasang kekasih yang di mabuk cinta itu menghirup kasar oksigen. Keduanya terengah.
Gavriil menyatukan kening mereka, kedua jemarinya menangkup lembut pipi Berly yang merona.
"Tetaplah hidup. Aku menginginkan dirimu untuk melahirkan pewaris tahta kerajaanku." bisik Gavriil.
Berly mengecup lembut bibir kenyal itu sekilas sebelum ia menenggelamkan kepalanya di dada bidang nan atletis milik mate-nya itu.
Tolong siapapun hentikan pemandangan panas ini. Mau perang woi!!
Pintu utama istana telah tertutup.
Angin kencang berhembus meniup rambut panjang Berly dan para wanita lainnya. Pasir yang berterbangan tidak sedikitpun mengganggu penglihatan mereka.
Dari kejauhan, baju zirah berwarna keemasan menyilaukan mata seolah mengatakan betapa mewahnya kehidupan mereka hingga menjadikan emas yang berharga sebagai baju perang. Ya, dan tentu saja itu adalah kehidupan Liora yang bergelimang harta dan takut akan kehilangannya padahal Princess Berly tak sedikitpun ingin merampas harta atau tahta itu.
Sesuai dugaan Berly. Makhluk berkepala banteng berkaki itu menjadi pengawal Liora dalam perang ini.
Saling melihat dari jauh, hingga Christof membuat siulan nyaring dari bibirnya. Panah beracun memenuhi angkasa membidik pasukan Ratu Liora dengan tepat kemudian terdengar teriakan dari pengawal Ratu Liora untuk memulai peperangan.
Berly memandang Gavriil sebelum dia memerintahkan 'SERAAANGGGGG'
Betapa gagah dan tampan kekasihnya itu.
Berly memacu George memimpin barisan makhluk suci yang ada di belakangnya. Phoenix menyemburkan apinya ke arah musuh. Kobaran api mengelilingi pasukan musuh seolah membuat lingkaran. Sihir hitam milik Ratu Liora menyebar ke seluruh pasukannya.
Sialan!
Sraangg Sreett Krashhh
Bau anyir darah serta gesekan pedang memenuhi indera siapa saja yang terlibag dalam perang itu. Berly menusuk pedangnya tepat ke arah jantung seorang musuh yang membuat musuh itu langsung berubah menjadi kelopak bunga berwarna hitam.
Mata Berly awas ke belakang, matanya mencari dimana kekasihnya berasa. Senyum sekilas terbit saat ia tahu Gabriel menepati janjinya. Lelaki itu terus berada di dekat Gavriil begitupun dengan George.
Berly melemparkan belati di tangan kirinya ke arah musuh saat sebuah pedang hampir menusuk Lucas yang terjatuh.
Mereka berdua mengangguk. Hujan rintik dan keadaan yang remang karena mendung tak menyurutkan tekad mereka. Berly terus menerus membunuh tanpa ampun.
Sesekali dia menggunakan mantra sihirnya untuk membunuh beberapa musuh sekaligus.
Mata Berly melihat belati yang berada di saku Liora. Belati yang akan mampu membunuhnya dan Berly tidak akan membiarkan itu terjadi.
Sekali lagi matanya mengawasi Gavriil. Lelaki itu menendang makhluk yang ingin menusuk Galvin tetapi ia tak awas saat dari kejauhan sebuah pedang akan menancap di punggungnya. Berly melesat kencang dan menangkis pedang itu dengan pedangnya. Matanya menyalang marah melihat sesosok mahluk hutan gelap berani melukai kekasihnya.
Wanita itu melesat dan membanting tubuh makhluk itu. Rahang makhluk itu patah setelah Berly menghantamkan kepala itu dengan kuat ke tanah menimbulkan bunyi ngilu akan tulang. Kuku panjangnya ia tancapkan ke dada makhluk itu hingga menembus dada memuncratkan darah berwarna hijau yang mengenai sebagian wajahnya.
Berly menjilat darah yang mengenai bibirnya dan mengusapnya pelan dengan punggung tangannya. Di belakangnya, Gavriil terpaku. Apakah itu sungguh kekasihku?
Ratu Liora menjejakkan kakinya di atas tanah yang telah berlumur darah lengket yang berwarna hijau, merah atau biru itu.
Jemarinya membuat pola di udara dan seketika pasukan Pangeran Gavriil mati menggenaskan terkena sihir hitam.
Gavriil dan Berly serempak menoleh ka arah Liora yang menyeringai memperlihatkan gigi-gigi runcingnya. Seperi itulah jika mengendalikan sihir hitam. Setiap gigi akan menjadi runcing, kuku-kuku akan menghitam hingga ke ruas jari. Wajah akan menampilkan kengerian kecuali tubuh kita bisa menyerap kehidupan seorang gadis.
Jemari Gavriil dan Berly bertautan, keduanya mengangguk. Di belakang mereka, George dan Gabriel mengikuti. Bukan tanpa alasan Berly memilih Gabriel karena Gabriel adalah murid terpintar dan salah satu yang terkuat di academy. Entah bagaimana keadaan academy saat ini. Apakah porak-poranda seperti kerajaan vampire?.
Berly menusuk leher prajurit di sebelah kanannya, sementara kaki kirinya menendang telak wajah kurcaci hitam. Gavriil menarik Berly ke dalam dekapan saat sebuah cahaya merah melesat ingin menembus Berly tetapi gagal. Cahaya itu mengenai Gavriil dan langsung di serap oleh energi iblis yang berada di dalam tubuh Gavriil.
Ssshhhh. Berly meringis saat Gavriil tanpa sengaja menekan luka di punggungnya namun dengan cepat dia menormalkan kembali wajahnya. Gavriil masih mendekap wanita itu sembari tangan kanannya yang sibuk mengayun pedang ke sana kemari menghalau musuh.
Gavriil melempar Berly ke arah makhluk naga berkepala tiga dan dengan sigap Berly menusuk mata naga itu. Pedang tajamnya menebas tiga kepala itu sekaligus. Darah berwarna biru memuncrat membasahi beberapa prajurit. Dapat di lihat dari sudut matanya bahwa Ratu Liora terkesiap. Rahangnya mengeras melihat binatang kesayangannya mati begitu saja.
Berly melesat berubah menjadi kelopak bunga berwarna-warni dan berhenti tepat di belakang Ratu Liora-mencekiknya.
Urat-urat menonjol di punggung tangan Berly, sementara Ratu Liora berusaha melepaskan cekikan di lehernya.
"Das...ar bocahhh sial!!" kutuk Ratu Liora.
Ratu Liora memejamkan matanya dan seketika Berly terhempas menghantam sebuah pohon besar di sana. Punggungnya yang masih terluka semakin sakit saat itu. Tapi bukan Berly namanya jika di mudah mati.
Memegangi dadanya yang sesak, dia berusaha berdiri. Merapalkan mantra dan membuat Ratu Liora terbang setinggi tiga meter seolah sedang tercekik oleh sesosok troll.
Mengangkat tangannya ke udara seolah-olah sedang mencekik sampai dia berjengkit kaget saat sesosok abu-abu menghantam tubuhnya.
Serigala. Sosok werewolf sedang bergulat dengan Princess Berly saat ini. Berly menendang serigala berwarna abu-abu itu. Berly berdiri. Baju zirahnya terkoyak memperlihatkan sebagian kulit perut dan dadanya yang tercabik oleh kuku serigala itu.
Limbung sesaat sebelum sebuah belati yang selama ini ia takutkan mendarat di bahunya membuatnya terjatuh ke atas tanah yang lembab penuh akar pohon itu.
Sebelum kesadarannya hilang, terlihat banyaknya serigala keluar dari dalam hutan ikut menyerbu peperangan.
Kalah.
Kami kalah.
Hai, terima kasih sudah setia di cerita ku ini.
Jangan lupa selalu berdoa untuk saudara kita yang mengalami musibah. Tidak lupa jika para pembaca adalah adalah orang yang berlebih dalam hal dana atau kebutuhan mohon untuk menyumbangkan sedikit kepada saudara kita yang kesusahan.
#saveIndonesia.