Maaf pendek, soalnya idenya lagi ngilang entah kemenong. Salam dari author yang cantik ๐๐
Berendam adalah salah satu cara untuk menenangkan pikiran seseorang tak terkecuali Berly. Gadis itu, entah sudah berapa lama dia membenamkan diri di bak berukuran sangat besar itu di penuhi dengan kelopak bunga mawar membuat amarahnya sedikit reda. Bukan amarah hanya cemburu atau mungkin kecewa. Memejamkan mata ingin sekali pergi ke alam mimpi tapi apalah daya jika bayang-bayang perempuan gila yang mencium kekasihnya itu serta ucapan kekasihnya itu selalu terngiang-ngiang di telinganya. Hahh. Gadis itu hanya bisa mengembuskan nafas kasar.
Gadis itu tak pernah jatuh cinta kepada lawan jenis, hanya perasaan suka atau kagum. Sungguh, dadanya teramat sesak. Sakit. Apakah berlebihan? Mungkin bagi sebagian orang berlebihan, tapi baginya yang masih minim pengetahuan akan cinta itu adalah hal yang menyakitkan. Entahlah.
"Namanya Alina" suara berat dan nge-bass itu dia hapal sekali suara itu.
"Dia anak Ratu Saba, my love"
Gavriil yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar mandi melangkah mendekati gadisnya yang masih setia menenggelamkan diri sampai hanya tersisa rambutnya yang terlihat.
"Sayang, maafkan aku ya"
Tak ada jawaban.
"Sayang"
Princess Berly masih setia di dalam air, namun Gavriil dapat merasakan bahwa angin di luar sana sudah mereda dan petir serta kilat sudah tak ada. Huft. Aman.
"Maafkan aku, mate."
~~~
Sudah 3 hari, kekasihnya itu mendiamkan pangeran tampan itu. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir gadis itu dan yang lebih membuat pangeran itu frustasi adalah kekasihnya tidak ingin tidur sekamar dengannya.
Lelaki itu mengacak kasar surainya yang berwarna cokelat gelap itu dan mengerang. Sungguh ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Lingkaran matanya yang membengkak dan menghitan menandakan bahwasannya dia tak cukup tidur.
"Pangeran"
Christof memasuki ruang kerja atasannya itu dan sungguh apakah yang di lihatnya itu adalah efek cinta? Ruangan yang berantakan, kertas-kertas kerajaan berserakan di mana-mana dan lagi manusia yang berada didalam ruangan itu yang tak lain adalah pangeran seperti bukan sosok pangeran. Mengenaskan, batin Christof.
"Kita harus segera bersiap-siap pangeran, pasukan kerajaan Ratu Saba sebentar lagi mendekati perbatasan."
Pangeran Gavriil dan Christof segera keluar dari ruangan kerja itu, dari jauh Pangeran tampan itu dapat melihat kekasih hatinya bersandar di pintu utama memandang langit yang tengah mendung.
"Love"
Gadis itu terlonjak kaget dengan remasan di jemarinya. Menatap jemarinya dan sosok yang saat ini menggenggam jari nya membuat air matanya lolos mengalir begitu saja.
Direngkuhnya lelaki yang kini berdiri di sampingnya itu menenggelamkan wajah di dada bidang lelaki itu.
"Aku merindukanmu"
Pangeran Gavriil mengecup pucuk kepala gadisnya itu, menghirup aroma mawar bercampur jasmine yang menyegarkan pernafasannya.
"Aku lebih merindukanmu, maafkan aku"
"Aku tidak mau memaafkanmu. Berikan aku bukti."
"Bukti?"
"Bukti bahwa kau tak menyukainya."
Hah. Pangeran tampan itu masih terdiam berusaha mencerna perkataan gadisnya. Bukti macam apa itu. Ck.
"Saya tau Pangeran" Christof menepuk bahu Pangeran Gavriil dan tersenyum simpul.
"Princess Berly bukan orang yang gampang kasihan. Jadi mungkin kita harus menyiksa Puti Alina."
"Hah?"