"Oh tidak. Astagaaaa demi Sang Fajar"
Ibuku menggelengkan kepalanya, terkejut dengan apa yang dia lihat. Mungkin.
Ada apa dengan Ratu cantik di hadapanku ini? Aku memandang lelaki tampan di sebelahku dan dia pun hanya mengangkat bahu pertanda bahwa dia pun tak tau.
~~~
Hari demi hari berlalu, perasaan ini semakin dalam. Aku sangat menginginkannya setiap hariku di setiap waktuku. Aku sangat mencintainya lebih dari yang dia tau.
Hari ini aku akan membantu Christof melatih prajurit memanah dan menggunakan pedang. Christof adalah orang kepercayaan ku dan dia adalah anak dari Panglima Ayah. Jadilah kami bersahabat sedari kecil.
"Kau mau kemana?" ahh suara seraknya membuatku tergoda.
"Sudah bangun Princess?" tanyaku tanpa menoleh.
Tak ada jawaban. Dari pantulan cermin dapat ku lihat dia sedang menggeliat dan menutup mata. Lagi? Gemes.
"Aku akan pulang agak sore. Karena hari ini aku akan memanah, olahraga pedang dan berburu. Jadi..."
"Berburu? Aku ikut!!!"
Aku melongo, sejak kapan ini gadis ada di sampingku? Kalau sudah beeburu pasti dia semangat.
"Boleh, tapi ada syaratnya."
Berly hanya menaik turunkan alis membuatku tak sabar menjadikannya milikku.
"Pertama, jangan pake gaun. Kedua, jangan dekat-dekat dengan lelaki lain. Ketiga, cium dulu" Aku mengetuk bibirku yang sudah beberapa hari tidak dapat bagiannya.
Cup
"Gitu doang? Yang lama sayang"
Berly terkekeh mendengar perkataan ku walaupun begitu tetap dia menangkup kedua pipiku dan mencium bibirku yang telah haus akan bibirnya, melumat lebih dalam. Aku mengangkat tubuhnya naik ke atas kasur, memperdalam ciuman kami. Ahh baru begini saja yang di bawah sudah tegang.
"Kok sudah?" tanyanya kecewa saat ku lepas peraduan bibir ini.
"Nanti terlambat. Yuk aku menunggumu di bawah ya."
Alasan yang bodoh.
Christof telah menungguku di pintu gerbang, membungkuk hormat. Dia iblis yang lumayan tampan.
"Pangeran, kita berangkat sekarang?"
"Sebentar. Princess Berly akan ikut."
"Hahh?? Kau yakin Vriil?" Apa dia tak menyusahkan?"
"Tenanglah, kau akan terkejut nanti"
Terkesima? Ya. Saat pandangan kami beradu. Wajah yang mulus tanpa cela, kulit yang seputih susu bercahaya, dada yang sangat menggiurkan dan bentuk tubuhnya yang astagaaaa kenapa dia menggunakan baju seperti itu. Aku menoleh ke samping melihat para prajurit dan juga Christof tak berkedip. Sial.
"Pangeran" Berly menggamit lenganku dan tersenyum manis ke arahku dan orang di sekitar.
"Jangan senyum ke semua orang. Kau, apa tak ada baju lain? Lihat!!! Para lelaki memperhatikan!!"
"Kau marah? Tapi aku tidak ada baju lain."
Aku hanya bisa mendengus kesal, tak bisa marah tapi aku sangat jengkel.
"Pakai jubahku atau tidak usah ikut"
~~~
Christoff menjelaskan bagaimana memegang anak panah dan busur yang benar. Membidik lawan dengan tepat, menjadikan busur sebagai senjata.
Aku menoleh ke belakang, melihat calon istriku yang sedang mengelus mata anak panah nya. Dia seperti lelaki dengan rambut yang di gelung seperti itu. Menggemaskan.
"Pangeran" seru Christoff dari kejauhan. Aku menghampirinya dan segera mengambil alat memanah yang telah disediakan.
Satu persatu anak panah melesat tanpa meleset tepat berhenti di titik merah. Tapi tak ada satupun prajurit yang bisa menembus anak panahku.
"Aku bisa"
Aku terlonjak. Terkejut saat ada suara bisik membisik itu. Astaga.
Cup
"Aku bosan" ungkapnya.
"Kembalilah ke dalam."
"Tidak."
"Lalu?"
"Bermain pedang?"
"Tidak, nanti kau tergores."
"Oh, ayolah. Ya ya ya."
Aku menatapnya tajam, menggeleng.
Tapi gadis ini seakan tak takut dengan ancamanku malah menatapku sambil menyeringai. Seram.
"Tak ada ciuman selama seminggu."
Aku menoleh cepat menggelengkan kepala. Bagiku, manis bibirnya adalah obat dari segala obat bagaimana mungkin satu minggu tak menikmati bibir indah nan kenyal itu.
"Iya iya. Kau boleh bermain pedang" Aku merengkuh tubuh nya yang pas di pelukanku. Nyaman dan hangat.
"Christoffff, siapkan pedang."