Chereads / CLASH OF THE CLANS / Chapter 5 - Part 5

Chapter 5 - Part 5

"Awww sakit tau!! Kau gila ? Hah?!!!"

Gadis cantik di hadapanku ini menatap nyalang ke arahku.

"Aku tidak suka orang lain menyentuhmu apalagi laki-laki. Aku menginginkan mu"

"Menginginkanku? Setelah kau melempar ku sekuat tenaga, menabrak ranting-ranting pohon kau bilang kau menginginkanku? Dasar gila!!"

Gadis itu meringis kesakitan sembari mengusap-usap lengan nya. Yah, apa aku terlalu kelewatan? Melihat goresan-goresan merah di lengan dan bahunya. Apa aku harus minta maaf ? Tidak, bukan salahku. Ku bentangkan sayap besar hitamku ini dan pergi meninggalkan dia seorang diri di sana.

2 weeks later

"Bagaimana ini suamiku? Sudah 2 minggu Gavriil seperti mayat hidup?"

"Sayang, biarkan saja anak itu. Ini semua kesalahannya menyakiti mate sendiri, terlalu egois hingga tak mau minta maaf"

"Tapi aku tak tega, dia itu anakku"

"Anakku juga. Itu pelajaran buat dia"

Percakapan Raja dan Ratu Ionia itu memang selalu tak berjalan mulus. Raja yang memang dasar nya seorang Iblis selalu bertindak sesuka hati nya dan acuh berbeda dengan sang Ratu seorang malaikat yang memiliki hati lemah lembut.

"Gavriil" Ratu Miray mengusap lembut lengan anaknya.

Pangeran Gavriil hanya bisa menoleh sekilas dan memejamkan mata kembali.

"Sayang, kau harus tahan egomu. Kau yang tersiksa jika kau terus seperti ini, lihatlah kau tampak seperti mayat hidup."

Ratu Miray mengusap tangan putra nya itu. Keras kepala nya ini menurun dari ayah nya. Tapi kalau egoisnya seperti ini? Raja Daner memang egois tapi suaminya itu tidak pernah bertindak kasar sedikitpun atau egois kepadanya walaupun iblis.

"Temui dia, peluk dan minta maaf lah. Bawa dia ke sini agar kau tak perlu tersiksa saat berjauhan."

"Tapi bu, gadis itu sedang berada di dunia manusia karena di asrama sedang libur panjang."

"Lalu? Apakah putraku tidak berani ke dunia fana itu?"

Sementara di lain alam

"Ber, apa kau sibuk? Ibuku menyuruhmu menyiapkan piring untuk makan"

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum ke arahnya. Dia Thomas, tetangga di depan rumah ku, kami berteman sejak kecil. Keluarga Thomas dekat dengan keluargaku. Siang ini, kami sedang makan bersama di halaman belakang rumahku yang sangat luas karena Mom sangat senang menanam berbagai jenis pohon dan sayur mayur.

Setelah menyiapkan piring dan peralatan makan lainnya, aku dan Thomas pergi ke halaman belakang menghampiri semua orang yang ada di sana. Adik-adik Thomas memenuhi halaman ini. Riuh ricuh seperti ini yang aku rindukan.

Aku mengepakkan sayapku mengitari Cleo, Clava, dan Carlos. Menaburkan serbuk ajaib agar mereka bertiga bisa melayang. Sontak hal itu membuat ketiga batita itu sangat bahagia, tertawa lepas memenuhi telingaku.

Semua orang berbahagia.

Awan langit yang semula cerah mulai sedikit demi sedikit menggelap dan segera saja Mom membuat atap transparan agar kami bisa tetap di luar rumah.

"Sayang, ini bukan pertanda hujan" bisik Mom ke Dad tapi aku bisa mendengarnya.

Dad hanya diam menatap langit kemudian ku lihat Dad mengeraskan rahangnya.

Aku dan Thomas menatap langit sementara adik-adik kecil Thomas dan orangtuanya berlarian ke arah ku meminta perlindungan.

"Berly, hati-hati. Lindungi mereka." ucap Dad

Aku mengangguk.

Dari atas langit, sesuatu menukik dengan tajamnya sebelum turun perlahan ke halaman belakang rumahku. Mau apa laki-laki pengecut itu kemari. Aku membuang muka saat dia menatapku. Berbeda dengan orangtuaku yang langsung berlutut hormat.

"Yang mulia, Pangeran. Ada gerangan apa hingga Anda jauh-jauh terbang kemari?"

"Saya terima hormat kalian Raja Leander."

Lelaki tidak waras itu masih terus menatapku intens. Aku malas melihat muka tampannya.

"Maaf Yang Mulia, apakah putriku membuat masalah?"

Pangeran gila itu menggeleng "Bisakah aku berbicara berdua saja dengan putrimu, Raja?"

Dad melihatku dengan tatapan heran dan aku berharap Dad menolak nya. Please.

"Silahkan, Yang Mulia Pangeran"

Aishh Dad. Kenapa tak mengerti kata hatiku sih. Pangeran sok tampan itu melangkah mendekat ke arahku secara kilat. Dasar tak tau malu.

"Maafkan aku"

Aku terbang pergi menuju bukit di belakang rumahku agar tak ada orang yang memperhatikan kami. Dia mengikutiku.

"Maafkan aku, Berly" dia memelukku dari belakang sebelum mendarat. Aku mengelak, mendorong tapi tenagaku tak cukup kuat melawan iblis gila itu.

"Ber, aku bilang tolong maafkan aku."

"Kau kasar Pangeran" bentakku.

"Maafkan aku, aku khilaf" dia berlutut menciumi kedua punggung tanganku. Apa aku harus memaafkannya?

Bulu-bulu halus tumbuh di sekitar rahang dan dagunya. Apa dia tidak bercukur? Apa dia tersiksa seperti yang ku rasakan?

Ku sejajarkan diriku dan duduk di hadapannya, memegang wajahnya dengan kedua tanganku yg kecil di wajahnya.

"Apa kau sungguh-sungguh? Janji tidak akan terulang?"

Gavriil mengangguk mantap.

Aku terkekeh. Dasar laki-laki sok tampan yang memang sangat tampan yang membuatku berbunga-bunga.

"Baiklah, aku memaafkannu"

Cup

Aku mengecup bibirnya sekilas yang membuatnya sukses terkejut dengan tindakanku.

Yah tak apa kan. Lagi pula bibir yang ku kecup adalah mate-ku sendiri.

"Apa?" ucapku lembut membelai rambutnya yg mulai panjang.

"Kenapa memandangku begitu Gavriil, ihhh"

"Kau mau ku cium, Princess?"

"Apakah kau mau menciumku, Pangeran?"

Dia mengangguk, astaga aku salah bicara. Dewa, maafkan aku.

Perlahan tapi pasti kami berciuman dengan lembut dan dalam. Beginikah rasanya berciuman? Rasanya menggairahkan, seperti ada kupu-kupu yang keluar dari perutku. Geli.

"Aku mencintaimu, Princessku"

Hai gays mau happy ending atau sad ending nih. hahahaaaa. tunggu kelanjutannya ya.Emuach.