Chereads / Cinta Angie / Chapter 6 - Bab 5 : My Twins (2)

Chapter 6 - Bab 5 : My Twins (2)

Di kamar si kembar.

Angie sedang duduk di ranjang Andre yang masih betah merajuk. Angie membelai sayang rambut Andre. Sedangkan Andrew duduk bersila memeluk bantal di kasurnya sendiri. Mereka berdua tidur dalam satu kamar dengan ranjang sendiri-sendiri. Jika dijadikan satu ranjang, bisa main tendang-tendangan, bahkan sampai jatuh dari ranjang dan penuh lebam keesokan harinya. Itulah yang terjadi sebelum Angie memisahkan ranjang si kembar.

"Ditolak gadis satu dua kali, tidak masalah, sayang. Hal itu tidak akan mengurangi ketampanan anak mama. Tunggulah beberapa tahun lagi, Andre pasti menjadi laki-laki yang tampan dan keren yang disukai banyak gadis. Andre punya pesona sendiri. Andrew punya pesona lain juga."

"Benarkah ma?"tanya Andre yang mulai ceria dengan mata yang berbinar.

"Hm-hm. Tentu saja." Angie mengangguk sambil mengelus puncak kepala Andre.

"Kalau begitu.. Papa juga pasti pesona kan. Ayo ma, ceritakan tentang pesona papa. Apa papa juga sama tampannya dengan aku?"tanya Andre penasaran.

"Andre...,"tegur Andrew pelan. Andrew yang khawatir, melirik ekspresi Angie yang sedikit berubah tegang saat mendengar permintaan Andre. Karena setiap kali membahas tentang papa kandung mereka, raut wajah Angie selalu mendung. Andrew tidak ingin membuat mamanya sedih karena papanya.

"Apa?"tantang Andre sambil melotot ke arah kembarannya. "Aku kan hanya ingin tahu seperti apa pesona papa sampai mama jatuh cinta."

"Pe.. pesona papa ya..,"gumam Angie sedikit gugup. Dilihatnya eskpresi antusias Andre dan wajah datar Andrew yang sudah pasti ingin tahu mengenai pesona papa nya. Angie meringis dalam hati.

"Ma,"ucap Andrew pelan.

Angie memberi senyum menenangkan pada Andrew yang selalu begitu pengertian padanya. Diingat-ingatnya postur tubuh Aaron yang tadi sore ditemuinya. "Papa kalian sangat tampan. Tinggi dan gagah. Badannya padat berisi. Jas yang dipakainya pun terlihat sangat bagus. Dia juga humoris dan sangat serius dengan pekerjaannya."

"Wah.. keren sekali papaku,"seru Andre riang dan bertepuk tangan.

"Mama bertemu dengannya?"selidik Andrew yang curiga karena tidak seperti biasanya mamanya bisa menjelaskan sebanyak itu tentang papanya. Biasanya Angie hanya menjawab papa si kembar baik, baik, dan baik. Hanya itu, tidak lebih tidak kurang. Andrew menarik kesimpulan bahwa penjelasan mamanya hari ini karena Angie bertemu lagi dengan papa mereka.

"Mama memang tidak bisa berbohong padamu, Andrew. Iya, mama bertemu dengannya hari ini,"jawab Angie mengaku dan tersenyum lemah ke arah putra pintarnya.

"Kapan ma, kapan kita bisa bertemu sama papa?"tanya Andre memelas. Di wajah Andrew pun terlihat keinginan itu. "Aku sudah tidak sabar nih. Akhirnya.. aku akan punya papa kandung. Menurut mama, apa papa akan senang bertemu dengan kita?"

Angie menatap sedih sambil membelai rambut putra ceria nya. "Entahlah. Mama juga tidak tahu. Jika kalian ingin bertemu, nanti coba mama pikirkan lagi. Tetapi kalian harus jaga hati, karena mama tidak tahu apakah papa akan menerima kita atau tidak."

"Apakah papa sudah menikah dengan orang lain?"selidik Andrew pelan.

"Pertanyaan itu baru mama tahu hari ini, kalau papamu belum menikah. Tapi papa kalian sudah mempunyai pacar,"jawab Angie sambil menarik nafas panjang.

"Ooo.." Si kembar sedikit kecewa.

Anak-anak Angie sudah mengetahui sedari awal jika papa mereka pergi meninggalkan mereka bukan karena tidak menginginkan kehadiran mereka, tetapi karena papa dan mama mereka terpisah sebelum mereka lahir. Jadi intinya, papa mereka tidak mengetahui keberadaan Andre dan Andrew. Hanya itu penjelasan yang bisa diberikannya. Selain itu Angie terpaksa memberitahu mereka tahun lalu, karena sudah tidak sanggup lagi berbohong.

"Sudah malam, ayo tidur. Besok kita ada kencan dengan banyak orang,"perintah Angie sambil menarik tubuh Andre masuk ke selimut.

"Good night mom,"kata Andre dengan mata sudah terpejam, saat Angie mengecup dahinya.

"Good night my son."

Angie turun dari ranjang Andre dan beralih ke ranjang Andrew. Angie duduk kemudian memeluknya erat dari belakang. Kepala Angie diletakkan pada lekukan bahu putranya dan mengayun-ayun pelan tubuh berpelukan keduanya.

"Benar kamu tidak pa-pa, jika kita pergi ke kebun binatang ramai-ramai? Astaga..  dua puluh orang? Ini mau ajak orang sekampung atau bagaimana?"

"Andre cerita ke mama Addy kalau kita akan pergi ke kebun binatang. Mama Addy bilang ingin ikut karena Emily juga belum pergi ke kebun bintang. Lalu mama Addy cerita ke mama Maddy. Karena Mama Maddy juga ingin ikut, lalu akhirnya semuanya, seluruh anak panti asuhan juga ikut pergi,"jawab Andrew panjang lebar sambil membalas pelukan wanita kesayangannya ini.

Jika Andrew disuruh memilih lahir dengan keluarga lengkap atau lahir dari Angie yang hanya orang tua tunggal, Andrew pasti memilih menjadi anak Angie. Dan Andrew percaya bahwa Andre pun juga akan memiliki pemikiran yang sama.

"Andrew tidak keberatan?" Angie bertanya karena mengetahui bahwa putranya, Andrew tidak terlalu suka di tengah keramaian, meskipun dengan saudara sendiri.

Andrew mengangkat bahu, "Apa boleh buat. Mungkin banyak orang lebih menyenangkan."

"Mama sayang, nak,"kata Angie mengetatkan pelukannya.

Andrew selalu nyaman dengan pelukan mamanya. Tidak pernah Andrew merasa malu pada siapapun atau dimana pun ketika mamanya memeluk erat dirinya. Bahkan saat berada di sekolah, pelukan mamanya tidak pernah membuatnya merasa risih. Berbeda dengan teman-teman cowok di sekolahnya yang selalu malu digandeng mamanya apalagi dipeluk mamanya.

"Jangan terlalu sering mengalah atau terlalu keras pada Andre, sayang. Sikap kekanakan Andre masih dominan. Berbeda dengan Andrew. Andrew nya mama sudah dewasa, sudah bisa pengertian. Mama bangga sama Andrew. Dengan Andre pun, mama juga sangat bangga,"kata Angie sambil memeluk dan kembali mengayun-ayun badan Andrew ke depan dan ke belakang.

"Mama jangan khawatir, aku dan Andre selalu akur kok,"ucap Andrew yang langsung mendapat jeweran dari Angie. "Aduh ma.."

"Akur apanya? Tiap hari selalu meributkan hal-hal sepele. Sekarang malah rebutan cewek,"omel Angie sambil berdiri dan menarik tubuh Andrew ke dalam selimut.

"He..he..he.. Kalau tidak bertengkar sehari, rasanya ada yang kurang, ma,"jawab Andrew meringis.

Dikecupnya dahi Andrew dengan sayang. "Sudah cukup curhatnya. Cepat tidur. Andre adalah semangat mama. Andrew adalah kekuatan mama."

"Good night, mom"

"Good night my son."

Bersambung...