Angie menggosok gigi dengan cemberut menatap bayangan nya di kaca wastafel. Mimpi apa dia semalam? Gara-gara ciuman Aaron, membuat dirinya sampai menikmati mimpi basah.
Angie menatap kaca wastafel dengan nanar. Bagaikan film yang diputar ulang, mimpi erotis nya pun di reply di otaknya.
"Akkkhhhh....,"desahnya tak tertahankan saat tangan pria itu akhirnya menyentuh, menekan, dan menggesek dengan lembut di tempat yang sangat diinginkannya. Erangan Angie semakin keras saat pria itu meningkatkan temponya.
Bibir Angie langsung dibungkam dengan ciuman liar, tangan lain pria itu meremas dadanya dengan cukup keras membuat tubuh Angie sedikit terangkat. Angie merengek dan terus merengek hingga orgasme pertama menerjang dirinya.
Angie bergidik membuyarkan lamunannya. Dia segera berkumur dan membasuh wajahnya. Pantulan dirinya yang sedikit lesu, namun pipinya bersemu merah karena terus menerus teringat mimpi erotis nya tadi malam. Ditepuk-tepuk nya kedua pipinya agar lebih bersemangat.
"Sudah, jangan dibayangkan lagi,"katanya memberi wejangan pada bayangan dirinya di kaca wastafel.
Jarinya tidak sengaja meraba bibirnya, Angie langsung melayang kembali saat dirinya dicekal kuat dan dicium dengan intens. Bibir Aaron yang menyambar bibir nya dengan rakus, melumat bibir nya dengan brutal, menerobos masuk dan melilitkan kedua lidah mereka.
Angie mengernyit saat menyentuh bekas luka di bibirnya yang perih tergores gigi Aaron. Rasanya begitu menggairahkan saat dirinya tidak bisa bergerak karena kedua tangan nya ditahan Aaron, berada dalam kungkungan tubuhnya yang jantan. Angie kembali mendesah nikmat.
Sejak mendapati dirinya terguling dari ranjang, entah sudah berapa kali mimpi erotis itu terus diulang nya dalam otak nya yang mulai terinfeksi virus mesum. Dan sudah tidak terhitung banyaknya, dirinya mengomeli jam beker berbentuk ayam jago, hadiah dari si kembar itu, karena menganggu mimpi indahnya. Memotong tepat di saat yang strategis. Sungguh membuat jengkel.
Angie bersiap-siap pergi ke kantor. Untuk pertama kalinya setelah melahirkan si kembar, dirinya terdiam lama di depan lemari pakaian. Tidak seperti biasanya, Angie mempedulikan penampilan nya. Beberapa setel pakaian di tempelkan di depan badannya untuk melihat seberapa cantik dirinya dengan pakaian itu.
"Sepertinya pakaianku sudah tidak modis lagi,"keluhnya sambil melihat koleksi pakaiannya yang berisi blezer, kemeja kerja, kaos rumah yang sudah usang, celana panjang dan pendek yang kuno. Pilihan warnanya pun hanya seputar warna pastel dan biru, kesukaannya. "Waktunya shopping nih."
Ketukan di pintu menghentikan aktivitas nya mematut diri di depan kaca. "Ya?"
"Buruan ma, sarapan sudah siap."
"Beres bos."
Angie kembali menatap bayangan nya di cermin dengan memanyunkan bibirnya. "Dasar Angie bodoh. Apa yang sedang kamu lakukan?" Angie memarahi bayangannya sendiri di cermin. Dan tanpa melihat lagi, Angie menyambar salah satu pakaian yang berserakan di ranjangnya.
Angie duduk di meja rias dan memoles wajahnya supaya lebih segar. Hati kecilnya mencela nya bahwa dirinya hanya ingin tampil cantik di depan Aaron. Rambutnya disanggul kecil seperti biasa, di puncak kepala. Semprotan minyak wangi yang lebih banyak dari biasanya, membuatnya sedikit terbatuk-batuk.
Sekali lagi, Angie mematut diri di cermin sambil sedikit memutar-mutar badannya ke kiri dan kanan.
"Maaaaaa.... cepeeettaaannn."
"I'm coming."
Cklek.. blam..
Angie keluar dari kamar tidur dan mendapati tiga pasang mata cemberut memandangnya. Angie menyengir sambil duduk di meja makan. "Sudah lama nunggunya?"
"Bukan lama lagi, mamaku tercinta. Tapi kita ini nunggu nya dari dinosaurus masih hidup sampai si dino itu sudah jadi fosil,"omel Andre panjang lebar. "Aku sudah kelaparan ma, gara-gara semalam lembur belajar IPS. Kalau satu menit lagi mama tidak keluar kamar, ini meja sudah ludes aku makan."
"Memang gigimu kuat?"komentar datar kembarannya. Andre mendelik sebal ke arah Andrew yang cuek, sudah mulai makan. "Lagian semalam bukan lembur belajar IPS, tapi lembur main game online."
"Kan kamu juga ikutan main,"bantah Andre tidak terima sambil takut-takut melirik mamanya. Andrew juga ikut melirik Angie.
Kedua keceplosan mengatakan bermain game online sampai tengah malam dan mamanya bisa ngamuk besar. Tapi sepertinya Angie, mamanya sedang tidak fokus, buktinya tidak ada amarah yang meledak-ledak gara-gara main game online sampai lupa waktu. Si kembar saling melirik dan mengangkat bahu bersamaan.
"Sudah jangan bertengkar. Maaf ya sayang. Tadi mama telat bangun"jawab nya berbohong. Padahal dirinya sudah terjaga bahkan terguling dari ranjang gara-gara si ayam goreng mulai menyanyi berisik.
"Ayo makan, cepat. Nanti keburu telat,"tegur Pak Sanjaya. "Berisik kalian bertiga." Pak Sanjaya menggelengkan kepala mendengarkan mereka bertiga yang tiap hari berisik, tidak bosan-bosan.
"Ma, mama mau jadi gembul?"komentar Andrew sambil menunjuk piring dengan nasi yang menggunung. Angie tersentak, lalu nyengir malu sambil mengembalikan hampir tiga per empat isi piringnya.
"Ma, lauknya jangan dihabiskan,"keluh Andre yang melihat piring lauk telah kosong. Tiga telur mata sapi sudah berpindah ke piring Angie.
"Ma, jangan makan sambel banyak-banyak, sakit perut nanti."
"Ma, itu jus jeruk ku ma, kenapa dihabiskan?" Andrew meringis melihat Angie menghabiskan jus jeruk nya yang masih penuh isinya.
"Ma, aku belum selesai makan, kenapa piringku ditumpuk dan diambil,"rengek Andre yang terkejut karena tiba-tiba piring nya yang belum habis ditumpangi piring kosong Angie dan diangkat untuk di cuci.
"Oh maaf Andre. Mama tidak lihat."
"Angie, dari tadi kamu bersikap aneh, apa kamu sakit?"tanya papanya yang heran sambil menyentuh kening Angie.
"Aku baik-baik saja, pa,"jawabnya sambil menurunkan tangan papanya. "Hanya kurang tidur saja. Semalam tidurku gelisah."
"Ya sudah. Cepat berangkat."
"Baik,"sahut ketiganya kompak. Pak Sanjaya mengulum senyum melihat ketiganya bergegas mengambil tas masing-masing dan berebutan siapa duluan sampai ke mobil. Dirinya seperti guru taman kanak-kanak saja jika menghadapi ketiganya.
Dan hilang fokus Angie masih terus berlanjut...
"Ma, lampu merah berhenti." Ckrit..
"Ma, hati-hati,"teriak Andrew panik saat ada becak motor yang jaraknya hanya tinggal sejengkal dari mobil mereka.
"Aduh, nyaris saja,"gumam Angie sedikit terengah-engah karena hampir menyerempet becak motor pak tua itu.
"Ma, mama lihat kemana sih? Salah belok tu. Itu kan gang buntu,"gerutu Andre sambil menarik-narik kemeja Angie.
"Hah??! Gang buntu? Masa sih?" Mobil Angie terhenti di depan rumah orang tusuk sate. Angie harus memundurkan mobilnya dua ratus meter jauhnya. "Kenapa tidak ingatkan mama, kalau masuk ke gang buntu?"
"Ck..ck.. Mama lupa bawa telinga tadi mungkin. Dari tadi kita berdua sudah ngoceh ngomel teriak, mama tidak menggubris."
"Cerewet." Angie melirik putranya yang super ceriwis ini dengan sebal. Kosa katanya melebihi debit air di samudera pasifik, tak terhingga. Pusing Angie mendengarnya.
Mobil Angie melanjutkan jalannya dan akhirnya sampai ke tempat tujuan dengan selamat dan tidak nyasar lagi. Keduanya bergegas turun setelah masing-masing mengecup pipi Angie.
"Ma, fokus ya kalau nyetir."
"Mama kurang minum aqual sih, jadinya halu-halu gimana gitu."
"Cepat masuk sana,"teriak Angie kesal dan mengibaskan tangannya mengusir kedua putranya agar segera masuk ke sekolah.
Angie menghela napas frustasi. "Aku ini kenapa? Sepanjang pagi melamun terus." Angie menepuk-nepuk kedua pipinya dengan sedikit keras sehingga nampak merah seperti bekas tamparan. "Ayo, fokus, fokus, dan fokus."
Suara itu kembali bergema di otaknya dan membuatnya terbuai lagi. "Aku menyayangi mu."
Bersambung...