Satu tahun sebelumnya...
Angie's POV
Suara printer mendengung pelan mengeluarkan beberapa kertas yang langsung diambil cepat oleh Angie, asisten pengacara muda di Sanjaya & partner. Berjalan dan fokus membaca laporan yang barusan diprint, membuatnya tidak memperhatikan jalan dan harus bertubrukan dengan tembok hangat. Akibatnya... tumpukan kertas yang sedang dipegangnya berterbangan dan Angie jatuh dengan tidak anggun.
"Aduduh...,"omel Angie sambil mengelus pantatnya. Kepalanya mendongak untuk melihat seperti apa tembok hangat itu yang ditabraknya.
"Kamu tidak pa-pa?"tanya si tembok hangat, berjongkok di depannya. Matanya yang khawatir saat mengamati Angie memperbaiki letak kacamatanya.
Angie tersentak saat menatap si tembok hangat. Itu.. itu adalah wajah yang selalu menemani mimpi-mimpinya selama ini.
"Bermimpikah aku?"tanya Angie dalam hati.
Tanpa disadari Angie, tangannya sudah diletakkan di telapak tangan si tembok hangat yang diulurkan padanya membantunya untuk berdiri.
"Kamu tidak pa-pa?"tanya si tembok hangat itu berjongkok kembali memberesi kertas-kertas yang berhamburan. "Ini..," katanya sambil menyerahkan tumpukan kertas itu.
Angie tidak segera mengambil tumpukan kertas itu, tetapi malah menatap wajah si tembok hangat dengan linglung. Tiba-tiba Angie tersentak saat tangannya digenggam dan diberi tumpukan kertas.
"Ah ya, aku.. aku.. aku baik-baik saja. Maafkan aku, aku tidak sengaja. Tadi a..aku tidak melihat jalan,"jawab Angie gugup dengan wajah memerah.
"Tidak pa-pa,"katanya sambil tersenyum dan berlalu dari depan Angie.
Angie menatap punggung si tembok hangat itu berjalan menjauh. Tumpukan kertas itu dipeluknya erat di dadanya yang berdebar kencang. Hanya satu orang... hanya satu orang yang bisa membuat dirinya kehilangan kendali seperti ini. Dia kembali.. Mimpi masa lalu nya telah kembali.
"Angie, kamu baik-baik saja?" Angie tersentak dan berbalik melihat Linda, sekretaris Pak Sanjaya berdiri di belakang, melihatnya khawatir. "Wajahmu pucat sekali."
"Tidak pa-pa,"jawab Angie sedikit gemetar saat menarik napas.
Dilihatnya Linda membawa baki berisi beberapa mug kopi hangat. Aroma kopi yang sangat disukainya membuat Angie langsung menyambar gelas mug itu dan meminumnya perlahan. Kopi dan aroma nya selalu membuatnya tenang.
"Hei.. hei..," seru Linda terkejut saat Angie mengambil gelas mug itu. "Itu buat tamu Pak Sanjaya. Jangan langsung main sambar begitu."
"Hmm.. nanti kubuatkan lagi,"jawab Angie yang mulai rileks dan kembali menjadi dirinya sendiri yang tenang dan dingin. Angie berjalan melewati Linda sambil membawa gelas mug itu ke arah dapur.
"Ok. Langsung antar ya."
----------
Di dapur perusahaan.
"Sepuluh tahun.. bodoh. Benar-benar bodoh." Angie menertawakan dirinya.
Tangannya bergerak otomatis meraih gelas mug baru dan mulai membuat kopi. "Akhirnya aku tahu... kenapa aku tidak bisa menjalin hubungan serius dengan pria lain. Mimpi itu... mimpi itu yang menghantuiku. Ternyata selama ini, aku selalu membandingkan pria lain dengannya." Tanpa disadarinya, air matanya menetes perlahan. Diusapnya dengan kasar air mata di pipinya.
"Aku harus bisa mengendalikan diri,"kata Angie pada dirinya sendiri sambil menarik nafas gemetar.
Matanya menerawang memandang keluar jendela. "Aku tidak tahu siapa dia. Siapa namanya, apa pekerjaannya, dimana dia tinggal, bagaimana keluarganya.. apa dia sudah menikah sekarang?"tanya Angie pada hatinya sendiri. "Pertanyaan terakhir, apa dia masih ingat padaku?"
"Aduh panas..,"serunya tertahan. Angie tidak menyadari jika air panas yang diisikan pada gelas mug sudah meluber ke meja di sekitarnya hingga mengenai tangannya.
Buru-buru Angie mengambil lap untuk membersihkan cairan kopi di meja. Kemudian dia membasuh tangannya dengan air dingin agar tidak melepuh. "Sepertinya terkena air panas agak lama sampai memerah begini."
Lagi-lagi Angie melamun dan menatap nanar tangannya yang dibilas dengan air dingin. Rasa sakit akibat terkena air mendidih tidak terlalu dirasakan, yang dirasakannya hanyalah kenangan kehangatan pelukan kekasihnya di malam itu.
----------
Tok-tok-tok
"Permisi pak.." Angie masuk sambil membawa kopi dan meletakkannya di hadapan Pak Sanjaya.
"Terima kasih, Angie,"kata Pak Sanjaya ramah. "Oya Angie, kenalkan ini Pak Adiwijaya dan Pak Aaron dari kantor pusat Adiwijaya Grup."
"Selamat siang, saya Angie asisten pengacara muda di Sanjaya & partners." Angie menunduk memberi salam.
Matanya berusaha menghindari tatapan si tembok hangat. Angie tidak bisa menebak arti tatapannya. "Khawatir, penasaran, atau... perasaan rindu?"tebaknya dalam hati. Angie mengangguk memberi salam untuk menghindari bersalaman karena tangan kanannya yang memerah karena melepuh.
"Salam kenal juga Angie,"balas Pak Adiwijaya tersenyum ramah.
"Salam kenal Angie,"kata si tembok hangat.
"Nanti ke depannya, Pak Aaron bisa langsung menghubungi Angie,"kata Pak Sanjaya sambil tersenyum. Mendengar perintah itu, Angie menjadi tegang, hanya bisa mengangguk lemah.
----------
Pk 15.00
Angie bangkit dari meja kerjanya untuk pergi ke dapur perusahaan, ingin mengisi gelas mug nya dengan susu coklat hangat.
"Hari ini sudah cukup minum kopinya,"batin Angie muram. "Sudah tiga gelas kopi, tapi hatiku masih saja gelisah."
Di dapur perusahaan, cukup ramai ternyata. Dari yang Angie dengar, mereka sedang menggosipkan Pak Aaron yang datang tadi.
Dengan cuek, Angie mengambil tempat di tengah-tengah mereka, karena memang mereka ngobrolnya di dekat termos air panas, yang letaknya di tengah dapur.
"Ganteng ya Pak Aaron."
"Badannya juga keren. Kira-kira sudah punya pacar belum ya.."
"Pacarmu sudah dua, masih mau nambah lagi?"
"Hei.. kalau Pak Aaron mau jadi pacarku, lima pacarku langsung kuputus hari itu juga."
"Dasar playgirl gak beres."
"Kalau pacar tidak bisa, selingkuhan oke juga."
"Ini lagi, omongan macam apa itu... Memang Pak Aaron mau jadi selingkuhanmu?"
"Jadi bini keempat juga boleh. Sepertinya Pak Aaron kaya nih. Lumayan dapet brondong kaya dan ganteng."
"Ngawur woi."
"Tapi berharap boleh kan," kata cewek lainnya sambil menerawang. "Pak Aaron pasti hebat di ranjang."
Plak. Plak. Plak
"Messuuumm... Tunanganmu tahu tidak isi pikiran kotor mu?"
"Aku juga mau ah.. jadi pacarnya Pak Aaron, guys. Ototnya itu lo bikin aku kesengsem."
"Dasar bencong gila."
"Eh, tapi guys yang tahu pasti keren nya badan Pak Aaron cuma Angie, betul tidak?"
Angie menegang mendengar celetukan itu dan hanya tersenyum samar.
"Heeh. Tadi kan dia yang nabrak Pak Aaron. Coba kalau aku yang nabrak, nyam-nyam.. langsung ku karungin bawa pulang."
"Mantap si bencong gila."
"Kalau kamu yang nabrak Pak Aaron, doi langsung mandi kembang tujuh hari tujuh malam."
"Iiihh jahat kalian.."
"Ha.. ha.. ha.. ha.."
Rombongan heboh tiba-tiba terdiam dan segera membubarkan diri saat melihat Linda, sekretaris Pak Sanjaya lewat. Mereka semua takut padanya. Galak itu orang kata mereka.
Angie tersenyum kecut saat mengaduk minuman coklatnya. "Bener kata mereka, hanya aku yang tahu betapa hebatnya Pak Aaron di ranjang."
Bersambung...