Terdengar suara kuda yang berlarian dengan cepat, samar-samar terlihat seragam kesatria milik Kekaisaran yang menaiki kuda-kuda itu. Mereka melewati hutan kecil untuk menuju ke tempat tujuan, tempat yang sudah mereka sepakati kemarin. Di balik itu semua ada satu kuda berwarna coklat tua dengan seorang pria yang menggunakan pakaian berbeda dari yang lain.
Pakaian kerjaan dengan sebuah jubah yang menunjukkan posisi pria itu, walau terlihat lebih kecil dari pada kesatria lain. Dia terlihat lebih santai dengan raut wajah serius, tak lama mereka bisa melihat sebuah cahaya terang di balik hutan tersebut. Sepertinya mereka sudah semakin dekat dengan tempat tujuan.
Pria kecil itu tersenyum lebar, raut wajah santai tadi di gantikan dengan tatapan senang. Sekarang dia memiliki satu kesempatan untuk mendapatkan tahta Kekaisaran. Setelah kekuatan si kembar muncul, gelar Putra Mahkota miliknya terancam di cabut. Setelah semua yang dia lakukan demi tahta ini, dia tak mau jika hal itu sampai terjadi.
Walau dia merasa enggan untuk menuju ke sini, tapi tak ada yang bisa dia lakukan sekarang. Semua yang terjadi di Kekaisaran adalah karma dari Dewa dan dia jelas menyadari hal itu. Manik hijaunya menatap langit yang cerah, sudah lama dia tak berpergian jauh. Jika di ingat dia selalu saja sibuk dengan berbagai tugasnya sebagai Putra Mahkota.
Sekarang dia tak boleh mundur, semua yang sudah dia lakukan untuk mendapatkan kasih sayang Sang Kaisar dan tahta Kekaisaran. Dari dulu sampai nanti dia akan melakukan semua cara untuk mencapai tujuannya. Walau harus menggunakan cara licik apa pun, asalkan semua keinginannya terwujud maka dia akan melakukannya.
Kudanya berhenti dengan tatapan mengarah pada gedung putih besar dengan gaya klasik namun terlihat mewah. Dia turun dan langsung di ikuti oleh yang lain, jubah berwarna hijau tuanya berkibar mengikuti hembusan angin. Tak lama dia berjalan mendekati gedung putih yang dihiasi berbagai tanaman hijau yang cantik.
"Jadi ini Kuil Suci" gumamnya meneliti setiap sudut gedung itu
Tak lama seseorang datang, dengan jubah putih panjang yang menutupi pakaiannya. Di sisi kiri pinggangnya terdapat sebuah pedang sama seperti milik kesatrianya "siapa kalian dan ada urusan apa kalian ke sini" pria itu terlihat masih berumur delapan belas tahunan
Tak jauh berbeda dengan dirinya, walau memang tinggi pria itu membuatnya harus mendongak "aku Putra Mahkota Kekaisaran Veddira"
Pria dengan jubah putih itu terlihat tak peduli, bahkan dia tak menunjukkan etikanya pada Putra Mahkota. Membungkuk saja dia enggan apa lagi sampai menyapa atau menyambut pria itu. Sejarah soal kuil suci dan Kekaisaran Veddira banyak yang sudah mengetahuinya, termasuk dirinya yang tidak akan pernah tunduk pada orang Kekaisaran setelah apa yang terjadi.
Manik secerah biru langit itu terlihat menatap rendah pada Putra Mahkota sampai seorang kesatria datang dan menodongkan sebuah pedang di lehernya. Pria itu tertawa kecil menatap besi panjang yang bersinar terkena sinar matahari itu ada di depan lehernya. Tak lama senyumannya mengembang dan mengeluarkan pedangnya.
Kedua pedang yang saling beradu itu menimbulkan suara yang nyaring, tapi pria itu tak peduli dan langsung menyerang dengan cepat. Pedang kesatria itu terlempar dan tertancap di tanah, tepat di sebelah kuda Putra Mahkota "bukankah tindakan kalian ini tidak sopan" ucap pria itu menatap kesatria tadi yang bergetar ketakutan
"Sepertinya kau bukan orang biasa" sahut Putra Mahkota dengan pandangan menatap pedang suci milik pria itu
"Ternyata kau tau siapa aku" ucap pria itu dengan senyuman miring yang terlihat jelas di wajahnya
Putra Mahkota hanya tertawa kecil dengan tatapan merendahkan namun terlihat tajam. Sepertinya dia bertemu dengan seseorang yang menyusahkan saat ini. Tapi tujuannya adalah membuat kuil suci mau membantu Kekaisaran dalam mengatasi semua masalah mereka. Walau dia tak yakin, tapi dia harus mencobanya bukan.
"Kesatria Kuil Suci, Sean Dermian Gyunael" ucapan Putra Mahkota membuat para kesatria di belakangnya langsung menatap pedang milik pria itu
Dan benar saja, pedang dengan terlihat bersinar dengan warna biru cerah yang menyelimuti pedangnya. Apalagi bentuk pedang yang terlihat sama dengan apa yang ada di buku, membuat mereka tak percaya. Karena terlalu fokus pada Putra Mahkota mereka tak menyadari pedang yang pria itu genggam. Dan tentu saja kesatria Kekaisaran tadi langsung kalah dalam satu kali serangan.
Ternyata dia adalah pria yang di rumornya adalah kesatria terbaik dan dekat dengan dewa. Kekuatan dewa yang dia miliki juga termasuk hadiah dari dewa, walau tak ada yang tau jelas bagaimana hal itu terjadi tapi banyak orang yang mengaguminya. Pria itu tersenyum lebar dengan pedang yang mulai di tempatkan di pinggang kirinya.
"Ternyata kau tau siapa aku, tapi itu bukan menjadikanmu bisa memasuki wilayah Kuil Suci" Sean mengatakan dengan lantang, tak ada ketakutan di wajah Sean bahkan dia dengan santai membalikkan badannya berniat untuk pergi
"Ini masih di wilayah Kekaisaran, dan aku berhak masuk" sahut Putra Mahkota dengan tatapan tajam
"Owh.. Kau ternyata sangat kasar, berbeda sekali dengan rumor yang beredar. Ya bukan berarti aku percaya dengan rumor itu hanya saja aku pernah mendengarnya" Sean tertawa dengan tubuh yang tidak berniat untuk berbalik sama sekali
Putra Mahkota berdecak dan langsung berjalan masuk sebelum sebuah cahaya biru membuatnya terpental jauh. Sean menatap tajam atas tindakan Putra Mahkota yang tidak tau etika, bukankah dia sudah mengusirnya. Jadi buat apa pria itu masuk ke tempat yang bukan miliknya. Terlihat jelas semua kesatria yang mengeluarkan pedangnya dan Sean malah tertawa keras melihat hal itu.
Bukankah ini sangat lucu, yang salah di sini siapa. Tapi kenapa dia yang di todong dengan pedang, Sean menetralkan raut wajahnya dan langsung membuat para kesatria berjatuhan. Bahkan dia tak menyentuhnya sama sekali, jika pihak Kekaisaran menyebutkan dengan sihir maka kuil suci menyebutnya dengan berkat dewa.
Sean hanya berdiri diam menatap semua kesatria yang berjatuhan, dan manik birunya langsung menatap Putra Mahkota yang tengah berdiri di bantu oleh salah satu kesatrianya "berapa umurmu, bukankah kau lebih muda dariku tapi kau sudah berani denganku" Sean memang tak suka jika ada yang mengganggunya
Harusnya dia beristirahat setelah menyelesaikan tugas dari pimpinannya. Tapi kedatangan orang-orang yang tidak di undang ini membuatnya harus bekerja lagi. Padahal dia sudah memikirkan bagaimana empuknya kasur yang sudah dia tinggalkan selama seminggu itu.
"Tindakanmu ini akan mendapatkan hukuman yang setimpal" Putra Mahkota kembali berbicara membuat Sean tertawa
"Sepertinya kau lupa dengan peraturan yang ada, Putra Mahkota"