Chereads / The Miracle of Death / Chapter 20 - Researching

Chapter 20 - Researching

Matahari belum muncul tapi terlihat dua orang yang terlihat di sekitaran taman asrama sekolah. Keduanya menggunakan pakaian yang mudah untuk bergerak dan jubah hitam milik mereka berdua. Keduanya tengah berdiri berdua dengan pembicaraan yang terus mengalir tanpa henti. Tak lama keduanya menoleh menatap sekitar yang tidak ada orang sama sekali.

Sesuai rencana keduanya akan pergi bersama tanpa perlu bantuan Caesar. Bahkan Caesar saja tidak mau dan terus melarangnya kemarin, dengan tas selempang kecil yang di bawa Rimonda mereka langsung bersiap pergi. Menggunakan kekuatan Ramon adalah hal yang sangat mereka pikirkan sejak semalaman.

Semalam Ramon tidak kembali ke asrama dan malah membicarakan rencana mereka. Dan akhirnya keduanya berniat pergi dengan barang seadanya, mungkin mereka harus membolos sekarang. Tapi apa peduli mereka, ini demi nyawa banyak orang jadi jika hanya terkena hukuman maka mereka akan melakukannya tanpa ribut.

"Cepat buka portal sebelum ada penjaga" ucap Rimonda dengan manik ungu yang bersinar walau di tempat yang gelap

Tak lama portal muncul dan keduanya langsung masuk, tanpa di sadari ada satu orang yang melihat kepergian mereka. Keduanya sampai di tempat tujuan, tak ada orang di sana karena memang Ramon membuka portal di sekitar hutan. Terlalu beresiko jika dia menggunakan di tempat umum, mungkin akan ada rumor aneh lagi dan mereka di sini ingin meneliti bukan mencari perhatian.

Tak lama Rimonda menatap Ramon dengan tangan menyentuh rambut dan bola mata Ramon. Sebuah cahaya ungu muncul membuat warna rambut dan mata Ramon berubah dalam sekejap. Kekuatan sihir mereka memang sangat berguna sekarang, bahkan keduanya menggunakan warna rambut hitam dan bola mata berwarna coklat supaya sama dengan masyarakat di sana.

"Kau memang hebat" ucap Ramon melihat bagaimana penampilan Rimonda yang terlihat berbeda

"Ini hanya berubah sedikit tapi, sepertinya kakak cocok dengan warna itu" sahut Rimonda membuat Ramon menatapnya kesal

"Kau mengejekku" kesal Ramon membuat Rimonda terkekeh kecil

"Sudahlah ayo kita pergi" ucap Rimonda tak mau ribut di saat seperti ini

Mereka berjalan dan menggunakan sebuah kain untuk menutupi hidung dan mulut mereka. Bukan apa-apa hanya saja mereka harus berhati-hati dengan penyakit yang menular itu. Tak lama kemudian mereka bisa melihat pemukiman warga. Di sana mereka bisa melihat orang-orang yang tengah berjalan dengan pakaian putih dari bawah hingga atas.

Rimonda dan Ramon jelas ingat bahwa ada pakaian khusus yang di gunakan para dokter dan perawat untuk terhindar dari penyakit. Dan sepertinya hal itu di gunakan karena penyakit yang tengah melanda desa ini. Keduanya saling bertatapan dan mendekati salah satu dari orang itu.

"Kalian siapa" orang itu cukup terkejut dan langsung mundur

"Ah.. Maafkan kami, hanya saja kami adalah peneliti dari luar desa dan berniat meneliti soal penyakit di sini apa kita di perbolehkan bertanya" ucap Ramon membuat orang itu menatapnya keduanya tajam

Pakaian yang mereka gunakan memang terlihat biasa saja tapi jubah hitam dengan kain hitam yang menutupi hidung dan mulut mereka pasti membuat orang di hadapan mereka takut. Apalagi ini bukanlah tempat yang bisa di datangi karena penyebaran penyakit yang ada. Orang itu sepertinya masih belum bisa percaya sampai Ramon menggunakan kekuatannya.

Mungkin memang tidak sopan tapi dia harus melakukannya demi penelitian ini lancar. Dan benar saja orang di hadapan mereka langsung mengangguk dan menyuruh mereka untuk mengikutinya. Meraka berada di sebuah bangunan yang tak terlalu besar tapi dari banyaknya orang-orang yang menggunakan pakaian yang sama itu membuat mereka yakin bahwa ini adalah tempat untuk merawat pasien.

Apalagi yang mereka dengar bahwa banyak pasien dan semua orang harus terus berada di rumah. Hal itulah yang membuat desa ini terlihat sepi dan hanya orang dari tenaga medis saja yang berkeliaran. Selain merawat pasien mereka juga yang akan membagikan bantuan dari Kekaisaran. Keduanya mengamati bangunan itu sampai seseorang datang menghalangi mereka.

"Siapa mereka??" ucapan itu membuat keduanya terlihat waspada

"Ah.. Mereka dari Kekaisaran katanya ada penelitian gitu" jawab orang yang bersama mereka tadi

"Ah.. Iya namaku Qiyora" orang itu kembali bersuara menatap mereka berdua yang mengangguk

"Saya Rona, dan dia Ved" sahut Rimonda dengan cepat membuat Ramon mengangguk

'Nama yang lucu' batin Ramon membuat Rimonda mengiyakan saja ucapan kakak kembarnya itu

'Bukankah kau lebih jago mengarang' Ramon terkekeh di balik penutup wajahnya

Bagaimana mungkin Qiyora bilang bahwa mereka dari Kekaisaran, jika bukan ulah Ramon siapa lagi. Padahal mereka saja tak membicarakan siapa mereka sebenarnya "jadi begitu, Yora pasti akan membantu banyak" ucap orang itu langsung meninggal mereka bertiga sekarang

Mereka masuk ke dalam dan melihat banyaknya pasien yang berjejer di lantai bawah. Keduanya cukup terkejut akan hal itu, mereka memang tau jika desa ini termasuk desa terpencil tapi mereka tak menyangka bahwa rumah sakitnya sampai seperti ini. Bukankah ini sangat keterlaluan, bahkan Ramon terlihat kesal dengan para bangsawan yang sudah memakan uang rakyat.

Jika saja mereka punya kuasa pasti mereka akan membuatkan rumah sakit yang layak untuk pasien. Banyak para pasien hanya di beri alat seadanya saja membuat keduanya tidak bisa mengatakan apa pun. Tapi Rimonda ingat bahwa mereka di sini untuk menyembuhkan mereka yang bisa selamat. Dan dia harus melakukannya sekarang "berapa banyak pasien yang ada sekarang??" Rimonda bertanya membuat Qiyora menatapnya

"Sekitar dua puluh orang dewasa dan sepuluh anak-anak" jawab Qiyora membuat Rimonda menulisnya dengan cepat

"Lalu yang sudah meninggal??" gantian Ramon yang bertanya

"Sekitar lima puluh lebih, dan bisa saja bertambah"

"Apakah benar jika gejalanya demam dan muncul ruam merah di tubuh pasien" Rimonda memang mendengar ini dari Caesar dan dia harus memastikan kebenaran dari data yang dia miliki

Dan benar sana Qiyora mengangguk membuat keduanya menghela nafas, banyak yang bilang bahwa ini hanya penyakit demam biasa. Tapi setelah banyak korban dan pasien yang muncul membuat pendapat itu mulai di lupakan. Dan dari kesimpulan yang ada berarti sudah ada sekitar delapan puluh orang yang tertular dan itu termasuk angka yang tinggi.

Tapi tidak di desa ini saja, bahkan di desa sebelah juga ada dan mereka harus ke sana juga nanti "lalu apa lagi, apa ada informasi yang bisa kami dengar" Rimonda tau bahwa banyak dokter yang berusaha tapi tidak di temukan obat yang cocok untuk penyakit ini

"Ah.. Data lengkapnya ada di laci" ucapnya sebelum pergi

Keduanya saling bertatapan sampai terdengar suara teriakan dari arah luar.