Pria itu terkejut menatap Rimonda yang tersenyum menang karena berhasil membuatnya keluar dari persembunyiannya. Tapi karena hal itu juga Ramon merasakan tubuhnya yang sakit semua walau akhirnya Ramon akan mendapatkan perawatan dari Rimonda.
"Hai paman.." ucap Rimonda melihat pria itu yang tidak bergerak dan malah menujukkan wajah terkejutnya.
"Apa paman tau, paman yang mengikuti kami itu sangat mengganggu kami. Kenapa paman tidak menolak saja perintah Yang Mulia Kaisar, bukankah kami anak yang menjadi aib Kekaisaran. Tidak perlu melakukan hal seperti ini paman, bagaimana jika paman pulang dan tidur dengan tenang malam ini"
Rimonda menunjukkan senyuman paling manis, bahkan setiap kata yang terucap terdengar begitu lembut namun menusuk tepat di ulu hati pria itu. Ramon dan Caesar cukup terkejut akan apa yang di lakukan Rimonda tapi Ramon sangat setuju akan apa yang di katakan Rimonda.
Kecuali Caesar yang merasa tidak enak untuk mendengar hal yang menjadi masalah keluarga Kekaisaran. Dia bukan orang yang pantas untuk mendengar hal ini membuat Caesar memilih pergi cukup jauh dari keberadaan mereka.
Ramon sadar akan hal itu tapi dia tidak bisa membuat Caesar masuk lebih jauh dari masalah mereka. Cukup menjadikan Caesar teman di akademi, mereka tidak melakukan hal yang lebih beresiko lagi pada Caesar.
"Yang Mulia Putri, ini bukan seperti yang Yang Mulia Putri pikirkan" sahut pria itu menunduk tidak berani menatap manik anak sang Kaisar.
"Memang apa yang kami pikirkan" ucap Ramon menatap datar pria itu yang bergetar takut.
Padahal dia hanya di suruh untuk menjaga si kembar saja, tapi kenapa dia malah mengalami hal seperti ini. Rasanya dia ingin menghilang saja dari pada merasakan hal memalukan seperti ini. Ini lebih dari dia yang di keluarkan dari pasukan kesatria Kekaisaran karena Putra Mahkota.
Rasanya harga dirinya hancur saat tatapan si kembar begitu tajam dan muak akan kehadirannya. Apakah dia salah karena mengikuti perintah Kaisar, jelas dia melakukan hal ini karena sebuah perintah bukan karena keinginannya langsung.
"Maafkan saya Yang Mulia" pria itu semakin membungkuk berharap dia akan di lepaskan begitu saja.
"Hm... Bagaimana ya, sepertinya kami tidak berniat memaafkanmu. Ah.. Aku yakin kau sudah mengadu pada Yang Mulia Kaisar jika kami pergi menuju tempat terjadinya penyakit menular itu bukan. Oh.. Tidak, apa kau juga memberikan informasi bahwa kami bekerja sama dengan pihak Kuil Suci yang Putra Mahkota tidak bisa lakukan"
Ucapan Rimonda memang selalu tepat sasaran, dia memang sudah memberikan semua informasi itu. Dan dia merasa buruk saat ini, tapi itulah tugasnya.
'Apa kau akan memberi pelajaran pada pria ini?' tanya Ramon menatap Rimonda yang tersenyum penuh arti.
"Bagaimana jika kita membuat kesepakatan" ucap Rimonda membuat pria itu mendongak merasa bahwa dia masih punya kesempatan.
"Aku akan melepaskanmu tapi bagaimana jika kau memberikan semua informasi yang sudah kau berikan pada Yang Mulia Kaisar. Kau tau kami tidak menyukai sebuah rahasia!"
Rimonda tersenyum membuat Ramon ikut tersenyum, dia tidak memikirkan hal seperti ini. Tapi bagaimana bisa saudara kembarnya itu bisa memikirkan hal yang lebih licik dari seekor ular. Rasanya dia seperti melihat Rimonda yang berbeda dari yang dulu. Jelas Rimonda pasti akan mengandalkan dirinya dengan raut wajah ketakutan.
Tapi sekarang Rimonda menjadi gadis pemberani hanya dalam beberapa hari, rasanya dia tidak salah membuat keputusan untuk menjadikan adik kembarnya sebagai Ratu di Kekaisaran ini. Dan Ramon langsung mendekat, menyuruh pria itu untuk duduk bersila di hadapan mereka.
"Dan kau juga harus tutup mulut soal kejadian ini, tapi aku ingin kau memberikan semua informasi kami pada Yang Mulia Kaisar tanpa terkecuali" ucap Ramon berbisik tepat di telinga pria itu.
"Ya akan saya lakukan, asalkan saya masih bisa bekerja"
Si kembar tersenyum senang dan langsung memanggil Caesar untuk kembali datang, setelah selesai mereka langsung berteleportasi menuju akademi. Caesar pergi meninggalkan si kembar bersama dengan pria itu. Pria itu terus mengikuti mereka di belakang sampai mereka sampai di sebuah kamar milik Rimonda.
"Masuklah, kita akan membahas cukup banyak malam ini" ucap Rimonda mempersilahkan pria itu masuk bersama Ramon.
Mereka bertiga duduk tenang dengan pria itu yang terus menunduk, dia jelas masih ketakutan walau dia tau si kembar tidak akan berbuat buruk padanya. Dan si kembar merasa kesal karena masih saja ada orang yang tidak berani menatap mata mereka. Padahal status mereka adalah aib Kekaisaran, lalu sebenarnya apa alasan meraka bersikap seperti ini.
Bahkan anak-anak di akademi juga bersikap sungkan kecuali anak perempuan Duke yang seorang Putri Mahkota saat ini "tatap mata kami, kami sama sepertimu. Tidak ada alasan kau harus merendahkan diri hanya karena kami memiliki darah Kaisar" ucap Ramon membuat Rimonda mengangguk setuju.
"Tapi..? Jika Kaisar tau saya akan di bunuh"
Tunggu apa si kembar tidak salah dengar bahwa kaisar akan membunuh pria di depan mereka hanya karena berani menatap mata mereka. Padahal ayahnya selama ini mengabaikan semua itu, bahkan di saat dirinya tidak di beri makan oleh para pelayan dan di perlakukan seperti sebuah barang.
Apa ini karena kekuatan mereka, jika benar karena itu rasanya mereka ingin membunuh pria yang menjadi ayah mereka. Apakah hal yang pernah mereka lalui dulu hanyalah hal yang umum karena mereka lahir tanpa sihir. Ternyata tidak ada manusia yang akan menyayangi mereka tanpa imbalan.
Jelas semuanya hanya menginginkan kekuatan yang ada di dalam diri mereka sekarang. Apakah Kaisar akan terkejut saat dia tau bahwa Putra Mahkota membunuh mereka sebelum mereka mendapatkan sihir ini. Sepertinya itu akan menyenangkan untuk mereka nonton suatu hari nanti.
"Aku tidak akan mengatakannya dua kali, kami tidak akan pernah membiarkanmu pergi jika kau tidak menatap mata kami" Rimonda sedikit mengancam tapi dia melakukan itu karena dia tidak suka perlakuan semua orang yang sungkan padanya.
Apa bedanya dia yang dulu dan yang sekarang, hanya karena sihir lalu semuanya berubah dan itu sangat memuakkan. Dan pria itu langsung terdiam dengan tubuh yang bergetar takut salah dalam tindakannya. Tapi Ramon yang mendekat membuat pria itu mendongak dengan wajah yang berusaha menjauh.
"Maaf... Yang Mulia" kaget pria itu.
Si kembar menghela nafas membuat pria itu menatap mereka takut "lakukan seperti keinginanku sekarang! Dan katakan semua yang di lakukan Putra Mahkota dan Yang Mulia Kaisar saat ini" ucap Rimonda menatap ke arah manik madu itu dengan datar.
"Aku butuh informasi itu sekarang!!"