Wajah keruh Putra Mahkota adalah hal biasa, tapi jika yang terlihat adalah wajah keruh sang Kaisar apa masih di anggap biasa. Terlihat sang Kaisar yang terlihat tidak semangat hari ini, pemikirannya selalu berkecamuk akan hal-hal yang di ributkan para bangsawan.
Dia sudah cukup sibuk untuk sekarang tapi para bangsawan itu masih saja memaksanya untuk segera bertindak. Tentu saja itu masalah tahta yang masih ambigu. Niatnya memang ingin menunggu lebih lama lagi sampai si kembar memasuki usia dewasa, tapi dia jika hal itu terjadi maka Putra Mahkota yang akan mendapatkan tahta Kekaisaran.
Rasanya dia mau mengatakan dengan lantang pada bangwasan itu untuk menunggu. Mereka jelas terlihat tidak peduli dengan masalah yang terjadi pada rakyat Kekaisaran. Dia yang harus mengurusi semua hal yang terjadi di Kekaisaran mulai muak untuk selalu mendengar ocehan para bangsawan.
Pintu ruangannya di ketuk di mana sang Ratu yang terlihat khawatir. Dirinya tidak keluar dari ruangannya sejak Putra Mahkota kembali dari Kuil Suci. Dan sebagai istri yang baik dia berniat membantu pekerjaan suaminya. Langkah kakinya sangat pelan dengan satu pelayan yang membawa nampan mengikuti di belakang.
"Yang Mulia, istirahatlah" sang Ratu membungkuk sopan menatap manik sang Kaisar yang terlihat begitu lelah.
"Aku tidak punya waktu, bukankah pekerjaanmu juga cukup banyak. Apakah semua bisnis para bangsawan itu lancar, aku yakin mereka mendapatkan keuntungan yang besar" apakah salah jika dia mengatakan hal itu, nyatanya memang para bangsawan itu tidak tau malu akan tindakan mereka selama ini.
Kekaisaran yang sudah ada sejak puluhan tahun itu sepertinya akan kembali hancur jika semua bangsawannya seperti itu. Apakah kehadiran si kembar yang memiliki kekuatan Kaisar Pertama memang ada hubungannya dengan kehancuran Kekaisaran.
Dia bukan berharap Kekaisaran hancur tapi tanpa sengaja dia mendapatkan pemikiran buruk seperti itu. Sang Kaisar menghela nafas melirik sang Ratu yang masih menunggu dirinya. Jika terus seperti ini pekerjaannya malah akan semakin terlambat.
"Baiklah, siapakan tehnya ada yang perlu aku bicarakan denganmu" ucap snag Kaisar memilih mengalah pada Ratunya yang memang sejak dulu selalu bersikap keras kepala.
Pelayan sang Ratu langsung menyeduh teh dengan cepat, tidak ada suara selain suara air teh yang di tuangkan ke dalam gelas. Pandangan sang Ratu mengarah pada manik Kaisar yang begitu hijau dan entah kenapa dia jadi memikirkan soal manik merah dan ungu milik si kembar.
Sang Kaisar sendiri hanya duduk tenang mencoba menenangkan pikirannya yang seperti mau pecah. Masalah yang terjadi saat ini memang sangat mengejutkan dan cukup membuat dirinya kebingungan untuk menyelesaikan masalah ini. Dia sudah dengar bahwa si kembar menemui Kesatria Kuil Suci.
Dia memang tidak berharap akan hal itu terjadi tapi melihat si kembar melakukan hal itu tanpa sepengetahuannya membuat sang Kaisar merasa bahwa mereka memiliki jiwa untuk menjaga Kekaisaran tetap aman. Berbeda dengan Putra Mahkota yang selalu fokus pada hal-hal finansial di Kekaisaran saja, seperti sang Ratu.
Bukan berarti dia membedakan keduanya, hanya saja dia harus berpikir objektif untuk melihat perkembangan anak-anaknya. Apalagi tahta Kekaisaran tidak bisa dengan mudah dia serah tangankan pada orang yang tidak bertanggung jawab. Di antara mereka bertiga yang benar-benar menujukkan dirinya menginginkan tahta hanya Putra Mahkota.
Dan si kembar masih belum memberikan suara untuk mengambil hak tahta, walau begitu rasanya dia harus segera membahas hal ini dengan si kembar. Melihat mereka sebagai anak kecilpun tidak ada gunanya, jelas mereka tidak menyukai dirinya yang dulu mengabaikan mereka.
Tapi manusia memang tempatnya orang salah jadi biarkan dia memperbaiki kesalahannya dulu.
"Bagaimana? Apakah tehnya cukup membuat Yang Mulia merasa tenang?" sang Ratu terlihat begitu berharap menatap Kaisar yang terlihat tidak menyukai tatapannya.
"Ya cukup" jawaban singkat itu mampu memberikan senyuman di wajah sang Ratu.
"Ratu, aku akan pergi ke akademi" sang Ratu terkejut menujukkan bahwa dirinya tidak bisa menerima apa yang baru saja dia dengar. Wajahnya mengeruh menujukkan tatapan tidak suka tapi sang Kaisar tidak peduli karena dia memang tau hubungan Ratu dan si kembar sangat buruk.
"Tapi Yang Mulia.."
"Aku tidak menerima usulanmu, aku hanya ingin Ratu tau" ucap Kaisar menatap malas akan ekspresi sang Ratu yang sangat tidak masuk akal.
Padahal si kembar itu anak mereka lalu di mana letak kesalahan si kembar sampai sang Ratu begitu tidak menyukai keberadaan mereka. Memikirkan masalah Kekaisaran sudah cukup membuatnya pusing, kali ini dia malah harus memikirkan bagaimana cara membuat hubungan ibu dan anak itu menjadi baik.
"Aku tau kau tidak suka karena kau berharap Putra Mahkota mendapatkan tahta, tapi ini demi Kekaisaran. Aku tidak mau bertindak egois dengan hanya memilih satu dari mereka. Aku ingin menunjukkan bahwa aku akan menerima mereka yang siap menjadi pewaris tahta"
Sang Ratu mengangguk, dia tidak punya hak melarang Kaisar. Semua yang Kaisar katakan adalah hal mutlak dan apa yang sang Ratu dengar saat ini menunjukkan bahwa sang Kaisar akan menunjuk si kembar untuk ikut berperang dalam tahta "baiklah, saya paham akan keinginan Yang Mulia. Tapi saya berharap mereka berdua layak bertarung dengan Putra Mahkota dengan baik. Saya tidak ingin Putra Mahkota terluka nantinya"
Kaisar tersenyum mengangguk pasti akan hal yang baru saja Ratu katakan. Jelas dia akan melihat sendiri apa yang si kembar dan Putra Mahkota lakukan untuk mendapatkan tahta Kekaisaran. Mungkin akan menarik dan dia harus siap jika akhirnya ada pertumpahan darah nantinya.
"Aku mengerti" ucap sang Kaisar yang langsung bangkit dari duduknya dan kembali untuk menyelesaikan semua kertas yang menumpuk di meja kerjanya.
"Selamat bekerja Yang Mulia, saya pamit undur diri" ucap sang Ratu membungkuk dan langsung berjalan keluar dari ruangan itu.
Raut wajah keruh sang Kaisar mulai membaik tapi gantian sang
Ratu yang terlihat memburuk. Niatnya datang hanya ingin memberikan sebuah perhatian pada Kaisar tapi bisa-bisanya sang Kaisar berniat menemui si kembar. Jelas ini akan mengancam posisi Putra Mahkota dan dia tidak mau hal itu sampai terjadi.
Tapi apa yang harus dia lakukan, jika sang Kaisar tau bahwa dia bersikap hanya dengan menguntungkan Putra Mahkota jelas dia akan di hukum nantinya. Terlihat jelas bahwa Kaisar ingin semuanya berjalan dengan baik tanpa ada masalah sama sekali.
Tapi dia tidak menyangka bahwa keputusan yang di ambil sang Kaisar sangat tidak masuk akal dan tidak menguntungkan baginya. Memikirkannya saja malah membuat kerutan di wajahnya semakin bertambah 'ini jelas tidak bisa di biarkan'