Chereads / The Miracle of Death / Chapter 33 - Just Lies

Chapter 33 - Just Lies

Hari berlalu dan kabar soal Rimonda yang sudah membantu menghilangkan wabah di antara rakyat Kekaisaran mulai tersebar. Banyak rumor yang mengatakan bahwa Rimonda adalah orang yang pantas akan tahta Kekaisaran, bahkan ada juga yang mulai menudukung Rimonda.

Dan karena hal itu Putra Mahkota semakin membenci Rimonda, dia pikir tujuannya akan berhasil dengan baik. Tapi sampai saat ini dia belum bisa membunuh mereka, sebenarnya kenapa Yang Mulia Kaisar memberikan mata-mata untuk mengawasi si kembar.

Dia jelas tidak bisa mendekati si kembar, padahal dia berniat membunuh si kembar di akademi tapi semua itu hanyalah sebuah pemikiran tanpa bisa terwujud sekarang. Putra Mahkota mengusak rambutnya kasar meletakkan pena bulunya.

Apakah tidak ada cara yang bisa membuat dia bisa membunuh si kembar, apalagi dia juga mendengar bahwa kesatria Kuil Suci yang mencemoohnya menjadi kesatria pribadi Rimonda sekarang. Kenapa!! Kenapa harus Rimonda yang memiliki hal yang tidak bisa dia miliki!?

Kenapa??

Sejak kecil dia sudah di tinggalkan oleh Yang Mulia Kaisar hanya karena si kembar lahir. Dia tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup lalu sekarang dia kembali kalah dari Rimonda. Ternyata Ramon tidak ikut dalam perang tahta, jelas Rimonda yang akan maju sebagai seorang Putri Mahkota.

Tangannya meremas sebuah kertas yang ada di meja kerjanya, dia tidak peduli jika nantinya harus menulis lagi. Asalkan amarahnya bisa reda maka dia akan melakukan apa pun. Manik hijaunya menatap pintu ruangannya yang di ketuk dan tidak lama muncul ibunya dari balik pintu.

"Apakah ibu mengganggu?"

Terlihat jelas wajah Yang Mulia Ratu tengah resah sekarang. Tentu saja mengingat rumor soal Rimonda yang menjadi perbincangan utama di dunia kelas atas.

"Masuklah Yang Mulia.." ucapnya menatap sang ibu yang tersenyum walau terpaksa.

"Apa kau sudah dengar soal Rimonda?"

Yang Mulia Ratu langsung mengatakan kegelisahannya setelah duduk di salah satu bangku di sana. Tatapan Putra Mahkota terlihat kesal tapi dia mengangguk menatap ibunya yang juga kesal. Jika di pikir kadang dia sedikit penasaran akan alasan ibunya membenci si kembar.

Dia jelas ingat si kembar adalah anak kandungnya sama sepertinya, lalu apa alasan Yang Mulia Ratu melakukan itu. Apakah ada hal yang dia tidak ketahui soal hubungan si kembar dengan Ratu. Jika iya dia merasa penasaran akan hal itu, jelas ibunya sangat membenci kehadiran si kembar.

"Apakah saya boleh bertanya? Alasan Yang Mulia membenci mereka?" ucap Putra Mahkota menatap sang ibu yang terlihat terkejut.

Tapi Ratu langsung menatap Putra Mahkota dengan tatapan santai "apakah itu penting, mereka jelas adalah anak yang tidak pantas hidup di dunia ini"

Jawaban sang ibu membuat Putra Mahkota terdiam, sepertinya ini bukanlah hal yang simpel. Rasanya seperti ada yang di sembunyikan oleh ibunya selama ini dan dia akan mencari tau sendiri. Putra Mahkota bangkit dan langsung melangkah mendekati sang ibu yang terlibat gelisah.

Dia duduk mengahadap sang ibu dengan manik hijau menilai akan sikap ibunya yang sangat aneh.

"Apa Yang Mulia tau jika saya menderita selama ini, kalian begitu menyayangi si kembar dulu sampai akhirnya kalian meninggalkan si kembar hanya karena mereka tidak memiliki sihir. Lalu sekarang hanya Kaisar saja yang berniat mendekati mereka, kenapa Yang Mulia Ratu tidak melakukan hal yang sama?"

"Bukankah anda bisa meninggalkan saya dan mulai memihak Rimonda yang di sukai oleh semua orang?"

Putra Mahkota hanya takut jika dirinya kembali di tinggalkan, dia tetaplah seorang anak yang masih butuh kasih sayang dan perhatian. Tapi dia tidak mendapatkannya hanya karena statusnya sebagi anak pertama dan sekarang seorang Putra Mahkota.

Kenapa hidupnya begitu buruk untuk bisa dia menikmati, padahal dia juga ingin hidup seperti orang lain. Seperti mereka yang mendapatkan kasih sayang dari orang tua, tidak seperti dirinya yang hanya di suruh belajar demi tanggung jawabnya sebagai calon Putra Mahkota dulu.

Dan setelah dia menjadi Putra Mahkota, dia semakin di abaikan. Tidak ada yang berniat menganggapnya anak kecil yang masih butuh perhatian. Dia hanya di anggap sebagai salah satu orang dewasa yang akan memimpin Kekaisaran suatu saat ini. Walau begitu semuanya malah berakhir buruk dengan Rimonda yang berniat merebut statusnya.

"Anda jelas tau bagaimana kehidupan saya selama ini" ucap Putra Mahkota lagi menatap dingin ke arah ibunya yang terlihat mencoba mengatur emosinya.

"Kenapa Yang Mulia? Apakah anda tengah kebingungan untuk menjawab apa?"

"Tidak..! Yang Mulia..., apakah anda tau apa yang sekarang anda ucapkan. Anda jelas menistakan keluarga Kekaisaran hanya karena sebuah rasa penasaran yang membodohi anda"

Putra Mahkota menatap ibunya terkejut, sebuah pengalihan dan dia jelas menyadarinya. Tapi dia tidak bisa mengatakan hal itu dengan mudah, etika para bangsawan adalah untuk selalu menahan ego dan emosinya dan itulah yang di lakukannya sekarang.

Sebuah senyuman terukir di wajah Putra Mahkota menatap sang ibu yang ikut tersenyum walau cangung "Yang Mulia, saya harap anda selalu berada di pihak saya. Mau apa pun alasan anda, asalkan anda selalu berada di sebelah saya maka anda akan menjadi orang yang berharga bagi saya"

Putra Mahkota bangkit dengan tubuh yang berlutut di hadapan sang ibu, jelas Ratu terkejut tapi yang bisa Ratu lakukan hanya mengabaikan tangannya di kecup oleh anaknya. Perasaan takut itu jelas semakin membesar dan Ratu memaksakan sebuah tawa terkejut di bibirnya.

"Apakah Yang Mulia tengah menilai kesetian ibu anda, sepertinya Yang Mulia ketakutan karena adik anda bersiap melawan anda"

Ucap Ratu dengan salah satu tangan menyentuh bahu anaknya, rasa takutnya jelas sudah tidak bisa dia sembunyikan lebih lama lagi. Tapi jika dia ketahuan maka semuanya akan berakhir, dan dia jelas sangat takut jika hal itu sampai terjadi.

Andai saja dia punya kuasa yang lebih besar maka dia akan membantu anak pertamanya mendapatkan tahta dengan mudah. Tapi statusnya sebagi Ratu saja masih kurang dan itulah sebab dia terus berusaha menarik perhatian Kaisar. Walau berakhir buruk tapi dia sudah berusaha membantu anaknya itu.

"Kesetian? Tentu tidak Ratu, sepertinya anda salah paham di sini. Saya hanya bertanya apakah Yang Mulia juga akan membantu saya membunuh si kembar jika saya ingin!"

Ucapan Putra Mahkota membuat sang Ratu terdiam dengan manik yang terkejut, jelas yang baru saja dia dengar adalah yang sangat buruk. Tapi bagaimana bisa anak pertamanya mengatakan hal seperti itu, sebenarnya sudah berapa lama dia tidak melihat pertumbuhan anak pertamanya.

"Apa yang anda katakan Yang Mulia..!?" Putra Mahkota langsung tertawa kecil.