Bagaimana mungkin ada seseorang yang berani merendahkan dirinya yang seorang Putra Mahkota. Tapi kenapa bisa pria yang bernama Sean seorang kesatria Kuil Suci itu merendahkan dirinya begitu saja. Dia bahkan sampai lupa dengan peraturan yang di sepakati Kuil Suci dan Kekaisaran. Bahwa Kuil Suci tidak ada hubungan dengan sistem kasta di Kekaisaran.
Dan mereka menolak untuk hormat ataupun peduli dengan bangsawan yang mendatangi mereka. Peraturan itu hanyalah peraturan pertama dari banyaknya peraturan yang ada setelah Kuil Suci memutuskan hubungan dengan Kekaisaran. Peraturan kedua adalah semua orang harus mengikuti semua peraturan di Kuil Suci jika ingin di terima dengan baik.
Dan peraturan ketiga adalah Kuil Suci berhak menolak keinginan pihak Kekaisaran jika merasa keberatan. Dan keempat Kuil Suci juga berhak mengusir atau menggunakan kekerasan terhadap pihak yang sudah menganggu ketentraman Kuil Suci. Dan peraturan kelima adalah Kuil Suci berdiri sendiri di dalam wilayah Kekaisaran dan wilayah itu akan menjadi milik Kuil Suci tanpa ada hubungannya dengan Kekaisaran.
Itu adalah peraturan yang sering di permasalahan oleh pihak bangsawan atau yang lain. Tapi keputusan dua belas tahun lalu tidak akan pernah bisa di hancurkan oleh pihak manapun. Dan Kaisar juga setuju akan semua peraturan yang di minta pihak Kuil Suci. Karena jika memang mereka tidak bisa berdamai lebih baik mereka memisahkan diri walau berada dalam satu wilayah.
Itu akan lebih baik dari pada ada peperangan dalam wilayah yang sudah damai sejak bertahun-tahun itu. Dan sekarang Putra Mahkota malah kesal dengan semua peraturan yang sudah sangat dia hafal. Dia yang harusnya bisa menyelesaikan masalah dengan mudah malah gagal total tanpa ada kemajuan sama sekali.
Apa dia harus pulang dalam keadaan tangan kosong, padahal dia sudah sangat yakin bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan membuat Sang Kaisar mengakuinya sebagai pemilik tahta. Tapi jika dia pulang dalam keadaan ini pasti dia akan di anggap tidak berguna. Lalu mungkin saja tidak ada kesempatan kedua yang dia dapatkan lagi. Rasanya dia ingin menghancurkan apa pun sekarang, tapi imegnya akan buruk.
Dan dia tidak mau jika hal itu sampai terjadi, Putra Mahkota menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan "kita kembali, Yang Mulia Kaisar pasti sudah menunggu kabar dari kita" ucapnya dengan perasaan yang masih kesal sekarang
Kali ini dia mungkin gagal tapi dia pasti akan melakukan hal lain dengan baik. Bahkan Kaisar juga sudah mengatakan bahwa ini adalah hal tidak mungkin mengingat peraturan yang di inginkan pihak Kuil Suci. Dan ini memang tugas yang tidak mungkin bisa dia lakukan sejak awal jadi dia tidak perlu cemas akan hal yang sudah pasti.
Mereka mulai bergerak, matahari mulai menghilang di balik awan membuat mereka harus segera sampai di istana. Mereka jelas tau bahwa saat malam mereka tidak akan bisa melihat dengan baik. Dan hal itu membuat mereka melajukan kudanya dengan cepat, dan benar saja tidak butuh waktu sampai dua jam seperti pertama pergi.
Mereka sampai dalam satu jam setengah, walau mereka harus sampai di waktu langit sudah gelap. Putra Mahkota langsung pergi meninggalkan kudanya yang di ambil alih oleh pelayan. Langkah kakinya terlihat cepat namun masih menunjukkan wibawanya sebagai Putra Mahkota. Jubah hijau tuanya dia benarkan dan langsung masuk ke ruangan ayahnya.
Pintu di buka memperlihatkan Sang Kaisar yang tengah duduk dengan secangkir teh di tangannya. Sepertinya ini waktu istirahat bagi ayahnya setelah bekerja seharian. Tapi menurutnya itu adalah hal aneh karena biasanya ayahnya itu tidak peduli dengan kesehatannya dan berakhir sakit setelah kelelahan yang berlebihan.
"Salam pada Yang Mulia Kaisar" ucap Putra Mahkota dengan tubuh yang membungkuk sebentar
"Duduklah, kau pasti lelah" sahut Sang Kaisar dengan manik yang menatap dirinya
Dia langsung duduk sampai pelayan datang dengan nampan berisi teko teh dan cangkir teh untuknya. Tak ada suara setelah pelayan itu pergi bahkan Putra Mahkota terus merasa aneh dengan sikap ayahnya yang berbeda dari biasanya. Apakah ada yang salah, atau dia tengah berharap kabar baik darinya sekarang. Kenapa perasaannya malah buruk sekarang, padahal dia sudah yakin di perjalanan pulang tadi.
Tapi kenapa dia malah jadi takut bahkan tanda sadar dia sedikit bergetar walau tidak terlihat jelas olehnya "aku tau kau gagal, tenanglah" suara itu memecahkan keheningan yang ada dengan tatapan santai dari Sang Kaisar
"Sudahlah jangan ketakutan seperti itu, aku jelas tau jika akan berakhir seperti ini. Memangnya aku menyuruhmu tanpa tau resikonya, ah.. Tapi aku sedikit menyayangkan hal itu" ucap Sang Kaisar lagi dengan cangkir teh yang dia taruh perlahan di atas meja
"Maafkan saya Yang Mulia" sahut Putra Mahkota
Dia tidak tau lagi harus mengatakan apa untuk sekarang, dia tau jika dia gagal dan salah dalam menghadapi pria bernama Sean tadi. Dan dia akui bahwa ini murni kesalahannya yang melupakan peraturan yang ada di antara Kuil Suci dan Kekaisaran. Dia hanya ingat bahwa dirinya adalah seorang Putra Mahkota yang tidak mungkin di tolak kehadirannya.
Dan karena hal itu juga dia akhirnya dia usir dengan cara buruk dan berakhir dia datang dengan tangan kosong "ini bukan salahmu, aku juga tau kau sudah berusaha dengan baik dan aku bangga denganmu" ucapan Sang Kaisar membuat Putra Mahkota mendongak menatap ayahnya yang tersenyum lebar padanya
Apakah dia tengah bermimpi, ayahnya yang dulunya selalu bersikap dingin padanya. Bahkan sampai mengabaikannya, tapi kali ini dia malah tersenyum lebar padanya. Padahal dia sudah terbiasa dengan sikap Sang ayah tapi sekarang dia menjadi ragu dan juga senang. Apa sebenarnya alasan ayahnya melakukan hal ini, apakah karena dirinya adalah penerus Kekaisaran makanya dia mendapatkan perlakuan dingin.
Sedangkan si kembar malah mendapatkan kasih sayang darinya sebelum mereka berdua di anggap aib Kekaisaran. Apakah sekarang dia sudah berubah pikiran, dan menganggap bahwa dia sudah salah bersikap selama ini. Atau Sang Kaisar merasa bahwa mungkin sekarang yang pantas memiliki tahta Kekaisaran di antara si kembar.
"Kau kenapa, apa ada yang salah?" pertanyaan itu terlontar setelah Sang Kaisar melihat wajah pucat Putra Mahkota saat ini
Padahal dia mencoba bersikap baik pada anak pertamanya ini, tapi kenapa dia malah melihat wajah pucat anaknya. Atau dia salah dalam mengambil tindakan tapi atau senyumannya itu terlihat mengerikan. Kenapa dia malah harus memikirkan hal ini sekarang, bukannya membuat anaknya ini merasa tenang.
"Minumlah!, apa kau sakit?" ucapnya khawatir
"Yang Mulia saya akan istirahat saja"