Chapter 4 - Start Line

"Mulut itu memanglah harimaumu di dalam laut yah...aku tidak menyangka jika peribahasa itu ternyata benar-benar akan menjadi kenyataan."

Berdiri tegak dengan kaki yang agak sedikit dilebarkan, secara spontan ia mengatakan isi pikirannya.

Sederhananya mungkin ia sedang berpose seperti penjaga gawang saat penalti.

Para preman itu berjumlah tiga orang, satu berbadan kecil, satu lagi orang yang kurus dan orang terakhir yang berbadan lumayan besar.

Kira-kira bagaimana cara Hadasa untuk melawan ketiga preman itu? Sangat menarik ya...

"I--ini terasa seperti bagian dari cerita-cerita dimana sang tokoh utama akan mengalahkan preman yang menganggu sang heroine. Sangat mirip!"

Perasaan senang muncul jauh di dalam lubuk hatinya, namun ada satu hal yang sangat menganggu dirinya yaitu...

"...Kenapa Heroine-nya belum muncul!"

"...A--aku rasa mungkin ini adalah bagian dari twist ceritanya, mungkin malahan aku yang diselamatkan oleh sang heroine. Atau mungkin nantinya kami akan bertarung bersama, bentar-bentar...cukup sudah memikirkan hal itu. Lebih baik kamu sekarang fokus dengan apa yang ada dihadapanmu, Hadasa Haato!"

"Perhatikan baik-baik! Lawanmu berjumlah tiga orang yang artinya saat ini dirimu sedang kalah jumlah, maka dari itu apa yang harus kulakukan...oh benar, aku tahu!"

Ber-imajinasi terlalu tinggi...memang hebat remaja jaman sekarang.

Dengan begitu Hadasa pun menyiapkan strategi yang akan dipakainya untuk melawan preman-preman itu.

Salah satu dari preman itu pun mengatakan hal yang biasa dikatakan oleh para preman-preman pada umumnya.

"Kalau tidak mau terluka, serahkanlah barang-barang yang kau punya."

Mendengar perkataan preman itu Hadasa pun berpikir: "Bu--bukannya sudah telat berkata seperti itu dasar preman baru, kau ini baru masuk anggota geng ya?!"

Hadasa yang berdiri tegak pun menundukkan badannya dan menaruh kantung plastik yang ia pegang ke tanah ( maksudnya kaya lantai apalah gitu aspal ).

Bersikap seperti orang yang sudah menyerah, Hadasa lalu kembali berdiri dan mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Oh ternyata kau cepat paham juga, lain kali kalau bertemu orang lain katakanlah pada mereka untuk bersikap sepertimu ya!"

Salah satu dari preman itu mengatakan hal seperti itu.

Karena menganggap Hadasa sudah pasrah dan menyerah, para preman itu pun berjalan mendekat padanya.

"Baik bang, nanti akan kukatakan kok."

Mengatakan hal itu dengan kedua tangan di atas kepalanya, Hadasa lalu bersikap seperti orang-orang yang sedang kena palak pada umumnya.

Sederhananya mungkin Hadasa sudah ahli dalam hal malak-memalak. Oh iya ingat ya para pembaca, janganlah malak-memalak karena itu adalah hal yang tidak baik dan bisa menimbulkan trauma pada beberapa orang.

Ketiga preman itu pun mengambil kantung plastik yang ditinggalkan oleh Hadasa, dengan perlahan mereka mengecek-ngeceki barang-barang yang ada di dalam kantung plastik itu.

"Barang-barang apa ini? Kelihatannya kau punya barang-barang yang bagus ya."

Memperenteli dan mengecek barang-barang yang ada di dalamnya, para preman itu tidak menyadari bahwa ada hal yang mereka lupakan.

Benar, sudah pasti Hadasa Haato merencanakan sesuatu.

Menurunkan kedua tangannya kebawah dan mengubah sikap tubuhnya seperti biasa, Hadasa lalu berbalik dan menatap mereka yang sedang memperenteli barang-barang yang ada di dalam kantung plastik itu.

"Hei apa nama benda ini?"

Memegang bungkus makanan yang berisi wafer keju dengan tangannya, preman yang berbadan besar itu menanyakan sesuatu pada Hadasa.

Dengan sikap normal dan sedikit senyuman di wajahnya, Hadasa lalu menjawab pertanyaan dari preman itu.

"Oh itu adalah wafer keju, wafer yang sangat enak yang akan membuatmu ketagihan saat pertama kali mencobanya. Rasanya benar-benar membuatmu HARMONY!"

Tidak puas hanya bertanya satu kali, preman yang lain pun bertanya-tanya lagi padanya.

"Yang ini apa?"

Memegang bungkus mie instan dan menunjukkannya pada Hadasa, preman yang normal itu pun bertanya juga.

"Itu adalah Lop Mie! Mie instan ter-enak yang akan membuat semua orang HARMONY karena rasanya yang akan membuat siapapun ketagihan, dan lebih dari itu...kamu bisa dapat pacar dari Hong Kong! Bagaimana, kalian menyukainya kan?"

Menjelaskan panjang lebar sambil menggerakkan tubuhnya seperti seorang sales dadakan, Hadasa menunjukkan sedikit senyuman dengan menutup salah satu matanya sambil menjawab satu demi satu pertanyaan yang diberikan oleh para preman-preman itu.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan para preman itu, salah satu preman itu pun bertanya kembali padanya.

"Semua barang ini kelihatannya hebat ya, dapat darimana kau barang-barang seperti ini?"

Dengan sikap seperti orang polos, para preman yang sedang duduk seperti murid-murid yang sedang di belajar dengan guru tk itu pun bertanya kembali pada Hadasa.

"Dari...HONG-KONG!"

Menjawab pertanyaan yang diberikan padanya, Hadasa berteriak sambil menendang salah satu dari preman yang berbadan besar itu dengan kakinya yang ber-alaskan sepatu itu.

"Tendangan Penalti yang sukses, benar-benar sukses. A--aku rasa ini adalah pertama kalinya aku menendang seseorang."

"AAaagghhh."

"Sialan kau menipu kami ya?!"

Menunjuk dengan jari telunjuknya, salah satu dari preman itu bertanya padanya.

Menghiraukan pertanyaan itu, Hadasa lalu melompat-lompat kecil seperti seorang petinju yang akan melawan lawannya di dalam ring.

"Aku tahu yang tadi itu curang. Tenang saja aku tidak akan melakukannya lagi."

Mengatakan itu dengan percaya diri, Hadasa mengarahkan tangannya pada preman itu dengan tanda "Majulah!" dengan tangan kanannya.

Belum sampai sepuluh detik, preman yang berbadan normal itu pun berdiri dan mengarahkan tinjunya pada Hadasa.

"Dia datang, dia datang, seperti yang sudah kuduga. Sekarang aku hanya tinggal menghindari serangan dari orang ini dan memenangkan pertandingan ini."

Menenangkan dirinya sendiri sambil mengeluarkan keringat dari tubuhnya, Hadasa lalu melihat jika tinju dari preman itu sudah berada sangat dekat dengan wajahnya.

"Hindari ... hindari ... hindari ... hindari .... hindari ... hindari ... HINDARI!"

Berhasil mengelak tinju preman itu, Hadasa lalu bergumam karena hal itu.

"Ha--hampir saja."

Hadasa pun langsung berlari dan mengarahkan tinjunya pada preman yang berbadan kurus itu.

"Kalau aku tidak berhasil, aku pasti akan dihajar. Maka dari itu, aku harus memulai START LINE duluan!"

Mengarahkan tinjunya pada preman itu, dengan muka seriusnya Hadasa lalu meninju preman itu tepat di wajahnya.

Preman yang dipukul olehnya itu pun jatuh dan terbaring di tanah.

"Be--berhasil, aku akan menyebut teknik itu 'PENALTI PUNCH!' teknik dimana aku memukul wajah seseorang dengan sangat keras. Haahh...hahh...hah...aku tidak menyangka begitu doang aku bisa langsung kehabisan nafas, ternyata...memukul orang itu sakit juga ya..."

Kehabisan nafas karena momentum yang sangat cepat, jantungnya pun berdetak dengan sangat kencang.

"Sekarang tinggal satu orang lagi..."

Berjalan kearah preman yang berbadan kecil itu, Hadasa lalu berjalan perlahan-lahan mendekatinya, layaknya seperti seekor singa yang mendekati rusa.

"Aku tidak tahu peribahasa macam apa itu, jadi kurasa kau seharusnya tidak memasukkannya Author-san..."

O--okeh...

Berjalan perlahan-lahan, tidak menyadari jika preman berbadan besar itu sudah bangun.

Preman itu pun langsung lari mendekati Hadasa dan mengarahkan tinjunya lansung ke wajah Hadasa.

Karena tidak sempat bereaksi Hadasa pun menerima tinju itu dengan tepat di wajahnya.

"GGghuuAAaa,Gghaaau!"

Terjatuh setelah terpukul oleh preman itu, Hadasa lalu berbaring kesakitan sembari memeganginya wajahnya.

Dengan sigap para preman-preman itu pun langsung mendekat ke Hadasa dan menendanginya bersama-sama.

"GGHUUuuaaAAAAAAAGhhAA,aaauuuuAAAaa!"

Tendangan demi tendangan ia terima, ia hanya bisa menutupi wajahnya dengan tangannya.

Tidak cukup sampai disana, para preman itu pun memukulinya secara bergantian. Satu demi satu pukulan di lancarkan pada wajahnya.

Darah pun mulai keluar dari dalam mulutnya menandakan bahwa tubuhnya saat ini tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.

Seperti aksi para preman yang sedang memukuli seseorang, seperti itulah peristiwa yang sekiranya sedang terjadi saat ini.

"WWAAGGhuuUUuuaaAAA,aaauuuGHAAAGhhhg!"

"Sakit, GhuaaaAAAAAgghaauu,uuuuaaa!"

Salah satu dari giginya yang putih itu pun pergi dari tempatnya, jatuh meninggalkan tempat asalnya.

Benar-benar tragis, dirinya berteriak kesakitan sambil mengeluarkan banyak sekali darah dari dalam mulutnya. Hidungnya me-merah dan mimisan karena pukulan-pukulan dan tendangan-tendangan yang diterimanya.

Mungkin tidak terlihat karena dia memakai pakaian berlengan panjang, tapi jika kita melihatnya lengan dan kakinya pun sekarang berwarna biru lebam karena menerima tendangan yang banyak sekali.

Tidak bersalah, ini hanyalah sebuah opini. Sebenarnya siapa yang salah diantara para preman ini dan Hadasa, Hadasa lah yang memulai pesta ini. Dan dikarenakan ia jugalah dirinya sendiri dipukuli seperti ini.

"Hoi aku rasa ini sudah cukup, bisa-bisa dia malah mati nanti!"

Khawatir jika orang yang dipukulinya akan mati, salah satu preman itu bersimpati padanya.

"Terus bagaimana ini? Dialah yang memulainya duluan kan?"

"Kita tinggalkan saja dia, meskipun dia yang memulainya duluan tetap saja aku merasa kasihan padanya."

"Kau mengatakan itu setelah kau memukulinya sampai seperti ini?!"

"Sudah-sudah ayo kita pergi saja, bisa gawat kalau kita disini terus."

"Tapi barangnya bagaimana?"

Singkat cerita para preman-preman itu pun pergi meninggalkan Hadasa yang sudah bonyok lengkap dengan luka-luka yang sangat banyak di tubuhnya.

Dengan kesadaran yang melemah, dirinya menangis menatapi wajahnya sendiri.

To Be Continued