"Pokoknya gak boleh, ya, gak boleh! Titik!" Nada Alvin naik satu oktaf. Membuat Sriwedari tertawa kecil, sementara Audia merasa tidak enak.
Dalam hati Sriwedari, ia memahami bahwa putranya tengah cemburu, dan entah mengapa, itu membuatnya bahagia. Putra sulungnya yang sejak jaman sekolah dahulu, tidak pernah terlihat dekat dengan wanita, bahkan hingga lulus kuliah dan bekerja sebagai fotografer, mengikuti hobi dan kecintaannya pada fotografi, tidak pernah ada pembicaraan seputar wanita.
Hal ini sempat membuat Prima dan Sriwedari khawatir, apalagi sejak kematian putra ke dua mereka, tidak ada pilihan lain sebagai penerus perusahaan suaminya, kecuali Alvin. Kekhawatiran mereka saat itu, Alvin memiliki kelainan yang berhubungan dengan lawan jenis. Tidak tertarik pada wanita. Perilaku yang menyimpang, yang bisa menghancurkan garis keturunan. Bahkan, menerima pernikahan perjodohan, tanpa cinta, begitu saja.