"Pak Mandala, suami Didi?" Mata Audia terlihat membola, menatap bergantian ibunya dan pak Mandala alias Alvin.
Ning mengangguk, ada sorot mata kesedihan di sana, Audia bisa merasakannya. Saat berpaling menatap pak Mandala, Audia pun melihat sorot kesedihan yang sama.
Apa yang terjadi?
Sore itu, setelah diambil sampel darah dan urin, Audia diijinkan pulang, dengan membawa beberapa suplemen dan obat yang sama saat ia terapi dahulu. Dokter menjadwalkan mulai besok untuk memulai terapi.
Ayah dan ibu Audia kembali ke rumahnya setelah memastikan kondisi Audia baik-baik saja di apartemen Alvin.
Audia duduk termenung di depan foto pernikahan Alvin dan dirinya. Mencoba mengingat-ingat kejadian bersejarah dalam hidupnya.
Rasanya tidak percaya, Audia yang baru saja berusia sembilan belas tahun dan baru satu tahun kurang berkuliah, telah menikah. Dan yang lebih menakjubkannya, suaminya adalah dosennya sendiri.