15 Maret
Ruby duduk dengan gelisah di kursi belakang mobil Reino sambil memegang tubuh Roselyn yang masih tak sadarkan diri.
Entah apa yang harus dirinya lakukan agar Roselyn bisa tersadar dan mengatakan alamat rumahnya kepada Reino, karena Reino akan mengantarnya pulang.
Tadi Reino dengan terpaksa memberikan tumpangan untuk mengantar Roselyn pulang ke rumahnya. Padahal Ruby tahu, saat ini Reino sangat marah kepada dirinya karena Reino mengira Ruby telah mengerjainya, memberikan alamat palsu tentang nenek yang mencari Roselyn.
Padahal tuduhan itu tidak benar. Roselyn memang diminta oleh sang nenek untuk pergi ke klub Luz Del Alba mencari cucunya yang bernama Vanetta. Ruby bukan memberi alamat palsu kepada Reino. Tapi, tetap saja Renio marah dan menuduhnya berbohong.
Dalam kegelisahannya, tiba-tiba suara yang dingin itu terdengar lagi, "Apa kau tuli? Ke mana aku harus mengantar wanita mabuk ini pulang?"
Tadi Reino sudah beberapa kali bertanya kepada Ruby tentang alamat yang ingin dia tuju. Tapi Ruby tidak menjawab dengan pasti. Dia malah terus bertanya ke Roselyn yang sedang mabuk itu, dan itu membuat Reino semakin kesal.
"Jika masih tidak mau mengatakan alamatnya, aku akan antar kalian pergi ke kuburan!" Reino mengancam. Ia masih melajukan mobilnya tanpa tujuan.
Ia bukan tipe orang yang mudah diatur. Apalagi diatur oleh wanita, ia paling benci dengan mahluk yang berjenis wanita. Sekarang, jika bukan karena sudah malam dan cuaca yang buruk, dirinya tidak akan sudi mengantar wanita-wanita ini pulang.
Jika sekarang Ruby tetap tidak mengatakan alamatnya, lebih baik antar mereka pergi ke kuburan saja. Biar para hantu yang membantu Ruby untuk menyadarkan wanita mabuk ini.
Mendengar ucapan tajam dari Reino, Ruby sangat terkejut. Ia membuka lebar mulutnya, membulatkan mata untuk menatap Reino, merasa tidak percaya dengan apa yang pria itu katakan kepadanya.
'Bisa-bisanya dia sekejam itu!'
Melihat tampang bodoh Ruby, Reino kembali menegaskan, "Aku katakan sekali lagi, jika kau tetap tidak memberikan alamatnya, aku akan mengantar kalian ke kuburan!"
"A-apa? Ke kuburan?" Ruby tergagap bertanya, "Apa kau pikir dia sudah mati?" Ruby menunjuk Roselyn yang kini bersandar di bahunya.
Walau Roselyn menutup rapat matanya dan tidak bisa diajak berbicara, tapi dia bukan mati. Dia hanya tidak sadarkan diri saja.
"Lantas, kemana? Hah?" Reino tidak bisa bersabar lagi menghadapi wanita ini. Wanita yang malam ini sangat menyebalkan baginya.
Walau Reino berbicara dengan dingin kepada Ruby, tapi ia tetap fokus ke depan untuk melihat jalan.
Sekarang cuaca memang sangat buruk, ada angin disertai hujan dan petir. Membuat Reino harus berhati-hati melajukan kendaraannya.
"Baiklah! Baiklah! Aku akan coba untuk membangunkannya lagi." Jika tidak segera mendapatkan alamatnya, ia takut Renio benar-benar akan mengantarnya ke kuburan.
Ruby menggeser posisi duduknya, ia menepuk-nepuk kedua pipi Roselyn, bertanya dengan pelan, "Hey, Roselyn, bangunlah! Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang."
"...." Roselyn tidak menjawab.
Ruby semakin gelisah melihat Roselyn tidak kunjung sadar. Bisa-bisa ancaman Reino menjadi kenyataan.
'Aishhhh, tidak! Tidak! Jangan sampai Reino mengantarku dan Roselyn ke kuburan.'
Ruby mencoba untuk membangunkannya lagi, "Roselyn, bangunlah! Di mana alamat rumahmu?"
"...." Masih tidak ada jawaban dari Roselyn.
"Orang mabuk ini masih tidak mau bangun?" Reino bertanya.
Ia yakin, wanita mabuk ini tidak akan bangun sampai pagi.
"Hey, dia tidak mabuk!" Ruby membenarkan, "Dia hanya ... hanya ...." Ruby sedikit ragu.
Tadi di dalam klub, Roselyn memang tidak terlihat minum alkohol, nafasnya pun tidak bau alkohol, jadi dia bukan mabuk.
"Hanya apa? Jika bukan mabuk, lalu apa?" Reino mencibir.
Ia tidak mengerti dengan wanita ini. Jelas dia keluar dari dalam klub dalam keadaan tidak sadarkan diri. Jika bukan mabuk lalu apa? Apakah mati?
"Hanya .... Dia hanya pingsan." Ruby menjawab dengan asal.
"Haha! Apa, pingsan? Dia pingsan karena apa? Apa karena minum banyak alkohol?" Reino tertawa mengejek. Merasa bahwa alasan ini sungguh sangat konyol.
Orang akan pingsan sehabis minum, mungkin karena minumnya sepabrik.
Hahaha.
Kalau hanya segelas saja, mana mungkin sampai pingsan?
"Boossss!" Akhirnya Ruby berteriak.
Ia sudah tidak bisa bersikap sopan lagi kepada Reino, dia sudah sangat keterlaluan.
"Aku bilang–dia tidak minum alkohol!" Ruby menegaskan.
Ketika Reino akan menjawab lagi, tiba-tiba terdengar suara nada dering ponsel yang berbunyi. Seketika Reino dan Ruby saling bertatapan. Suara nada dering itu sangat asing, Ruby dan Reino tidak mengenalnya.
*Bersambung
Jangan lupa dukung karya ini dengan cara :
1. Vote Batu Kuasa
2. Review dan rate bintang 5
3. Komentar
4. Ikut promosikan di media sosial.
Rahasia Putri Vanetta hanya di W.E.B.N.O.V.E.L