Ron menghela nafas panjang, dia beruha mengendalikan rasa terkejut yang muncul akibat hipotesis buatannya sendiri. Tak lama setelah itu Ron mendengar suara pintu terbuka. Belum sempat Ron membuka mata untuk mengecek siapa yang masuk. Suara wanita yang diduganya sebagai mantan istri Paman Erik, memberitahukan nama orang yang baru saja melewati pintu kamar rawatnya.
"Halo Dokter Yohan! Sudah lama sekali kita tidak bertemu."
Ron mengurungkan niatnya untuk membuka mata. Sekarang Ron ingat apa yang dia lupakan. Dia lupa tentang Yohan! Kalau dipikir - pikir keberadaan Yohan yang mau membunuhnya bukankah sebuah hal bagus? Dengan begitu Ron akan bisa mati dan sepertinya sistem tidak memasukkannya dalam kategori pelanggalaran. Tunggu dulu kemarin bukankah zat racun dari Yohan membuatnya merasakan Nostalgia Memori.
[Jika host mati dikarenakan hal eksternal maka bukanlah pelanggaran.] Sistem yang dari tadi diam tiba - tiba memberikan pernyataan.
[Host mengetahui bahwa di dalam badan host ada racun yang disuntikkan oleh manusia bernama Yohan. Tetapi, host tidak meminta pertolongan orang lain. Maka dianggap sebagai percobaan bunuh diri.] Tambah sistem.
[Contoh hal eksternal adalah jika ada manusia yang tiba - tiba menusukkan pisau ke jantung host, lalu host mati seketika. Maka, kejadian tersebut bukanlah pelanggaran.] Sistem memberikan penjelasan lebih lengkap karena merasa host yang dimilikinya mudah bingung.
Ron tidak mengiraukan rasa iba dari sistem, tetapi mulutnya tersenyum dengan sendirinya saat mendengar penjelasan dari sistem. Dia tidak suka dengan sikap Yohan yang menghianati Ronald Pamungkas, hanya karena seorang wanita. Tapi bagi Ron yang sekarang didalam tubuh ini, Yohan akan menjadi partner in crime yang sangat baik!
"Halo Tante Tata, iya memang sudah lama kita tidak bertemu. Terakhir kali mungkin sebelum keberangkatan saya ke luar negeri untuk kuliah." Yohan tersenyum ramah seraya mengganguk ke wanita yang masih saja terlihat sama seperti terakhir kali bertemu. Yohan lalu mendekat ke Ron yang masih terbaring di ranjang, dia melihat senyuman yang muncul dari wajah Ron padahal matanya masih tertutup.
"Iyaa itu sudah sangat lama, waktu itu kalian sedang merayakan kelulusan SMA di villa." Wanita dengan rambut hitam panjang itu pun tersenyum.
"Sepertinya Tuan Ron sangat senang dengan kedatanganmu dokter Yohan. Lihat ini adalah pertama kalinya aku melihat wajahnya seperti itu. Dari tadi sejak Tuan Ron bangun, dia hanya memandangi langit - langit. Bahkan makan pun tidak mau." Pernyataan dengan nada keibuan dari wanita yang bernama Tata itu, langsung membuat Ron membelalakkan matanya dan menghapus senyum di bibirnya.
"Hahaha. Bibi Tata bisa saja.. aku... hanya sedang memikirkan Paman Erik tadi." Timpal Ron dengan terburu - buru.
"Hai han, atau aku harus memanggilmu Yohan sekarang?" Ron berusaha menyapa dengan nada senatural mungkin.
"Yohan." Jawab Yohan singkat, lalu dia mulai menyibukkan dirinya dengan mengecek keadaan Ron. Sambil memperhatikan Yohan yang mulai bekerja, Ron pun berusaha mencari bahan untuk dibicarakan.
"Kamu tau han? Kemarin saat aku melihatmu, aku sempat tidak mengenalimu. Sungguh. Kamu terlihat banyak berubah. Aku tak pernah tau kalau jurusan yang kamu ambil adalah kedokteran. Aku ingat saat aku mengantarmu kebandara, kamu bilang jurusan yang kamu ambil adalah linguistik." Ron bercerita sambil berusaha mengingat isi novel. Melihat tidak ada tanggapan dari Yohan yang sibuk mengecek keadaan badan Ron, dia pun melanjutkan ceritanya.
"Aku harus memanggilmu kemarin, untuk memastikan! Karena hampir tidak percaya. Paman Erik bilang aku koma sebulan. Apakah dokter yang merawatku selama ini adalah kamu, Han?" Yohan masih tidak menjawab. Dia membaca statis data yang diberikan suster padanya dengan serius. Ron yang melihat ekspresi serius di wajah Yohan langsung menelan ludah, dan berhenti berbicara.
Tata melihat keadaan yang canggung ini seraya menggelengkan kepala. Dia merasa Tuannya sama sekali tidak berubah jika di dekat Yohan. Semenjak Kecil Tuannya Ron selalu mengikuti dan berusaha meniru Yohan. Tata merasa sebagai yang paling tua diruangan itu pun hendak berbicara. Tapi Yohan ternyata mendahuluinya.
"Pertama, saat dibandara aku mengatakan sejarah bukan linguistik. Kedua, Iya. Ketiga, Apakah kamu merasakan sakit atau mual?"
"Tidak ada. Aku hanya merasa lapar saat ini." Ron senang akhirnya Yohan mau menanggapinya. Ron harus membuat hubungan mereka membaik! Agar Yohan mendapatkan kesempatan untuk membunuhnya. "Kapan kamu pulang dari luar negeri, Han? Kenapa tidak menghubungiku?" Ron semakin memberanikan diri untuk bertanya. Dia perlu tau, karena dari memori yang dimiliki badan ini, Ronald Pamungkas terakhir kali bertemu dengan Yohan adalah 6 tahun lalu disaat dia mengantarnya ke bandara.
"Keempat, mulai besok dokter yang menanganimu akan berganti. Walaupun berganti, tapi yang menyusun regimen terapi pasca komamu adalah aku. Jadi aku yakin, kamu akan kembali normal dalam waktu dekat." Yohan tidak menghiraukan pertanyaan Ron, Dia menyelesaikan tugasnya untuk membagi informasi kepada pasien sebegai dokter.
"Aku akan menyuntikmu sekarang." Ujar Yohan seraya mengambil jarum suntik yang telah disiapkan suster di disampingnya.
"Ini akan membantu menahan rasa lapar yang kamu rasakan Ron. Walapun kamu sudah bisa berbicara yang artinya ada kemungkinan kamu sudah bisa mengunyah, lambungmu masih belum siap." Senyum menenangkan khas dokter mengalir keluar dengan sangat natural dari Yohan membuat Ron merinding. Hanya saja Ron tahu bahwa dokter di depannya ini sebenarnya tega membunuh pasiennya, kalau tidak Ron pasti akan percaya semua kata yang keluar bersamaan dengan senyum itu.
Ron mendadak teringat, bukankah tadi Bi Tata mengatakan kalau dia sudah boleh makan? Ron mengarahkan matanya kearah tempat Bi Tata berdiri tadi, tapi sosok yang ingin dilihatnya tidak ada. Sepertinya Bi Tata menghilang atau pergi keluar. Lalu, ia juga melihat suster yang dari tadi bersama Yohan juga berjalan keluar. Ini kesempatan bagus! Apakah Yohan akan membunuh Ron saat ini juga?
Mata Ron tiba - tiba dipenuhi harapan, ia menatap jarum yang akan disuntikkan padanya dengan seksama. Akhirnya dia bisa mati. Ron tadi sempat kaget saat mendengar Yohan mengatakan dokter yang menanganinya akan diganti. Kalau diganti bagaimanaca cara Yohan membunuh Ron? Ternyata dan tidak disangka oleh Ron, Yohan sudah menyiapkan rencana untuk membunuhnya. Dia bahkan sampai berbohong dengan mengatakan bahwa lambung Rob belum siap untuk makan. Bagus. Alibi yang sangat sempurna!
Jarum pun disuntikkan ke lengan Ron.
Tak lama kemudian Yohan menarik Jarum suntik, lalu dia melangkah keluar begitu saja, tanpa mengucapkan kata sepatah kata pun pada Ron.
Begitu saja?! Tunggu dulu! Kenapa Ron Tidak merasakan apapun?
[Host, yang disuntikkan manusia bernama Yohan tadi adalah vitamin dan suplemen.] Suara sistem terdengar membantu memberikan penjelasan kepada hostnya. Canggung.
Vitamin? suplemen? Apa ini? Apa yang terjadi?? Bangsat. Menyadari apa yang terjadi membuat Ron mengumpat.
Ron merasa canggung. Dia tidak percaya bahwa Yohan melewatkan kesempatan yang sangat baik untuk membunuhnya begitu saja dan membiarkannya hidup.
_BRAKKKKKKKKKKK!!!!_