Seorang pemuda dengan jas dokter, terlihat sedang menghisap rokok dan menatap langit di rooftop Rumah Sakit Amarta. Pemuda itu adalah Yohan, calon pewaris kekayaan grup Amarta Jaya. Yohan menghisap rokoknya dalam - dalam. Puntung rokok yang ada dimulutnya, adalah rokok ke 5 nya malam ini. Dia sedang mencoba menenangkan dirinya sendiri dari perasaan ingin membunuh Ron.
Ron yang terbangun dari tidur komanya, merupakan kejadian langka yang bisa dibilang sebuah keajaiban medis, . Menurut perhitungan Yohan, seharusnya Ron akan tertidur dalam koma selama 3 bulan. Di satu bulan terakhir otak Ron akan mati perlahan - lahan tidak tak bisa berfungsi. Yohan sendiri lah yang menyuntikkan zat racun bersama anestasi ke Ron, orang yang dulu dianggap sahabatnya.
Tapi kenyataan menamparnya dengan keras, perhitungan Yohan salah. Ron terbangun di saat baru satu bulan koma. Ajaibnya lagi, dia tersadar tanpa ada cacat otak maupun trauma serius yang biasanya dialami oleh pasien koma. Ron bahkan masih bisa mengumpat seperti orang yang tidak pernah koma. Pasien yang mengalami koma biasanya akan mengalami kebingungan, tapi Ron tidak mengalami itu.
Yohan tidak tahu apakah dia harus senang karena sahabat masa kecilnya tidak jadi mati ditangannya. Atau kesal karena perkiraannya yang meleset, membuat rencana yang sudah dia rencanakan bertahun - tahun hancur, diakibatkan Ron yang sadar dari koma.
_RRRRrrrr! RRrrrRRrr!_
Suara getar terdengar dari saku jas Yohan, membuyarkan pikirannya tentang Ron. Dia mengambil telepon genggamnya, dan melihat siapa yang meneleponnya di jam segini. Pemilik Amarta. Itu adalah nama dari ayah Yohan. Sepertinya dia sudah tidak bisa lagi menghindar, pikir Yohan sambil mengangkat telepon itu.
"Ajukan surat pengunduran dirimu, dan pulang ke rumah utama besok." Tanpa basa - basi, suara yang terdengar berwibawa itu langsung memberi perintah.
.....
Yohan tidak menjawab. Dia menghisap rokoknya dan memperhatikan asap muncul saat dia menghela nafas. Hening membentang untuk beberapa saat.
"Ron sudah sadar. Kau tak punya alasan lagi berada di sana."
_Tut._
Telepon pun langsung dimatikan oleh pihak yang menelepon. Tanpa melihat lagi telepon genggam ditangannya, Yohan langung membuang benda itu ke tong sampah yang tepat berada disampingnya. Setelah itu dia juga membuang puntung rokok ke tong sampah yang sama dan berjalan masuk ke gedung rumah sakit. Hawa nafsu membunuh terpancar jelas dari wajah tampan Yohan. Matanya tajam dan dingin. Tetapi, sesaat setelah kaki Yohan menginjak lantai gedung rumah sakit, semua ekspresi sebelumnya menghilang tergantikan dengan senyum tulus seorang dokter saat menolong pasiennya.
------------------------------------------------------------
Hari sudah berganti pagi, saat Ron terbangun ditemani dengan rasa lapar di perutnya. Dia menengok sekeliling, dan bukannya menemukan Erik sang butler, Ron justru melihat wanita cantik yang duduk di sebelah kanan ranjangnya. Wanita berambut panjang itu sedang mengaduk sesuatu dimangkok yang dipegangnya. Ron tidak bisa mengenali siapa wanita ini, akan jadi masalah jika Ron, salah menduga dan menyebabkan orang sekitarnya curiga.
"Oh Tuan Ron sudah bangun! Waktunya pas sekali, bibi sudah menyiapkan bubur ini untuk tuan Ron. Bibi tadi dengar dari cerita suster, bahwa Tuan Ron belum makan apa pun sejak sadar. Jadi makanan lembut seperti ini sangat cocok untuk percernaan, tuan."
Wanita ini cerewet sekali, batin Ron. Suara wanita ini terdengar sangat keibuan, tidak cocok dengan wajah cantik seksi miliknya. Lagi pula bibi? bibi siapa ini? Bukannya Ronald Pamungkas sudah tidak punya saudara sama sekali.
"Bibi tahu, Tuan Ron tidak suka makanan seperti ini. Tapi untuk sementara ini tuan tidak punya pilihan lain! Kalau Tuan Ron merasa kesulitan makan, bibi akan membantu menyuapi Tuan Ron"
Tangan putih wanita yang mengaku bibi ini mulai mendekat membawa sendok berisi bubur ke wajah Ron yang masih berbaring. Ron ingin mencoba duduk. Tapi rasanya tidak sopan jika harus meminta bantuan wanita yang ada di depannya saat ini.
"Ehem. uhuk. " Ron akhirnya berdehem karena dia sendiri bingung dengan kondisi saat ini.
"Ahhh! Bibi salah. Seharusnya bibi tau kalau tuan Ron, butuh minum terlebih dahulu sebelum makan."
"Dimana Paman Erik?" Melihat wanita itu tidak mengerti maksud Ron, Ron pun berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Si tua bangka sedang menuju kemari dari bandara tuan. Semalam penerbangan dari Argapura mengami delay, sehingga dia harus berangkat dini hari." Jawab si wanita kembali mengaduk - aduk bubur di mangkok yang di pegangnya.
Errrrr. Ke Argapura naik pesawat? Mana itu Argapura? Ron mulai merasakan panik, karena dia benar - benar buta kondisi dunia ini. Tunggu dulu. Yang lebih penting kenapa wanita cantik didepan Ron ini berani memanggil Butler nomer satu keluarga Pamungkas dengan sebutan si tua bangka? Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak Ron.
"Semalam si tua bangka itu, bertingkah aneh tuan. Dia bilang dia mendapatkan misi penting dari Tuan Ron yang harus dikerjakannya sesegera mungkin. Sehingga dia menyuruh saya untuk segera kesini, untuk menjaga Tuan" Wanita ini kembali berceloteh tanpa diminta. Kali ini dimenatap Ron, dan jika Ron tidak salah dengar Wanita ini menekankan suaranya saat mengatakan misi penting.
Hah? Ron sama sekali tidak ingat bahwa dia sudah memberikan misi penting. Yang dia ingat, dia hanya meminta tolong Paman Erik untuk membelikan tablet atau laptop untuknya! Bagaimana mungkin itu berubah jadi misi penting?! Ron yang bingung hanya membisu dan menatap langit - langit kamar rawatnya. Dia mebuat mental note, hal yang paling penting saat ini adalah belajar tentang dunia ini. Ron terlalu sibuk dengan Iblis Baal dan sistem gila, sehingga dia melupakan hal penting.
Sementara Ron sedang sibuk membuat mental note, si wanita itu menatap wajah Ron yang terlihat serene dan ringkih. Si tua bangka Erik itu berani - beraninya merahasiakan bahwa Tuan Ron sudah sadar sedari kemarin dari dirinya. Erik terpaksa memberi tahukan kondisi Tuan Ron saat dia harus pergi ke Argapura. Mengingat nada sok penting Erik di telepon membuat si wanita sangat kesal.
Menyadari bahwa si wanita tiba - tiba menjadi diam, Ron pun merasa lega. Untuk saat ini Ron hanya bisa menduga bahwa wanita ini adalah sesorang yang dekat dengan keluarga Pamungkas, atau mungkin dekat dengan Paman Erik, atau mungkin kedua - duanya.
Ron, menutup matanya, dan mencoba mengingat isi alur novel yang semakin samar. Seingat Ron hanya ada 2 orang yang bekerja di keluarga Pamungkas. Paman Erik dan mantan istrinya yang sudah tua dan berkepribadian keibuan. Pekerjaan mantan istrinya adalah pembantu yang mengurus villa de lune tempat tinggal keluarga Pamungkas. Mantan istri?? Jangan - jangan?! Tidak mungkin! Ron tidak terima jika wanita cantik yang baru saja dilihatnya adalah seorang pembantu.
Apa - apaan! Ron merasa ada yang salah dengan standar dunia ini. Wanita yang barusan lihatnya memiliki wajah yang cantik dan seksi, bahkan menurut Ron beberapa bagian muka wanita itu mirip Beyonce! Di dunia asal Ron wanita seperti itu sudah pasti menjadi dengan mudah menjadi artis terkenal! Yang lebih penting lagi, bukankan berarti Paman Erik sudah gila, berani menceraikan wanita secantik ini?!!