Chereads / IYD / Chapter 20 - 19. Menginap Disini Saja

Chapter 20 - 19. Menginap Disini Saja

"Hah!" Alina tersentak dari mimpi buruk yang hampir mencekik nya mati. Masa kelam itu menghantuinya lagi. Insiden lift itu pasti pemicunya. Sepertinya berendam bukan pilihan yang tepat. Mungkin mandi dibawah pancuran air shower baru dapat membuang semua hal-hal buruk itu.

Ia menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Nafasnya perlahan stabil kembali begitu pula dengan detak jantungnya. Jika terus seperti ini, ia bahkan bisa mati hanya karena mimpi buruk.

"Ah, sepertinya aku tidak bisa tidur malam ini!" Gumam Alina sambil menghela nafas berat.

Tepat ketika ia ingin bangun, seperti ada beban berat yang menindihnya. Menurunkan pandangan nya kebawah, mata Alina nyaris hampir melompat keluar. Ia terus menjerit.

"Aaaa..." Kenapa pria itu bisa ada disini?

Tunggu! Ia sekarang dalam keadaan tanpa sehelai benang apapun ditubuhnya. Dan kepala pria ini jatuh tepat-

"Dasar mesum! Cepat minggir.." Ia terus mendorong kepala Zayyad menjauh dari bagian sensitif tubuhnya.

"Dasar bajingan! Apa yang kau lakukan disini?" Ia terus mendorong kepala Zayyad yang sudah basah dan terkena busa. Tapi kepala nya itu malah sedikit bergeser kebawah dan mendarat di perut datarnya.

"Sial!" Sudah tau gynophobic! tapi masih mencoba menjadi serigala buas, huh? Alina menjambak rambut Zayyad, mencoba mengangkat kepalanya. Ketika melihat wajah tampan itu sudah di penuhi busa sabun, tidak tau kenapa ia merasa sangat lucu.

"Pftt.." Alina membiarkan tangan kirinya terus menarik rambut pria itu agar kepalanya tetap terangkat, sedang tangan kanannya ia gunakan untuk menyapu busa sabun yang memenuhi wajah pria itu.

"Apa kau kemari karena mengkhawatirkan ku?" Alina memperhatikan wajah tampan itu seksama. Setelah diperhatikan, ada urat keunguan yang memenuhi kedua belah pipinya yang timbul dibalik kulit nya yang putih pucat. Memperhatikan kelopak matanya yang tertutup rapat, ternyata pria itu memiliki bulu mata panjang yang lurus. Lekuk garis alisnya rapi dan tajam. Batang hidungnya terpahat sangat baik, menggoda siapapun untuk mematahkannya.

"Jika aku menarik ini-" Ia menjepit batang hidung Zayyad dengan jempol dan telunjuknya. "Dalam keadaan nya yang sadar, bagaimana reaksinya?" Membayangkan itu, membuat ia tersenyum-senyum sendiri. Rasanya tidak sabar menjadikan pria ini mainan nya.

Alina mengerahkan seluruh tenaga nya untuk mendorong tubuh Zayyad agar sedikit menjauh, memberinya ruang untuk keluar dari bathtub. Setelah berapa kali berjuang keras, akhirnya ia dapat berdiri meninggalkan bathtub.

"Huh, kali ini kau ku maafkan!" Alina mengambil handuk yang ada di gantungan dan membalut tubuhnya dengan itu. "Tapi tidak ada di lain waktu"

Ia pun pergi meninggalkan kamar mandi. Seharusnya ia mengunci pintu. Tidak! Jika ia menguncinya tadi dan pria itu tidak datang. Tidak tau berapa lama ia tersiksa dalam mimpi buruk itu. Mungkin ia sudah lebih dulu mati daripada tersadar. "Tenang lah! Ia bukan pria normal, jadi apa yang kau khawatirkan?" Alina mencoba menenangkan dirinya.

Setelah mengeringkannya tubuhnya, ia pun mengenakan gamis marun yang dibelikan Zayyad untuk nya. Hanya saja ia seperti kelupaan sesuatu.

"Ah!" Ia menepuk jidatnya. Apa tidak masalah mengenakan ini saja?

___

Zayyad perlahan memperoleh kesadaran nya. Ia melihat bathtub yang sudah kosong. Sepertinya wanita itu sudah pergi.

Deg! Seketika wajahnya memerah. "Ia sudah bangun dan aku-" Kedua belah pipinya memanas seperti udang rebus. Mengerut kan matanya, rasanya ia ingin menangis. Bukankah keadaan ku ini, seperti seorang bajingan mesum?

Karena ada beberapa busa sabun yang menempel disekitar kepalanya, ia pun menyalakan shower. Menundukkan kepalanya di bawah pancuran air itu untuk membersihkan nya. Setelah beberapa saat, ia mematikan air. Tangannya meraba-raba kearah gantungan, dimana handuk ku? Tidak perlu ditanya lagi. Ia sudah tau siapa yang mengambilnya.

"Tapi itu kan-" Handuk itu miliknya dan wanita itu memakainya. Rasanya ini-

Ceklek!

"Hey mesum! Kau sudah sadar?"

Zayyad terkesiap. Ia terus menoleh ke asal suara.

"Wajah mu kenapa memerah begitu, mesum kau sakit?"

Mendengar hal itu, refleks ia menangkup kedua belah pipinya. Rasanya panas! "Tidak!" Bantah nya, terdengar gugup.

"Kalau begitu cepat lah! Ini sudah larut, bukannya kita akan pulang ke vila?" Jarak antara vila Zayyad ke kota lumayan jauh. Sekarang sudah pukul sepuluh malam lewat. Nenek pasti mengkhawatirkan dirinya karena belum juga pulang.

Alina pun pergi sebentar untuk mengambil sesuatu. Lalu ia kembali dengan membawa handuk di tangan nya. "Cepat keringkan rambut mu!" Ia melempar handuk itu kearah Zayyad.

Pria itu dengan sigap menangkap nya. Aroma lavender yang kuat merasuki penciumannya. Hanya saja agak berbeda dari biasanya. Ini jauh lebih lembut dan feminim, mungkinkah aroma nya berubah karena bercampur dengan aroma tubuh wanita itu?

"Hey mesum! Kenapa diam saja? Apa kau tak tau cara mengeringkan rambut?"

"Aku tau!" Zayyad segera mengeringkan rambutnya dengan handuk itu. Setiap kali tangan nya bergerak, menggosok handuk itu ke rambutnya. Ia merasakan ada rasa yang tak tertahan didalam hatinya. Rasa manis dan hangat, yang mendorong nya tersenyum-senyum sendiri. Setiap kali aroma lavender itu menyeruak masuk ke hidungnya, detik itu pula ia merasakan aroma tubuh wanita itu. Mawar?

"Hey mesum! Kenapa kau senyum-senyum sendiri?"

"Aku hanya fokus mengeringkan rambut ku!" Dalih Zayyad yang terus mengulum rapat bibirnya, menahan senyum. Hingga ia merasa ada yang mengganjal.

"Kau panggil aku apa?"

"Mesum!" Alina melebarkan senyumnya, menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Hah?" Mulut Zayyad menganga lebar tak percaya.

"Seseorang yang melompat kedalam bathtub wanita yang sedang berendam, kalau bukan mesum lalu apa? tuan Bajingan kah?"

"Kamu-" Zayyad kehilangan kata-katanya. Kalau bukan karena ia mengkhawatirkan keadaan wanita itu tadi, apakah ia pikir ia mau bunuh diri di tempat itu?

Melihat ekspresi Zayyad yang tak terima itu tergambar cukup jelas di wajahnya, Alina hanya membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tanpa suara. 'Me-sum'

Zayyad yang langsung menangkap maksudnya, matanya membulat lebar seakan ingin menekankan wanita itu dengan tatapan nya. "Kamu-"

Alina hanya menjulurkan lidahnya untuk mengejek, lalu mengatakan 'Me-sum' seperti tadi tanpa suara.

Zayyad mengangkat telunjuk nya, menatap tak percaya pada wanita itu. Alina terus membanting pintu kamar mandi menutupnya dan melarikan diri.

"Huft" Walaupun ia merasa sangat kesal, tapi tidak tau kenapa. Ada perasaan hangat yang menjalar kedalam hatinya, membuatnya tersenyum nyaris tak tertahankan.

Setelah mengeringkan rambutnya, ia pun pergi meninggalkan kamar mandi. Di ruang kerja, Alina sudah menunggu nya di sofa. Sekotak bubur yang sudah habis dan botol minuman yang sudah kosong, terbiarkan begitu saja di atas meja. Zayyad memperhatikan wanita itu yang tengah santai memainkan ponselnya. "Jika sudah makan, kenapa tidak di bereskan?"

"Ah, mesum kau sudah siap? Ayo kita pulang" Alina bersikap seakan tidak mendengar apa yang dikatakan nya tadi.

Telinga Zayyad yang sudah sangat panas dan tidak sanggup mentolerir nya lagi, terus berkata. "Biar ku perjelas, tadi itu aku bukan sengaja masuk ke kamar mandi. Aku sudah menunggu mu cukup lama dan kau tak keluar, memanggil mu berkali-kali dan kau tak menyahut sama sekali. Jadi terpaksa aku masuk kedalam dan melihat mu yang sudah seperti seseorang yang akan mati tercekik, awalnya aku ingin meminta bantuan. Tapi aku terlalu mengkhawatirkan mu tadi"

"Kau mengabaikan rasa takut mu dan bersikeras menolong ku?"

Zayyad diam, tidak tau harus menjawab apa. "Lain kali jika kau tak mampu, jangan terlalu memaksa diri"

Tidak tau mengapa, setelah Zayyad mendengar itu. Ia merasa buruk. Harga dirinya sebagai seorang pria seperti tercabik-cabik. Apa itu karena aku gynophobic, jadi aku tidak cukup mampu?

"Kau makannya di vila saja, ini sudah sangat larut!" Kata Alina sambil memukul arloji tangannya yang sudah menunjukan pukul sebelas malam.

"Em!"

Mereka pun pergi meninggalkan ruangan. Setiba di depan lift, langkah Alina terus terhenti. Kejadian hari membuat nya syok berat, ia ragu jika masih cukup kuat untuk masuk kedalam tempat persegi itu sekarang. Zayyad yang melihat wajah Alina yang seketika memucat setelah berdiri di depan lift, langsung mengerti keadaan nya. "Jika kau masih takut, kita tidak perlu naik lift"

"Lalu naik tangga darurat?" Pria ini mengajaknya untuk bermalam di anak tangga? Ini lantai 50! Yang benar saja mereka harus menggunakan tangga darurat.

"Hanya itu satu-satunya alternatif"

"Begini saja"

"Apa itu?"

"Malam ini kita menginap disini saja"

___