Chereads / IYD / Chapter 21 - 20. Tanpa Obat Tidur

Chapter 21 - 20. Tanpa Obat Tidur

"Minggir!" Sesampai di depan pintu bilik kecil itu, Alina terus mendorong Zayyad ke samping. Ia tampak sangat terburu-buru masuk kedalam. Zayyad memegang lengannya yang agak sakit karena kebentur gagang pintu. Ia tertawa miris dalam hati, melihat tingkah laku wanita itu.

"Kasur ini adalah milikku!" Alina melompat keatas kasur. Membentang kedua tangannya lebar-lebar menguasai kedua sisi kasur yang lumayan luas. Zayyad yang melihat itu, mengerjapkan matanya terheran-heran. "Dan kau mesum-"

Zayyad membulatkan matanya.

"Tidur di bawah!"

Zayyad setelah mendengar itu, mukutnya setengah terbuka. Kedua tangannya terkepal, menekan rasa kesalnya. "Tapi aku adalah pemilik tempat ini, kenapa jadi kau yang mengatur?"

"Aku tidak mengatur! Aku hanya mengatakan aku akan tidur di sini dan kau tidur di bawah"

Itu sama saja! Zayyad memutar bola matanya.

"Tidak! Kau yang tidur di bawah, aku tidur di sini" Zayyad menarik selimut, memaksa Alina yang berada di atasnya tertarik kebawah.

Alina tidak menyerah begitu saja. Ia terus berguling kesamping dan menarik selimut itu. "Tidak, kau yang tidur di bawah!"

"Tidak! Kau yang di bawah" Zayyad.

"Tidak! Kau yang dibawah"

"Tidak mau!"

"Aku juga tidak mau!"

Akhirnya mereka saling tarik-menarik selimut tanpa ada satupun yang mengalah. Alina merasa heran, tidak biasanya Zayyad sulit di tangani. Biasanya pria itu selalu menjadi pihak yang mengalah dalam situasi seperti itu. Tapi kenapa kali ini begitu keras kepala?

"Kau sudah tidur di ranjang semalam, biarkan aku yang tidur nyaman malam ini" Punggungnya masih terasa sakit karena tidur di sofa semalam.

"Tidak mau!"

"Malam ini saja, oke?"

"Tidak!"

"Kalau begitu aku memaksa"

Mereka masih saling tarik-menarik selimuti sampai pada akhirnya Zayyad mengerahkan seluruh tenaga nya, menarik dengan keras. Alina yang tidak siap, kehilangan keseimbangan tubuhnya. Ia pun terjatuh ke depan menimpa-

Bruk!

Zayyad yang tidak siap menerima beban berat yang tiba-tiba menghantam tubuhnya, tergeletak jatuh ke lantai."Argh!" Ia mengerang sakit, ketika punggung dan kepalanya kebentur lantai.

Dan Alina yang mendarat di atas tubuhnya, sama sekali tidak merasa sakit apapun di tubuhnya. Ia hanya merasa agak pusing.

"K-kau!" Mata coklat Zayyad membulat lebar. Melihat Alina yang sudah berada tepat di atas tubuhnya. Seketika seluruh tubuhnya menjadi kaku. Detak jantung nya berdegup kencang. Dunia nya seakan berhenti berputar.

"Jangan muntah!" Alina membekap mulut Zayyad.

Deg! Ketika telapak tangan wanita itu menekan bibirnya, ia terasa seperti kesetrum listrik ribuan volt. Alisnya terjalin erat, perutnya mulai terasa sakit. Ingin sekali ia mendorong wanita itu pergi dari tubuhnya, tapi seluruh tubuhnya seperti sudah mati rasa.

"A-lina, ming-gir!" Lirih nya.

Alina dapat melihat wajah Zayyad yang sudah memucat. Mendengar deru nafasnya yang sudah tak beraturan. Tapi ia yang enggan bangun, memilih untuk bersenang-senang lebih lama. "Ah, kepala ku masih terasa agak pusing" Ia menyentuh kepalanya yang sebenarnya tidak pusing lagi. "Biarkan aku di posisi ini sebentar saja. Sampai pusing ku hilang dan aku cukup kuat untuk bangun"

"A-lina ku mohon..Aku tidak ingin bercanda sekarang"

Kenapa aku begitu cepat ketahuan? Alina mengutuk aktingnya yang buruk. "Ah, lihat dada bidang mu ini!" Alina meraba permukaan dada Zayyad yang terbentuk lapisan otot sempurna. "Sepertinya kau rajin sekali nge-gym ya!" Alina mencapai kancing atas kemeja Zayyad dan membukanya. "Izinkan aku melihatnya, aku penasaran seberapa keren itu!" Jari-jemarinya pun turun ke bawah, perlahan membuka kancing kemeja itu satu persatu.

Zayyad menegang. Merasakan sentuhan itu, perasaan nya semakin gelisah. Tangannya yang tergeletak di lantai, berusaha keras untuk di gerakkan. Ia ingin sekali menyingkirkan wanita itu dari tubuhnya. Tapi hasilnya nihil! Ia seakan kehilangan tenaganya. Menjepit sepasang alisnya, Zayyad menekan nyeri di perutnya.

"Alina ku mohon..."

"Wah! Sangat bagus!" Alina mulai meraba-raba permukaan dada Zayyad yang berotot seperti roti sobek.

Sedangkan Zayyad yang menerima tiap sentuhan itu, rasanya seperti terbakar. Detik itu hal terkelam dalam hidup nya tiba-tiba saja muncul, melintasi ingatannya.

"Bibi..ku mohon jangan lakukan ini lagi!" Wanita itu mengikat kedua tangannya kasar dengan tali yang di kaitkan ke kepala kasur.

"Shyuhh..patuh!" Jari-jemarinya yang lentik mengusap pipinya lembut. "Kalau tidak patuh-" Kuku-kuku panjang nya yang bercat merah mengilap, mulai menekan kedua rahangnya. "Maka bibi akan menghukum mu" Dan kuku-kuku panjang itu menggali ke dalam daging, membuat nya merintih.

"Bibi sakit, ah!"

"Yang mana yang sakit, sini bibi obati!"

Mendengar hal itu, Zayyad mulai panik. Perasaan nya buruk. Perlahan bibir merah tebal wanita itu, mendarat di atas rahang nya yang sudah ada bekas kuku dan memar merah. Wanita itu pun menanamkan ciuman panas yang berhasrat di sana. Hingga tubuh Zayyad bergetar. "Bibi..ku mohon hentikan!"

Tapi wanita itu sama sekali tidak menghiraukan nya. Perlahan bibirnya turun kebawah, mencapai tulang selangka nya. Di sana ia bernafas dengan kasar, mencium penuh hasrat sekitaran lehernya. Zayyad ingin menangis di buatnya. "Bibi..."Lirihnya yang tak berdaya.

Sampai pada akhirnya ia merasakan ada benda tumpul yang menyobek lehernya, ia terus menjerit "Arghhh"

Wanita itu mengigit lehernya!

"Zayyad!"

"Zayyad!"

"Zayyad!"

Alina menepuk pipi Zayyad berkali-kali, tapi tidak ada reaksi apapun darinya. "Dia pingsan?"

"Huft!" Alina menghela nafas. Ia pun bangun dari tubuh pria itu. "Apa ku biarkan saja ia di situ?" Tapi mengingat pria itu yang sudah membantu nya seharian ini meskipun ia harus menderita. Alina pada akhirnya memutuskan untuk meluangkan kebaikannya. "Baiklah! Anggap ini bentuk balas budi ku terhadap bantuan mu hari ini untuk ku"

Alina mengalungkan tangan Zayyad ke lehernya. Mengerahkan seluruh tenaganya, ia berusaha keras untuk memapah pria itu. "Kenapa kau berat sekali?" Keluh Alina yang merasa kewalahan menahan beban pria itu yang sepenuhnya bertumpu pada tubuhnya.

Ia pun perlahan menyeret-nyeret langkah nya untuk mencapai kasur. Setelah bermenit-menit lamanya, ia berhasil mencapai tempat itu dan membaringkan Zayyad perlahan di sana. "Kau ini adalah seorang pria, punya penyakit aneh seperti ini. Sungguh sangat di sayangkan" Kata Alina sambil meluruskan kaki Zayyad. Lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Alina pun pergi naik ke atas kasur. Tak lupa ia mematikan lampu. Ruang kecil itu seketika gelap. Dan entah bagaimana, mendadak ia teringat dengan lemari kecil nya yang gelap tempat ia pernah terkurung dulu. "Hah..hah.." Alina terduduk, sambil menepuk-nepuk dadanya. "Tenanglah Alina! Kau harus tenang!"

Perlahan nafasnya kembali stabil. Walau masih ada sedikit rasa takut. Entah bagaimana ia tiba-tiba membayangkan, bilik kecil yang gelap ini akan mengecil dan menghimpit nya.

Puk!

"Hah..hah" Seketika Alina menjatuhkan dirinya di samping Zayyad. Ia memeluk pria itu erat. Hingga samar-samar aroma lavender yang kuat, merasuki penciumannya, menenangkan pikirannya yang kacau. Deru nafas pria itu yang halus, menenangkan seluruh sel saraf dalam tubuhnya. Membuatnya perlahan memejamkan mata dan tak berapa lama setelah nya.

Alina jatuh tertidur. Itu adalah kali pertama ia dapat tidur cepat, tanpa harus bergantung pada obat tidur.

___

Dear readers ♥️

Alhamdulillah, cerita yang di singkat 'IYD' sekarang sudah official di Webnovel.

Kalian tidak akan menemukan pembaruan bab nya disini, jadi bagi kalian yang penasaran akan kelanjutannya. Silakan mampir dengan mengetikkan judulnya di kolom pencarian dengan judul:

—Ikatan Yang Ditakdirkan—

Dan kalian akan menemukannya. Sudah ada seratus chapter lebih.

Semoga kalian semua sehat selalu...

Salam sayang❤️

_Sifa Azz_