Alina merebahkan tubuhnya ke ranjang. Menikmati empuknya bantalan lembut yang memukul kepalanya.Tatapan matanya terlihat sedih, percakapan tadi kembali terngiang di benaknya.
"Ini adalah hal yang lumrah terjadi"
"Maksud nenek?"
"Dulu nenek mengira ini hanyalah ruam bintik merah biasa, tapi ternyata ini adalah gejala awalnya" Ketika wanita tua itu mengatakannya, mata tuanya terlihat suram. "Timbulnya bintik-bintik merah di bawah kulit nenek yang keriput ini adalah akibat dari pendarahan. Mungkin akan terus begitu selama penyakit ini--"
"Nek!" Alina yang tak sanggup mendengarnya lagi, menarik wanita tua itu dalam pelukannya."Besok kita ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan"
"Tidak!" Neneknya terus mendorong tubuhnya menjauh. "Nenek tidak mau!"
"Tapi nek-"
"Nenek ke kamar dulu! Mau istirahat"
Alina memijit pelipisnya, merasa pusing. Mengingat kejadian itu, sangat membuatnya kalut. Dari pembicaraan singkat itu, ia jelas dapat menangkap kalau neneknya menolak pemeriksaan lanjut. Itu berarti neneknya menolak pengobatan. "Ah! Aku harus memikirkan cara, bagaimana membujuknya nanti!"
Ia pun teringat dengan daya ponselnya yang habis. Segera bangun untuk mengisi daya ponselnya. Karena merasa sangat lelah, ia pun memejamkan matanya perlahan.
Hingga beberapa menit berlalu, Alina jatuh tertidur.
Di perusahaan, Zayyad baru saja memasuki waktu istirahat siang. Akan tetapi ia masih saja berkutat dengan pekerjaannya. Menekuni beberapa dokumen, memikirkan beberapa tawaran kerjasama bisnis dan menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan lainnya sampai membuatnya lupa makan.
"Pak, apakah anda ingin sesuatu untuk makan siang?"
"Hanya beberapa menit yang tersisa. Kurasa tidak perlu!" Zayyad membalik halaman dokumen di tangannya. Walau tidak ada kerutan di dahi datarnya, tapi dari tatapan matanya yang menyorot dalam. Siapapun yang melihatnya, jelas tau kalau pria itu sedang serius dalam pekerjaannya.
"Itu tadi saya melihat Bu Alina begitu lelah, tubuhnya basah dengan keringat dan jalannya pun agak kacau, sebenarnya apa yang terjadi?" Bakri yang teringat kejadian tadi, karenamerasa penasaran pun memutuskan untuk bertanya.
"...."
Tapi Zayyad yang terlalu fokus pada dokumen ditangannya, tidak merespon pertanyaan Bakri tadi.
Sebenarnya Bakri merasa sukar untuk memanggil bosnya itu hanya untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan pekerjaan. Tapi karena rasa penasarannya sudah memuncak hingga ke ubun-ubun, ia pun mendesak dirinya untuk mengacau waktu bosnya sebentar.
"Pak!" Panggilnya pelan.
"..."
"Pak Zayyad!"
"Hem?" Zayyad mendongak kearah Bakri.
"Itu-" Bakri menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Saat ini ia merasa sangat malu karena sudah mengacaukan bosnya, hanya untuk memuaskan rasa penasarannya.
"Apa itu? Maaf aku tidak mendengarnya tadi"
Syukurlah bosnya adalah seseorang yang sangat bermurah hati. Memperbaiki posisi berdirinya, ia pun dengan gugup mengulang pertanyaannya tadi. "Itu tadi saya melihat Bu Alina begitu lelah, tubuhnya basah dengan keringat dan jalannya pun agak kacau, sebenarnya apa yang terjadi?"
Zayyad terdiam beberapa saat. 'Apakah sampai seburuk itu?' Batinnya.
"Bagaimana keadaannya? Apa terlihat baik-baik saja?"
"Sepertinya tidak terlalu. Wajahnya agak pucat dan seperti seseorang yang akan pingsan. Bu Alina nyaris saja hampir mencium lantai ketika saya mendatanginya untuk menanyakan keadaannya"
"Lalu apa katanya?"
"Katanya ia baik-baik saja! Tapi sama sekali tidak terlihat begitu" Bakri mengingat kejadian tadi. Ketika ia mendatangi Alina yang nyaris seperti seseorang akan kehilangan tempat berpijak. Wajah tidak senang wanita itu, masih terbayang jelas di benaknya. "Tapi seperti biasa, Bu Alina selalu terlihat tidak ramah terhadap saya dan sukar di dekati. Sepertinya karena ia merasa tidak nyaman dengan saya, karenanya ia berkata begitu untuk cepat-cepat pergi"
"Apakah kau tau obat yang baik untuk pegal-pegal?"
"Saya tau pak! Karena saya sering merasa pegal setiap kali kelelahan bekerja, itu adalah benda yang paling tidak bisa saya tinggalkan"
"Kalau begitu tolong kau belikan satu untuk saya!"
"Baik pak!"
Lalu setelahnya, Zayyad kembali menekuni dokumen di tangannya lagi. Dan Bakri tercenung beberapa saat, merasa ada yang kurang. 'Jadi, pak Zayyad hanya mengatakan itu saja?'
___
Di malam harinya, setelah makan malam. Alina bergegas ke kamar. Zayyad baru saja pulang ke vila tepat setelah makan malam selesai. Padahal ia ingin pulang lebih telat, tapi karena ada satu hal yang harus ia lakukan. Ia terpaksa pulang awal.
"Zayyad kau sudah pulang! Kami baru saja selesai makan" Sapa Erina hangat ketika melihatnya di ruang tamu.
"Em!" Zayyad hanya mengangguk sopan.
"Apakah kau sudah makan? Nenek bisa menyiapkan beberapa masakan untukmu" Tawar Erina dengan ramah. Alina makan cukup lahap seperti biasanya, sampai tidak ada yang tersisa di meja. Sedangkan para koki sudah pulang. Ia tidak mungkin menyuruh Alina untuk pergi memasak, sepertinya cucunya itu terlihat sangat kelelahan. Karenanya ia menawarkan diri.
"Itu tidak perlu nek! Aku sudah makan malam bersama klien tadi" Tolak Zayyad sopan. Dan ia berbohong. Sebenarnya ia belum makan sama sekali dari siang dan tak ada janji makan malam bersama klien malam ini. Tadi dijalan ia hanya membeli sebungkus roti di minimarket untuk mengganjal perutnya. "Kalau begitu aku ke kamar dulu"
Erina hanya mengangguk. Lalu menatap kepergian Zayyad yang menaiki anak tangga, sambil tersenyum. "Sepertinya ia masih sangat sungkan dengan ku"
Di kamar, Alina sedang memijit kedua kakinya yang terasa sangat sakit. Betisnya membengkak, seperti yang sudah ia perkirakan. Tepat ketika melihat pintu kamar terbuka, Alina mengangkat wajahnya. Matanya terus bertemu dengan Zayyad yang baru saja melangkah masuk kedalam dan menutup pintu pelan.
"Kau lihat ini!" Gerutu Alina kesal. "Rasanya aku ingin sekali menghancurkan seluruh tangga darurat di perusahaan mu"
"Daripada berpikir untuk menghancurkan nya, lebih baik kau obati dulu kakimu" Zayyad meletakkan obat yang dibeli Bakri tadi di pinggir ranjang. Lalu ia berjalan ke sofa sambil melepas jasnya.
"Apa kau pikir hanya dengan obat ini saja sudah cukup?" Keluh Alina. "Lihat kedua betis ku! Sudah sangat besar seperti kaki gajah."
"Kaki gajah masih lebih besar daripada itu!"
"Kau-" Alina menggertakkan giginya, merasa sangat kesal. "Aku tidak mau tau! Pokoknya kau harus memijit kaki ku malam ini"
"Jika aku cukup mampu, aku pasti dengan murah hati akan melakukannya. Tapi sayangnya tidak" Sebenarnya ia masih merasa bersalah pada Alina. Seharusnya jika tidak mengalami kejadian kemarin, ia tidak perlu trauma menggunakan lift dan kembali tersiksa dengan tangga darurat seperti dulu. Dari cerita Erina, ia sedikit mengetahui kesulitan gadis itu dalam menekan claustrophobic nya.
"Akan ku buat kau mampu melakukannya" Tegas Alina.
"Aku pergi mandi dulu" Kata Zayyad yang malas memusingkan wanita itu. 'Sangat bersikeras dan keras kepala!'
Suara air pun mulai terdengar. Di samping Zayyad yang sedang mandi, Alina menelusuri internet, menemukan cara terbaik untuk meredakan pegal kakinya.
Beberapa menit kemudian, Zayyad yang sudah selesai mandi. Tampak segar dengan rambut setengah basah dan jubah tidurnya yang bewarna biru gelap.
"Kau sudah selesai mandi! Kalau begitu cepat sekarang bantu aku"
"Tapi aku belum mengeringkan rambut ku"
"Biar aku yang melakukannya nanti"
"Tapi-"
"Tidak ada tapi-tapian! Cepat turun kebawah dan siapkan air hangat serta garam untuk ku"
Zayyad menatap Alina tanpa ekspresi. 'Wanita ini sedang memerintahkan nya lagi?'
"Kenapa masih belum pergi?"
Zayyad hanya berbalik, ia mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutnya.
"Jika kau tidak melakukannya, jangan harap kau dapat tidur nyenyak malam ini!"
Mendengar ancaman itu, Zayyad langsung meletakkan hairdryer itu di meja dan bergegas pergi keluar. Alina yang melihat itu, diam-diam tersenyum senang. "Ternyata pilihan nenek tidak buruk juga!"
Dan ia tidak akan pernah mengira, mengancam seorang pria. Ternyata sangat menyenangkan!
___
Dear readers ♥️
Alhamdulillah, cerita yang di singkat 'IYD' sekarang sudah official di Webnovel.
Kalian tidak akan menemukan pembaruan bab nya disini, jadi bagi kalian yang penasaran akan kelanjutannya. Silakan mampir dengan mengetikkan judulnya di kolom pencarian dengan judul:
—Ikatan Yang Ditakdirkan—
Dan kalian akan menemukannya. Sudah ada seratus chapter lebih.
Semoga kalian semua sehat selalu...
Salam sayang❤️
_Sifa Azz_