Perjalanan dari kota Z ke kota Y terasa jauh lebih cepat karena menggunakan jalur transportasi udara. Mereka tiba di kota Y tepat pada sore hari. Karena nenek Alina sedang dirawat di rumah sakit, mereka pun bergegas ke sana.
Setiba di rumah sakit, Alina segera menuju bangsal neneknya di rawat. Sedangkan Zayyad dan Bakri berjalan di belakang mengikutinya. Hanya saja karena Alina berlari, mereka pun tertinggal di lorong.
"Pak, apa tidak masalah kita melakukan ini?" Melihat Alina yang sudah pergi. Bakri akhirnya dengan leluasa mengungkapkan kekhawatirannya terhadap bosnya. "Bagaimana jika Bu Alina tau bahwa anda adalah dibalik pemecatan kerjanya itu?"
Zayyad yang sama sekali tidak mengkhawatirkan apapun menjawab dengan tenang. "Dia tidak akan tau". Bakri yang merasa tidak puas kembali bertanya. "Pak, sebenarnya kenapa anda harus melakukan ini? Bukankah seharusnya anda dapat tenang dengan Bu Alina tinggal jauh dari anda"
Zayyad menghentikan langkahnya. Lorong rumah sakit terasa sunyi. Hanya beberapa perawat yang lewat dan orang-orang yang berjalan sendiri- sendiri. Menatap lurus kedepan, ia tidak lagi menangkap sosok tubuh gadis itu.
"Saya ingin hidup sebagai pria normal" Wajahnya meskipun tidak mengekspresikan apapun, tapi ada jejak kesedihan di mata coklatnya yang bening. "Tentu saya butuh istri saya untuk mewujudkan nya" Lanjutnya, mata coklat yang beberapa saat lalu terlihat sendu, kini tampak tersenyum lembut.
Bakri terhenyak. Ia tentu sangat berharap bosnya yang tampan itu dapat hidup menjadi pria normal pada umumnya. Menjalani hubungan, berkeluarga dan meneruskan keturunan. Tapi sayang, karena phobia nya terhadap wanita, semua itu tidak mudah di capai.
Di sisi lain, Alina sudah duduk di kursi tepat di samping ranjang di mana neneknya berbaring. Ada selang yang mengalirkan cairan merah kental kedalam tubuh wanita tua itu. Jarum tipis itu menembus urat hijau di punggung tangannya yang kurus. Kantong darah baru habis setengah dan nenek nya masih tertidur.
Meraih tangan tuanya yang lain, Alina menempelkannya dengan pelan di pipinya. Dulu telapak tangan itu terasa hangat, tapi sekarang dingin seperti embun. Alina tanpa sadar mengeratkan telapak tangan itu lebih lekat di pipinya. Berharap kehangatan di pipinya dapat mengurangi tangan neneknya yang dingin.
Ia sangat takut jika tangan itu akan dingin selamanya.
"Karena banyaknya sel darah yang rusak, nenekmu membutuhkan transfusi darah untuk menggantikan sel darahnya yang rusak itu dengan yang sehat" Kata Zayyad yang baru saja masuk ke bangsal. Alina yang mendengar nya, merasa asam di pangkal hidungnya dan matanya perlahan memanas.
"Urusan biaya pengobatan biar aku yang mengurusnya. Kau dapat tenang dan rawatlah nenekmu dengan baik"
Bulu mata Alina yang lurus, agak bergetar setelah mendengar itu. Menurunkan tangan neneknya, ia meletakkan nya dengan lembut di sisi ranjang. Perlahan ia bangkit dan menoleh kearah pria yang ada tepat di belakangnya. Tatapannya yang kosong, jatuh pada mata coklat pria itu yang tenang. "Kita perlu bicara" Katanya, tanpa ekspresi.
Zayyad hanya mengangguk. Mengangkat kakinya, ia siap berjalan ke depan membuka pintu bangsal dan keluar. Alina mengikutinya dari belakang. Diluar, dengan jarak beberapa langkah yang memisahkan mereka. Dua pasang insan itu saling menatap satu sama lain. Yang satu dengan sorot mata yang tenang seperti air danau tanpa riak dan yang satu membakar seperti api yang bergejolak.
"Katakan-" Alina merasakan nafasnya agak menggebu, ada emosi yang tertahan di balik suaranya. "Apa maksud dari semua perlakuan baik mu pada kami" Sekilas mata hitamnya yang angkuh, itu seperti baru saja memercik bunga api.
Zayyad tersenyum dalam hati. Akhirnya gadis ini menunjukkan sisi dirinya yang sebenarnya. "Aku suami mu, bukankah itu wajar?" Jawab Zayyad tenang. Ia seperti tembok yang tidak terpengaruh sedikit pun dengan tekanan udara dan angin sekitar.
"Wajar katamu?" Alina tersenyum mencemooh. "Tuan Zayyad yang terhormat, tidak perlu takut! Katakan saja, aku tidak akan membeberkan apapun pada pria tua itu"
"Apa yang kau ingin aku katakan?" Tatapan Zayyad yang tenang berubah serius.
"Apa motif mu melakukan semua ini?" Tanya Alina.
"Bagaimana jika kukatakan motif ku untuk-" Zayyad menahan kata-katanya.
"Untuk apa?" Alina mendesak, terlihat tidak sabar. Di dunia ini, kebaikan yang paling tidak dapat dipercaya adalah kebaikan dari seorang pria.
"Untuk mengikat mu selamanya di kehidupan ku"
Plak!
Zayyad tercengang. Merasakan nyeri yang membakar di belahan pipinya. Tamparan keras itu, menyisakan dengung di gendang telinganya. Ia terus menatap wanita di hadapannya dengan rasa tak percaya. Mengepalkan tangannya, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak tersulut emosi.
Alina yang baru saja menampar pria itu dengan keras, dapat merasakan telapak tangannya terbakar dan ada rasa kesemutan. Ia sadar betapa kerasnya pukulan itu tadi, sampai meninggalkan bekas merah yang mencolok di pipi pria itu. "Untuk seorang pria, kulit wajahmu sangat halus"
Zayyad menekan amarah nya. Kedua tangannya semakin terkepal, menggali jauh lebih dalam hingga buku jarinya memutih.
"Syukurlah aku tidak menampar terlalu keras sampai menyobeknya" Alina menyunggingkan senyum yang mencemooh diwajahnya yang angkuh.
Lalu perlahan wajah cantik itu berubah menjadi iblis yang tersenyum jahat. "Jangan pernah berpikir untuk menahan ku di kehidupan mu" Alina memalingkan wajahnya kearah pintu bangsal tempat neneknya dirawat, seketika senyum iblis nya tadi berubah menjadi sendu. "Jika bukan karena nenek ku, kau pikir aku mau menikah dengan pria lemah seperti mu?"
Takut pada wanita? Sangat lemah!
"Bagaimana pun juga pria yang kau sebut lemah ini adalah suami mu sekarang" Zayyad memperoleh ketenangan nya kembali dan tangannya yang terkepal perlahan meregang. Ia berusaha untuk memahami keadaan wanita di depannya yang kacau. Dari mata hitamnya tadi yang tersenyum sendu, sekilas ia mengerti kenapa wanita itu bersikap seperti tadi. Untuk seseorang yang sudah kehilangan kepercayaan pada pria, pasti sulit menerima kenyataan ini.
Kenyataan bahwa seorang pria baru saja menawarkan kebaikan padanya. Terlebih fakta bahwa pria itu menginginkan balasan dari apa yang sudah di berikan nya. 'Harusnya, aku bisa bersikap lebih tulus!'
"Ya! Suami yang sangat lemah yang pernah ada" Alina mencemooh, jejak penghinaan terlihat di matanya.
"Suami yang menurut mu lemah ini, memiliki kekuasaan besar di tangannya, sekalipun ia gynophobic-" Bibir merah keunguan nya meringkuk. " Ia memiliki istri sekarang, sedang kamu?"
Alina menatap pria itu dengan tatapan tak terdefinisi.
"Hanya seorang wanita yang tidak memiliki kekuasaan apapun yang baru saja kehilangan pekerjaannya dan seorang misandris yang tak dapat mengakui suaminya lebih hebat darinya"
Alina menegang. Tangannya seketika terkepal, kukunya menggali jauh kedalam daging hingga buku jarinya memutih. Ia menggertakkan giginya menahan amarah.
"Lebih hebat? Aku hanya memeluknya dan ia sudah hampir mati kehabisan nafas. Apanya yang hebat dari itu?" Detik itu Alina berusaha keras untuk menahan amarahnya yang sudah memuncak. Bagaimana pun ini masih di rumah sakit, ia tidak bisa meledak di tempat itu.
Zayyad hanya diam.
"Dan jangan pernah menyebut aku misandris! Kau tidak cukup tau tentang diriku jadi tolong-" Sesaat, Alina menghentikan ucapannya. Ia mengambil nafas, mengatur tekanan yang ada di rongga dadanya yang rasanya tak tertahankan. Ia sangat ingin berteriak pada pria yang berdiri di hadapannya saat ini. 'Tahan Alina! Ini masih di rumah sakit, kendalikan dirimu'
"Jaga ucapan mu" Lanjutnya, terdengar tertekan menahan emosi.
"Aku tidak cukup tau tentang dirimu tapi aku hanya mengatakan itu dari fakta yang kulihat" Tukas Zayyad, terlihat santai. Meskipun tahu wanita yang ada di hadapannya itu sudah berada di puncak amarah, tapi ia enggan berhenti. "Pertemuan pertama kita acuh tak acuh, kau selalu bersikap tak bersahabat dengan Bakri, asisten pribadi ku. Kau begitu menikmati saat mengacau diriku dan yang terakhir, tatapan kebencian mu pada ku saat ini terlihat jelas"
Alina terdiam.
___
*Misandris adalah lawan dari Misoginis, yang mana berasal dari kata Yunani yaitu "miso" yang berarti benci dan "andros" yang berarti lelaki. Jadi dapat dikatakan ini adalah bentuk kebencian seseorang atau ketidaksukaan seseorang itu terhadap lelaki/pria.
___
Dear readers ♥️
Alhamdulillah, cerita yang di singkat 'IYD' sekarang sudah official di Webnovel.
Kalian tidak akan menemukan pembaruan bab nya disini, jadi bagi kalian yang penasaran akan kelanjutannya. Silakan mampir dengan mengetikkan judulnya di kolom pencarian dengan judul:
—Ikatan Yang Ditakdirkan—
Dan kalian akan menemukannya. Sudah ada seratus chapter lebih.
Semoga kalian semua sehat selalu...
Salam sayang❤️
_Sifa Azz_