Kalian tenang saja, keadaan Alina sangat baik. Ia masih tidur di bilik ruangan ku" Jelas Zayyad. Setibanya di vila, kakeknya terus membuatnya duduk di sofa. Di sana sudah ada nenek nya Alina yang terlihat sangat khawatir. Dan mereka memintanya untuk menceritakan keadaan Alina apakah baik-baik saja.
"Lalu kenapa kalian tidak pulang ke vila semalam?" Wanita tua itu tampaknya belum yakin kalau cucunya baik-baik saja.
"Alina masih trauma dengan lift setelah kejadian itu. Karenanya kami memutuskan untuk bermalam di perusahaan" Zayyad mengambil teh hangat yang ada di meja dan meneguknya sedikit.
"Sejak kecil, Alim memang sangat takut dengan tempat-tempat sempit. Sampai kami harus merenovasi kamar mandi kami yang kecil menjadi agak besar untuk nya yang mulai sering tinggal bersama kami karena adanya beberapa konflik keluarga. Pernah sekali ketika ia sudah berumur 15 tahun, saat itu aku mengajaknya ke hotel. Ada acara pernikahan ibunya di sana dengan suami barunya, setelah tiga tahun bercerai akhirnya ibunya menikah lagi. Ketika aku mengajaknya naik lift, ia bersikeras menolak. Aku menyesal karena sudah memaksanya masuk. Karena setelah nya ia nyaris seperti orang kehabisan nafas dan pingsan. Pada saat itu, ku kira aku tidak akan pernah melihat cucu ku lagi" Ketika menceritakan nya, mata tua wanita itu tampak berkaca-kaca. Irsyad yang berada di sampingnya, dengan lembut menepuk punggung wanita tua itu untuk menenangkan nya.
"Tapi syukurlah. Setelah bertahun-tahun berlalu, ia perlahan dapat mengatasi ketakutan nya. Ia sudah lebih berani menggunakan lift dan tidak setakut dulu lagi pada tempat-tempat sempit. Tapi kejadian kemarin-- aku tidak tau apakah ia masih dapat mengatasi ketakutan nya lagi"
"Alina adalah sosok yang kuat dan tangguh. Ia pasti dapat mengatasi nya" Tukas Irsyad sambil tersenyum lembut menyakinkan.
"Sebenarnya kenapa Alina bisa setakut itu pada tempat-tempat sempit? Apa ia pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sampai membuat nya trauma?" Zayyad sangat penasaran akan hal itu. Karena bagaimanapun juga, tidak mungkin takut begitu saja tanpa sebab. Ia saja dapat sebegitu takutnya pada wanita itu juga karena kejadian buruk masa lalunya.
"Aku pernah menanyakan hal itu. Tapi Alin kecil sangat tertutup dan tidak banyak bicara. Ia tidak pernah menceritakan apapun masalahnya padaku. Bahkan sampai saat ini jika aku menanyakan hal itu, ia pasti mengalihkan nya pada hal lain. Tapi perasaan ku mengatakan, ini berkaitan dengan ayah kandungnya"
"Ada apa dengan ayah kandungnya?" Tanya Zayyad penasaran.
"Ayah kandungnya Alin adalah seorang pecandu narkoba dan suka berjudi. Putri ku sangat menyesal karena terlambat mengetahuinya nya dan terlanjur menikahinya. Awalnya ia dapat bersabar dengan segala jenis siksaan dan yakin kalau suaminya akan berubah. Tapi hasilnya, diam-diam ia tau kalau putri semata wayangnya Alina, itu di lecehkan dan sering menerima siksaan dari ayah kandungnya sendiri. Itu sangat mengecewakan putri ku, karena bagaimanapun juga Alin adalah buah hati mereka. Sejak saat itu putri ku memutuskan bercerai dengan suaminya. Meskipun tidak mudah, ia bahkan harus memberanikan diri terhadap segala macam ancaman. Tapi syukurlah segalanya berjalan dengan baik. Mereka berhasil bercerai dan mantan suaminya itu masuk penjara. Dan mungkin apa yang membuat Alin setakut itu pada tempat-tempat sempit pasti ada kaitannya dengan siksaan yang di terima nya dulu dari ayah kandungnya"
Zayyad terdiam beberapa saat. Ia tidak akan mengira Alina memiliki kisah suram seperti itu. Terlebih yang menorehkan hal itu adalah ayah kandungnya sendiri. Itu pasti sangat menyakitkan.
"Kenangan Alin sejak kecil dengan pria tidak lah baik. Tidak dengan ayah kandungnya, ayah tirinya dan bahkan sampai kakeknya. Mereka semua menorehkan luka yang sangat mendalam pada Alina. Yang paling tidak dapat di terimanya adalah nasib ibunya yang sekarang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit jiwa karena gangguan mental yang di terima nya setelah pernikahannya nya yang juga berakhir tragis dengan suami barunya itu. Dan yang sangat memukulnya juga, kakek yang pernah di anggap satu-satunya pria yang dapat di hormati dalam hidupnya, mencoba melecehkan nya. Setelah semua itu, Alin terlihat dingin dengan semua pria. Ia bahkan memutuskan untuk bekerja jauh di kota Z, hanya untuk mengajar di sebuah sekolah khusus perempuan."
Zayyad mengambil cangkir teh yang sudah dingin lalu meneguk nya sampai habis. Ia berpikir, hal itu wajar jika Alina sampai begitu bencinya pada pria. Bahkan orang terpercaya baginya saja juga ikut andil menyakiti nya. Di mana lagi kepercayaan nya dapat tumbuh? Setelahnya, Zayyad mengundurkan diri dari sana. Membiarkan kakeknya yang menenangkan wanita tua itu.
Sesampai di kamar, ia terus masuk kedalam wardrobe room. Di sana ia mengambil beberapa set pakaian Alina dan- "Dimana aku harus mencari benda itu?"
Setelah membongkar beberapa tempat, membuka beberapa pintu dan menarik beberapa laci. Ia akhirnya akhirnya menemukan nya. Semua benda itu bewarna hitam, selera wanita itu sangat konsisten. Ia memejamkan matanya dan mengambil beberapa. "Apakah segini sudah cukup?" Ia terus memasukkan setumpuk kain-kain kecil itu kedalam paper bag.
Ia pun pergi ke ruang kerjanya untuk mengambil beberapa dokumen lalu segera pergi ke perusahaan. Di jalan, tak lupa ia membeli bubur ayam untuk sarapan pagi Alina.
"Ini barang-barang yang kau butuhkan dan ini sarapan mu!" Zayyad meletakkan barang-barang itu di atas meja yang ada di samping kasur. Alina yang sudah bangun, sedang duduk bersandar di kepala kasur. Keningnya yang berkerut dan pelipisnya yang di penuhi keringat tampak seperti seseorang yang sedang menahan sakit.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku masih butuh satu barang lagi" Kata Alina dengan suara tertekan meredam nyeri. Kedua tangannya melilit perutnya dan menekan nya.
"Kenapa kau tidak mengatakan nya sebelumnya?" Ia tidak harus bolak-balik. Apa lagi ia akan ada meeting beberapa menit lagi.
"Kau pikir aku bisa memperkirakan kapan hal ini datang?" Alina mengigit bibir bawahnya. Tangannya terus menekan perutnya lebih keras.
"Maksud mu?"
"Belikan aku pembalut!"
"Hah?" Zayyad terkesiap.
"Cepatlah! Aku harus segera membersihkan nya, ini sangat tidak nyaman!"
"Baik-baik! Aku akan pergi membelikan nya!"
Zayyad bergegas keluar. Di ruang kerjanya sudah ada Bakri yang menunggu nya. "Pak, rapat kali ini di percepat lima menit karena-"
"Sebentar!" Potong Zayyad. Bakri terus menutup mulut.
"Apa aku harus menyerahkan hal ini pada mu saja?"
"Maksud bapak?" Tanya Bakri yang tak mengerti.
Zayyad berpikir, itu adalah hal privasi bagi istrinya. Bagaimana ia dapat menyerahkan nya pada orang lain terlebih lagi itu adalah pria. "Saya akan pergi keluar sebentar! Jika saya terlambat kembali, tolong gantikan saya untuk membuka rapat hari ini"
"Baik pak!" Bakri yang merupakan sekretaris yang merangkap asisten itu sudah terbiasa dengan hal itu. Hanya saja ini adalah kali pertama ia menerima tugas mengganti kan tempat bosnya sebagai pembuka rapat. Zayyad pun terus pergi meninggalkan perusahaan, tampak terburu-buru. Bakri berpikir, hal sibuk apa sampai membuat Zayyad yang hampir tidak pernah melewatkan rapat tapi harus meninggalkan rapat pagi ini?
•••