Mendengar kata-kata itu, Chu Weixu segera berbalik ke arah suara dan melihat Ai Zhiyi sedang berdiri di depan pintu kamar mereka dengan berpakaian rapi. Pria itu memiliki tatapan memikat, bibirnya terlihat seperti buah persik. Ia merupakan sosok menawan yang tak henti-hentinya membuat Chu Weixu terpana bagaimanapun penampilannya.
Mata Chu Weixu seketika berbinar-binar dengan terpukau, mulutnya sedikit ternganga karena rasa kagum yang secara bertahap muncul di hatinya.
Cahaya Ai Zhiyi tidak bisa dipungkiri, bahkan melebihi apa pun dan tidak ada seorang pun yang memilikinya di dunia ini. Jika Ai Zhiyi adalah bintang di langit, maka Ai Zhiyi adalah sirius yang selalu bersinar paling terang dan tidak akan pernah bosan ia pandangi, bahkan dengan sabar menunggu malam hanya untuk memandanginya, dan mengagumi betapa indahnya Ai Zhiyi dari jutaan bintang.
Chu Weixu merasa bersyukur bisa bersama Ai Zhiyi hingga saat ini dan menyaksikan bagaimana Ai Zhiyi selalu terlihat bersinar di matanya dan tidak pernah meredup sedikit pun, mengagumi keindahan itu dalam hati. Itu seperti rasa kagum saat mereka pertama kali saling mengenal, di mana ia kagum dengan seorang anak yang selalu terlihat cemerlang, bahkan pandai bermusik di usianya yang masih ketujuh tahun.
Chu Weixu menunjukkan tatapan kagum seperti hari itu, atau bahkan tidak pernah berubah sedikit pun dan terus bertambah seiring waktu.
Merasakan perasaan itu, Chu Weixu merasa bernostalgia. Karena Chu Weixu senang mendengar musik yang selalu dimainkan oleh Ai Zhiyi, ia mengaguminya diam-diam dan ingin Ai Zhiyi selalu memainkan musik untuknya.
Ketika Chu Weixu menjalin pertemanan bersama Ai Zhiyi, ia selalu meminta Ai Zhiyi untuk memainkan musik untuknya walau sedikit memaksa. Jika Ai Zhiyi menolak, maka Chu Weixu akan pura-pura merajuk dan melarikan diri ke sungai untuk bersembunyi, lalu menyalahkan Ai Zhiyi, menuduh Ai Zhiyi bahwa ia tidak lagi ingin berteman dengannya. Jadi, dengan usaha apa pun, Ai Zhiyi tidak bisa untuk menolak, selain menjadi sangat penurut sebagaimana ayahnya yang bekerja untuk Keluarga Chu dan menjadi sangat setia di keluarga itu.
Walaupun Ai Zhiyi selalu memainkan lagu yang sama, Chu Weixu tidak pernah merasa bosan atau mengeluh. Chu Weixu hanya tidak bisa berhenti untuk membiarkan nada-nada itu menggelitik hatinya.
Chu Weixu selalu menjadi penggemar setia, yang menyaksikannya tanpa berkedip, seolah-olah detik demi detik adalah sesuatu yang paling berharga di setiap penampilan Ai Zhiyi saat di bangku sekolah. Bahkan, karena itu, Chu Weixu meminta untuk pindah dari sekolah elit yang ia tempati, dan ingin masuk ke sekolah umum di mana ia bisa menyaksikan Ai Zhiyi bermain musik. Hingga sejak saat itu, Chu Weixu adalah satu-satunya orang yang selalu mengikuti Ai Zhiyi dan memberikan perlindungan khusus untuknya.
Di Sekolah Menengah Pertama, Chu Weixu merasakan keanehan di dalam dirinya. Ia merasa ada sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, belas kasih dan kasih sayang, dan menemukan bahwa rasa kagum itu secara bertahap menjadi hal yang berbeda seiring kebersamaan mereka. Ia merasakan emosi yang lebih kuat perlahan-lahan membentuk ketertarikan pribadi untuknya, tetapi ia menolak untuk bertanya atau mengatakannya secara langsung kepada Ai Zhiyi.
Saat itu Chu Weixu tidak tahu apakah ia jatuh Cinta atau hanya keterikatan emosional mereka yang semakin erat, tetapi itu adalah kali pertama ia merasakan perasaan "pengorbanan diri", "empati", "kasih sayang", "ingin memiliki", dan "dia satu-satunya". Ia bahkan bisa merasakan semua itu diukir di tulangnya dengan pahatan dalam dan jelas, seolah-olah itu adalah simbol Cinta yang tidak pernah hilang hingga saat ini. Jadi, Chu Weixu pun menyadari bahwa selama ini ia telah jatuh cinta kepada Ai Zhiyi begitupun melodinya.
Selama dua tahun Chu Weixu mengabaikan perasaannya. Namun, hari-hari yang ia lalui seperti batu yang ia pikul di punggungnya ke bukit, tertatih dan seolah akan meremukkan tulangnya. Jadi, ketika mereka memasuki Sekolah Menengah Atas, Chu Weixu akhirnya memutuskan untuk menyatakan perasaannya, dan bahkan dengan berani dan sombong, membanggakan dirinya sendiri sebagai orang yang tepat untuk Ai Zhiyi, seolah-olah ia tidak membiarkan Ai Zhiyi untuk mengatakan penolakannya.
Namun, hari itu cukup tergesa-gesa dan tiba-tiba, hingga pada akhirnya Chu Weixu merasakan patah hati untuk pertama kalinya. Ai Zhiyi menolaknya dengan alasan ia adalah seorang pria, dan ... Chu Weixu adalah sahabatnya.
Tetapi, bagaimanapun juga, Chu Weixu memang terlalu keras kepala, yang sudah digaris di tulang punggungnya dan mengalir bersama darahnya, sehingga tak ada seorang pun yang bisa memungkiri bagaimana keras kepalanya ia di masa lalu, bahkan hingga saat ini.
Chu Weixu terus mengejar Ai Zhiyi. Walau sekalipun [1]Kakek Bulan tidak menghubungkan tali merah untuk mereka, Chu Weizu ingin mengikat tali itu dengan tangannya sendiri di kelingking Ai Zhiyi dan memaksakan kehendak perjodohan mereka.
Chu Weixu pernah mendengar kisah [2]Berbagi Buah Persik. Ia berpikir bahwa orang-orang kuno bahkan pernah mencintai tanpa memandang siapa dia, bagaimana kedudukannya, bahkan apakah dia seorang pria ataupun wanita, jadi mengapa tidak untuk mereka?
Hal itu membuat Chu Weixu tidak putus asa. Jika Ai Zhiyi menolaknya sekali lagi, maka Chu Weixu tidak akan pernah berhenti sampai ia mendengar Ai Zhiyi mengusirnya. Tapi, nyatanya, Ai Zhiyi tidak pernah melakukannya, bahkan datang kepadanya, menanyakan kesungguhan kata-kata Chu Weixu. Jadi, Chu Weixu menjawab sebagaimana ia meyakini perasaanya adalah sungguh-sungguh.
Suatu hari, Chu Weixu bertanya, 'apa impanmu?' Ia masih mengingat bagaimana senyuman di wajah Ai Zhiyi menegaskan kesungguhan dalam kata-katanya bahwa Ai Zhiyi ingin menjadi seorang musisi. Chu Weixu tersenyum, merasa terharu di hatinya. Itu juga impiannya sejak lama, di mana ia akan mempunyai grup musiknya sendiri dan ia sebagai vocalis, mendapatkan tepuk tangan meriah dari penggemar, dan album-albumnya disenangi oleh banyak orang. Namun, Chu Weixu mengetahui dengan jelas bahwa ayahnya tidak akan pernah membiarkan anak-anaknya untuk lari dari garis bisnis keluarga mereka yang sudah turun-temurun.
Chu Weixu sempat merenung dan merasa frustasi, tetapi sejak ia menjadi dekat dengan Ai Zhiyi, perasaan suram di hatinya seolah-olah mendapatkan kehidupan baru yang selalu membuatnya tersenyum. Dan begitu ia mendengar Ai Zhiyi mempunyai impian yang sama sepertinya, Chu Weixu merasa tersentuh dan tidak ingin Ai Zhiyi berakhir seperti dirinya.
Namun, hari itu seperti kutukan. Ketika Chu Weixu menyadari perasaannya kepada Ai Zhiyi, mereka berdua mempunyai nasib yang sama. Tidak ada dari mereka yang mewujudkan impian mereka, jadi itu membuat Chu Weixu sering kali menyalahkan dirinya sendiri selama bertahun-tahun, sementara Ai Zhiyi selalu membujuknya untuk berhenti dan melihat ke depan, bahwa mereka akan selalu bersama, suka maupun duka, dan meyakinkan Chu Weixu bahwa itu adalah impian barunya.
Walaupun Chu Weixu pernah berjanji akan terus menjadi orang yang akan duduk di deret kursi terdepan pada setiap penampilannya, Ai Zhiyi selalu menganggap Chu Weixu menepati janjinya. Chu Weixu bahkan menjadi selalu yang paling setia selama dua dekade.
Itu membuat Chu Weixu akhirnya bisa menemukan bahwa bagaimana ia mencintai Ai Zhiyi dan reaksi keluarga mereka, bukan menjadi alasan untuk tidak mencari mimpi baru untuk mereka, dan mimpi itu adalah terus bersama Ai Zhiyi. Karena Chu Weixu tidak ingin kehilangan impiannya dua kali, maka ia tidak akan menyerah untuk impian barunya setelah mereka memutuskan untuk pergi.
[1] Kakek Bulan atau Yue Xia Lao Ren (Kakek Di Bawah Bulan) adalah penentu jodoh (di legenda Cina) — penghubung benang merah.
[2] Berbagi Buah Persik adalah satu dari tiga nama besar untuk menyebut hubungan sesama jenis (khusus gay) di Cina klasik.