Ai Zhiyi menampung banyak cairan kental putih di dalam mulutnya, membuatnya terasa seperti tersumpal. Ia mengulurkan tangan, buru-buru mengambil beberapa lembar tisu di atas meja, lalu memuntahkan semua cairan itu tanpa sisa kecuali aroma khas yang masih tertinggal.
Ai Zhiyi biasanya akan menelan cairan itu karena Chu Weixu adalah orang yang terburu-buru dan tidak pernah memberinya kesempatan untuk pergi ke kamar mandi saat mereka hendak bercinta. Tetapi, sekarang tidak ada alasan bagi Ai Zhiyi untuk bertindak bodoh.
Ia perlahan mengangkat pandangannya, secara diam-diam menatap Chu Weixu yang tersenyum puas sambil memejamkan mata. Di pikirannya tidak ada yang buruk, hanya saja ia merasa terlalu memanjakan Chu Weixu selama bertahun-tahun dan pada akhirnya, ia selalu merengek seperti ini.
Setelah Ai Zhiyi berpikir ia telah menyelesaikannya, ia segera bangkit dari posisinya, lalu berjalan menuju wastafel, kemudian segera menyalakan keran untuk berkumur, mencuci rongga mulutnya yang terasa sedikit lengket.
Rupanya, Chu Weixu mengikuti Ai Zhiyi saat ia menyadari langkah kaki ringan yang semakin menjauh. Begitu Ai Zhiyi mematikan keran air, Chu Weixu langsung memeluknya dari belakang dengan erat.
Dipeluk tiba-tiba seperti itu, Ai Zhiyi terkejut dan segera menoleh ke belakang. Ia berkata dengan panik, "Weixu, tidak lagi. Aku tidak mau melakukannya. Bagaimanapun kau memaksa, aku tetap tidak mau melakukannya. Lepaskan aku sekarang."
Mendengar perkataan seolah ia adalah seorang hooligan, Chu Weixu terkekeh kecil. Ia mengendus aroma Melati di tengkuk leher Ai Zhiyi dan menyangkal, "Aku tidak berniat melakukannya. Aku hanya ingin memelukmu seperti ini. Apa tidak boleh?"
Namun, perkataan seperti itu membuat Ai Zhiyi merasa semakin curiga, berpikir bahwa Chu Weixu pasti punya niat merayunya untuk membuatnya luluh sehingga pada akhirnya, mereka melakukan seks seolah keduanya menginginkan itu.
Ai Zhiyi mendengus dalam batin, berpikir bahwa ia sudah terlalu sering ditipu.
Karena tidak ingin Chu Weixu mengambil kesempatan kali ini, Ai Zhiyi segera memutar tubuhnya ke belakang dan mendorong mundur tubuh Chu Weixu untuk memberi sedikit spasi di antara mereka.
Chu Weixu mundur sedikit, namun ia tidak melepaskan kedua tangannya di pinggang Ai Zhiyi. Ia terus menatapnya dalam diam dengan senyuman memesona yang bisa membuat siapa saja terpikat.
Mengerutkan kening, Ai Zhiyi berkata dengan kesal, "Jangan konyol. Kau terlalu lengket saat kau ingin aku berteriak di bawahmu. Kau pasti berniat merayuku sekarang, kan?"
Chu Weixu terkekeh. Ia mengejek, "Tapi, kau juga menikmatinya, bukan? Jadi, jangan pura-pura tidak suka."
Ai Zhiyi seketika membeku sambil menatap Chu Weixu. Matanya terbuka, menampilkan kejernihan yang secara bertahap menjadi keruh, namun ia tidak mengatakan apa-apa, membiarkan keheningan mengisi celah di antara mereka.
Bagaimanapun, kata-kata itu membuat suasana hatinya menjadi buruk. Ia pun menarik sudut bibirnya sehingga terbit senyum ironis di wajah cantiknya.
Melihat ada yang salah, Chu Weixu segera menyadari bahwa Ai Zhiyi mungkin saja marah. Di samping itu, dia merasa bingung. Setelah ia pikirkan kembali, tidak biasanya Ai Zhiyi seperti ini, jadi Chu Weixu berasumsi bahwa Ai Zhiyi sedang memiliki masalah.
"Xiaoyi, katakan, apa kau ada masalah di kelas musik?" Chu Weixu bertanya dengan serius, "Apa ada orang yang mengatakan hal buruk padamu?"
Ai Zhiyi mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"
"Hmm, kau sangat mudah marah pagi ini. Tidak bisanya ...," Chu Weixu membalas dengan suara kecil, merasa sedikit ragu.
Ai Zhiyi menghela napas setelah mendengar kata-katanya. "Tidak. Aku hanya tidak suka saat kau memaksaku saat aku tidak mau."
Mendengar Ai Zhiyi mengeluh, Chu Weixu tersenyum tanpa sepatah kata. Raut wajahnya yang lembut dan sombong menampilkan pesona luar biasa. Kemudian, ia memeluk Ai Zhiyi, menghisap aroma tersembunyi di leher Ai Zhiyi.
"Apa kau sedang kepanasan? Kau seperti serigala yang sedang ingin kawin," Ai Zhiyi mengejek, tapi ia tidak bergerak untuk menyingkirkan Chu Weixu.
"Mungkin benar. Aku sedang kepanasan tapi isteriku sama sekali tidak bisa membantu." Chu Weixu terkekeh.
Ai Zhiyi terdiam sebentar sebelum ia menghela napas ringan, berkata, "Lepaskan. Ayo siapkan bahan-bahan di bawah."
Ada jeda sunyi yang lama sebelum Chu Weixu bergumam pelan, "Kue. Aku ingin makan kue."
"Ada di lemari makanan."
"Ambilkan."
Chu Weixu sangat suka dimanja. Walaupun usianya sudah cukup matang, sikapnya akan kembali seperti anak laki-laki yang pernah Ai Zhiyi kenal dua puluh tahun lalu, di mana ia nakal tapi sangat mudah menangis ketika Chu Weixu ingin mendapatkan perhatian Ai Zhiyi seperti sekarang.
Namun, suasana hati Ai Zhiyi berangsur-angsur sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Jadi, begitu ia mendengar Chu Weixu memintanya untuk mengambilkan kue untuknya, ia tidak keberatan. Ia tidak lagi menunjukkan kebiasaannya, yaitu mengerutkan kening dan mengomeli Chu Weixu karena tidak ingin menggunakan kakinya, bahkan terlihat senyum di lengkungan kecil bibirnya. Terlihat cerah.
"Kalau begitu, tunggu di meja makan."
Chu Weixu perlahan melepaskan kedua tangannya di tubuh Ai Zhiyi, lalu mengecup kening Ai Zhiyi dengan lembut sebelum ia berjalan ke meja makan.
Ia duduk di sana dengan tenang, menyangga dagunya dengan senyum tipis di wajahnya, sementara Ai Zhiyi mengambil kue tiramisu itu, lalu meletakkannya di meja makan. Ia meletakkan satu piring untuk Chu Weixu dan mengambil potongan besar kue untuknya.
Melihat hanya ada satu piring, Chu Weixu menegakkan punggung, dan bertanya dengan bingung, "Mana untukmu?"
Ai Zhiyi menggelengkan kepalanya, menjawab setelah ia memotong beberapa bagian lagi, "Aku sudah kenyang. Aku akan pergi ke bawah lebih dulu. Nikmati kuemu."
Ai Zhiyi tidak berbasa-basi. Ia segera pergi begitu ia menyelesaikan kata-katanya.
Sementara itu, Chu Weixu duduk diam untuk waktu yang lama, membiarkan Ai Zhiyi pergi, sebelum ia mengambil sendok dan memakan kue tiramusi yang terlihat sangat manis itu.
Chu Weixu mengunyah pelan, namun keningnya terus saja berkerut. Di kepalanya bertanya-tanya mengenai bingkisan coklat tempat di mana Ai Zhiyi meletakkan obat-obatannya. Itu tampak tidak asing.
Ia berpikir keras untuk sementara, bahkan ia tidak menikmati kue yang ia kunyah sekarang. Namun, begitu ia mengingat bahwa bingkisan itu adalah bingkisan yang sama seperti yang sering digunakan oleh saudara perempuannya, ia seketika membeku dalam keheningan.
Sangat mudah mengenali bingkisan itu. Ada logo berlian di tengahnya dan itu adalah logo dari toko perhiasan yang sama seperti yang dibawa oleh saudara perempuannya lima tahun lalu. Selain itu, jika Ai Zhiyi membeli obat-obatan itu di apotek, plastik yang digunakannya sudah pasti berbeda.
Chu Weixu segera menyimpulkan bahwa semua obat-obatan itu adalah pemberian saudara perempuannya.
Di saat yang sama, hatinya menjadi dingin dan sangat dingin. Hingga ia tanpa sadar menjatuhkan sendok di jarinya, membuatnya segera kembali tersadar. Chu Weixu perlahan meletakkan kedua tangannya yang terkepal kuat di atas meja sebelum ia berdiri, lalu berjalan tergesa-gesa menuju kamar tidur.
Di dalam sana, Chu Weixu membuka laci meja samping tempat tidur, mengeluarkan bingkisan itu, dan menatapnya tanpa ekspresi. Aura dingin menyelimuti kedua matanya seolah binaran di dalamnya adalah keping-keping salju.
Ia melirik ke samping dan melihat ponsel Ai Zhiyi tergeletak di atas tempat tidur. Tanpa pikir panjang, ia segera meraih ponsel itu dan segera menghubungi seseorang.
Tak butuh waktu lama. Segera setelah ia mengubungi nomor itu, suara seorang wanita terdengar ceria di saluran seberang.
"Zhiyi, ada apa? Tidak biasanya kau menghubungiku pagi-pagi sekali. Apa kau butuh sesuatu?"