Ai Zhiyi naik ke lantai atas untuk mengambil biola dan ponselnya, lalu kembali tak lama kemudian.
Sebelum ia meninggalkan tempat ini, ia tak lupa untuk mengingatkan Chu Weixu perihal catatan yang ia simpan tadi, "Weixu, jangan lupa membeli bahan-bahan yang sudah kucatat tadi." Ia lalu menggeser matanya ke arah Wen Qi yang berdiri di samping Chu Weixu dan berkata padanya dengan bercanda, "Ingatkan dia. Dia itu suka pura-pura lupa. Jangan biarkan dia menemukan alasan untuk melarikan diri lagi."
Wen Qi mengangguk dengan bersemangat. "Oke, kak! Bisa kupastikan dia akan pergi membelinya kali ini!"
Chu Weixu mengantar Ai Zhiyi hingga ke depan pintu. Ia hendak memberikan ciuman di kening Ai Zhiyi sebelum mereka berpisah, namun Ai Zhiyi mendorongnya menjauh dan memperingatinya untuk tidak menciumnya di depan umum, membuat mereka berdua tertawa. Chu Weixu masuk ke dalam setelah Ai Zhiyi benar-benar menghilang dari pandangannya.
Karena belum ada pelanggan yang datang, Wen Qi memutuskan untuk mengerjakan tugasnya pada salah satu meja pelanggan.
Melihat Wen Qi, Chu Weixu memintanya untuk mengerjakan tugasnya di meja konter di sebelahnya, jadi Wen Qi segera berdiri dan duduk di sana.
Untuk sementara mereka berdua tidak banyak bicara. Wen Qi sibuk dengan tugas-tugas di laptopnya, sementara Chu Weixu juga tidak ingin mengganggunya dan memilih untuk menonton video di Weibo sambil sesekali mengecek jika ada seseorang yang memesan menu secara online.
Dalam keheningan mereka berdua, Wen Qi tiba-tiba bergumam, "Sejak lama aku penasaran ...."
Chu Weixu mendengarnya, jadi ia menoleh, dan bertanya, "Mengenai apa, Tuan Penasaran?"
Wen Qi menoleh ke arah Chu Weixu, menunjukkan tatapan tajam setelah mendengar panggilan barunya itu. Namun, begitu ia bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, wajahnya menjadi lembut, tidak mendominasi apa pun, "Xuyi. Kenapa kalian memberi nama rumah teh ini dengan nama Xuyi? Apa itu memiliki makna tertentu bagi kalian?"
Mendengar pertanyaan itu, Chu Weixu tiba-tiba merasakan sesuatu yang lebih dalam di dadanya yang tak bisa ia gambarkan dalam kata-kata, dan tidak bisa menahan senyum.
Tentu, itu memiliki makna yang berarti bagi Chu Weixu dan Ai Zhiyi.
"Ayo, katakan, aku penasaran," Wen Qi mendesak.
Chu Weixu terkekeh kecil. "Sudah berapa tahun, kenapa kau baru menanyakan hal itu sekarang?"
Wen Qi menunjukkan wajah cemberut.
Chu Weixu membaca raut wajah pemuda itu seperti sedang memakinya, membuatnya tidak bisa menahan untuk tidak menertawakannya sebelum ia memberikan jawaban.
"Xuyi merupakan singkatan dari nama kami berdua. Weixu dan Zhiyi, diambil dari karakter terakhir dari nama kami. Xuyi sendiri memiliki makna sebagai penghargaan untuk banyak keindahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti musik, seni, literasi, dan drama. Selain itu, kau bisa menemukan banyak kedamaian dan ketenangan," Chu Weixu menjelaskan.
Wen Qi mengangguk mengerti. "Hmm ... itu nama yang bagus. Cocok untuk kalian berdua yang menggemari musik. Siapa yang pertama mengusulkannya? Itu tidak mungkin kau, kan?"
"Tentu, itu sudah pasti Xiaoyi." Chu Weixu terkekeh kecil, lalu mulai memuji Ai Zhiyi, "Dia orang yang selalu memikirkan segala sesuatu dengan hati-hati walau hal kecil sekalipun."
"Aku tahu itu." Wen Qi terkekeh pelan, lalu berkata dengan rasa iri, "Kalian berdua memang serasi. Kak Ai adalah orang yang perfeksionis, sementara kau orang yang acuh tak acuh. Bukankah kalian saling melengkapi? Ah, betapa beruntungnya. Aku juga ingin memiliki pasangan yang bisa akur denganku."
Chu Weixu hanya menunjukkan senyum lembut sebagai tanggapan bahwa ia setuju dengan anggapan itu.
Pembicaraan semacam itu rupanya membuat Wen Qi semakin bersemangat, jadi ia bertanya mengenai kegemaran mereka berdua untuk mengisi waktu, sementara Chu Weixu tidak keberatan untuk menjawab.
Hingga Wen Qi menanyakan hal yang ingin ia ketahui sejak lama dengan penuh harapan, "Kak, kata Kak Ai, kau memiliki suara yang bagus. Aku penasaran, aku ingin mendengarnya secara langsung. Maukah kau bernyanyi? Sedikit saja, satu baid lagu juga tidak masalah."
Namun, entah mengapa, setelah Wen Qi meminta hal itu, suasana mereka tiba-tiba menjadi hening; sangat hening seolah dunia ini membisu. Wen Qi berpikir bahwa ia mungkin telah menanyakan hal yang salah, jadi ia bermaksud untuk meminta maaf.
Tetapi, saat ia membuka mulutnya, suara Chu Weixu seolah memotong napasnya. Ia tiba-tiba berkata dengan dalam seolah itu adalah suara dari kedalaman hatinya.
"Aku hanya menyanyi untuk Xiaoyi." Ada senyum di akhir kata-katanya.
Kata-kata itu sendiri memiliki makna yang lebih dalam bagi Wen Qi. Dari bagaimana Chu Weixu memanggil Ai Zhiyi dengan panggilan itu, Wen Qi mengetahui kedekatan mereka sudah seperti pasangan suami istri.
Ia bisa merasakan perasaan Chu Weixu dari potongan kalimat yang ia ungkapkan bahwa betapa Chu Weixu menyayangi Ai Zhiyi sampai pada pemahaman umumnya mengenai cinta Chu Weixu hanya untuk kakak sepupunya seorang.
Ia mengetahui dengan jelas bahwa Chu Weixu tidak akan melirik siapapun di dunia ini seolah ia telah mendapatkan kesempurnaan duniawi dan tidak membutuhkan apa-apa lagi.
Cinta Chu Weixu tentu tak tergoyahkan!
Wen Qi merengut dengan kesal tapi juga kecewa karena permintaannya tidak dipenuhi.
Namun, tetap saja, ia percaya bahwa Chu Weixu memiliki suara yang bagus. Walau ia tidak mendengar Chu Weixu bernyanyi sekalipun, dari suaranya saat ia berbicara, ia bisa menemukan betapa memikatnya suara pria itu. Ia berpikir mengenai gambaran kecil dari suara seorang dewa saat sedang melantunkan lagu.
Merasakan suasana mereka menjadi lebih dingin, Chu Weixu menepuk kepala Wen Qi, bermaksud mencairkan suasana dengan berkata, "Kenapa kau tidak memutar lagu saja? Aku tahu telingamu hampa karena tidak mendengar sesuatu yang membuatmu senang."
"Hmph!"
Wen Qi pura-pura merajuk, tapi ia tetap mendengarkan saran dari Chu Weixu. Ia membuka pemutar musik di laptopnya, mulai menyetel lagu dan menghubungkannya dengan wireless speaker sehingga suara musik menjangkau seluruh ruangan, menenggelamkan mereka berdua ke dalam nada dengan ritme tenang.
Chu Weixu memerhatikan Wen Qi diam-diam dan tersenyum. Pemuda itu memiliki fitur wajah lembut seperti Ai Zhiyi, mengingatkannya pada Ai Zhiyi saat mereka masih bersekolah, hanya saja kepribadian mereka sangat jauh berbeda. Ai Zhiyi adalah seorang yang pendiam dan pemalu, sementara Wen Qi terlalu cerewet sebagai seorang pria.
Karena Wen Qi adalah adik sepupu Ai Zhiyi, Chu Weixu juga sudah menganggap Wen Qi sebagai keluarganya, dan bagaimana ia selalu mengejeknya menunjukkan kedekatan mereka seperti dua saudara.
Bagaimanapun, ia akan membantu Wen Qi jika saja ia meminta bantuan padanya, namun selama ini, Wen Qi belum pernah melakukannya.
Beberapa saat kemudian, dua orang pelanggan mendorong pintu, lalu masuk. Mereka berdua tampaknya adalah pasangan kekasih yang masih muda — seumuran dengan Wen Qi jika dilihat dari penampilannya — dua puluh satu tahun. Mereka lalu duduk di dekat dinding kaca dan terlihat senyum ceria di wajah mereka.
Wen Qi sangat tahu apa yang harus ia lakukan. Ia dengan segera berdiri, lalu menghampiri pasangan itu untuk mendapatkan pesanan, sementara Chu Weixu tetap di konter untuk menunggu Wen Qi dengan catatannya. Mereka berdua sudah mengetahui tugas mereka masing-masing dengan sangat baik.
Tak lama kemudian, Wen Qi datang membawa catatan dan segera menyerahkannya kepada Chu Weixu.
Blontea dan kue brownies. Chu Weixu membacanya, lalu segera meracik teh, sementara dessert sudah dibuat oleh Ai Zhiyi lebih dulu sehingga ia hanya perlu memotongnya untuk disajikan.
Tak butuh waktu lama, Chu Weixu meminta Wen Qi untuk segera membawa pesanan pelanggan ke meja mereka, sementara ia mencatat apa yang telah terjual di buku catatan sesuai dengan instruksi Ai Zhiyi.
Setelah itu, mereka berdua kembali duduk di konter sambil menunggu pelanggan yang lainnya hingga kedua pelanggan sebelumnya pergi.
Berselang beberapa menit kemudian, sebuah notifikasi masuk di IPad, terlihat seseorang sedang memesan teh vanilla dan dessert. Di sana juga tercantum alamat pelanggan tersebut.
Chu Weixu pun segera menyiapkan pesanan.
Setelahnya, ia hendak meminta Wen Qi untuk mengirimnya ke alamat pelanggan tersebut. Namun, begitu ia melihat Wen Qi sedang sibuk dengan tugas yang ia kerjakan, Chu Weixu tiba-tiba merasa tidak tega. Jadi, ia memutuskan untuk mengirim pesanan itu sendiri.