Suara maskulin yang penuh pesona itu tampaknya telah menyihir Ai Zhiyi sehingga ia seketika sadar bahwa ia terlalu terlena dengan sosok Chu Weixu. Jadi, begitu ia mendengar pertanyaan yang seolah-olah mengungkapkan bahwa ia baru saja tertangkap basah, Ai Zhiyi tidak bisa marah selain tersipu seolah wajahnya dipenuhi oleh aliran darah. Ia pun segera mengalihkan pandangannya ke arah lain dan mencoba untuk bersikap tenang.
Namun, karena kata-kata Chu Weixu sudah terlanjur membuatnya malu, ia tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang merona seperti bunga palm yang baru saja mekar.
Chu Weixu terkekeh diam-diam, menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia begitu senang melihat Ai Zhiyi menunjukkan ekspresi seperti itu, membuatnya selalu ingin menggoda Ai Zhiyi dengan banyak kata-kata memalukan lagi dan lagi.
Ia lalu duduk di samping Ai Zhiyi dan mulai menggodanya dengan kata-kata, "Apa kau begitu menyukai tubuhku? Apa kau ingin menyentuhnya?"
Suara pria itu terdengar sangat menarik. Ada jejak senyum pada suaranya yang begitu memabukkan seperti menyesap anggur tua.
Bagi Ai Zhiyi, Chu Weixu bukanlah pria genit — setidaknya ia tidak genit kepada orang lain — tapi bukan pula pria suci. Ia terkadang menjadi pria sangat genit yang memiliki lidah tajam dan kejam jika ia sedang menggoda Ai Zhiyi.
"Kita sudah bersama sejak di usia kanak-kanak. Kita sudah sering mandi bersama, bahkan hingga saat ini. Jadi, kau seharusnya tidak perlu malu untuk memintanya langsung padaku jika kau menginginkannya," lanjut Chu Weixu, berbicara dengan tak tahu malu.
Ai Zhiyi memiliki dinding ketahanan yang cukup kuat untuk kata-kata seperti itu. Lagi pula, pria cabul seperti Chu Weixu sudah sering menggodanya, bahkan lebih memalukan lagi daripada ini, jadi ia seharusnya masih bisa bertahan untuk tidak menanggapi apa pun. Oleh karena itu, ia juga seharusnya terbiasa dengan ini, tapi digoda dengan menggunakan kata-kata tak tahu malu secara terus menerus, itu membuat Ai Zhiyi mati-matian untuk mengontrol dirinya.
Namun, sepertinya Chu Weixu memang orang yang tidak akan berhenti mengganggu sebelum Ai Zhiyi mengakui dirinya sendiri sebagai orang yang tidak punya harga diri. Jadi, ia dengan sengaja menarik tangan Ai Zhiyi, lalu memasukkannya ke dalam kaos tipis yang ia kenakan agar Ai Zhiyi bisa merasakan kulit perutnya.
Napas Ai Zhiyi tiba-tiba tercekat. Ia segera menoleh ke arah Chu Weixu, menatapnya dengan dahi berkerut samar. Ia berusaha menarik tangannya kembali, namun Chu Weixu tidak membiarkannya dengan mudah dan bahkan dengan sengaja menekan tangan Ai Zhiyi lebih kuat, lalu menggerak-gerakkannya dengan lembut seolah Ai Zhiyi seperti sedang mengelus garis-garis otot Chu Weixu yang terasa begitu sempurna di bawah telapak tangannya.
Hingga tanpa Ai Zhiyi sadari, Chu Weixu meletakkan telapak tangannya tepat di atas daerah kejantanannya yang sudah mulai mengeras, lalu berkata tak tahu malu sekali lagi dengan tenang, "Sayang, suamimu mengeras. Selesaikan ini untukku."
Sebenarnya, sejak awal Chu Weixu hanya berniat untuk menggoda Ai Zhiyi. Namun, siapa sangka? Ketika jari-jari ramping dan lembut itu menyentuh kulitnya, ia merasa semua kesenangan itu berkumpul di bagian bawah tubuhnya.
Wajah Ai Zhiyi yang awalnya memerah karena tersipu pun berubah cemberut. Ia lalu menarik tangannya secara paksa sehingga Chu Weixu melepaskannya. Ia berkata dengan nada merajuk, "Sekarang apa? Sekarang, aku yang harus bertanggung jawab, kan? Aku tidak mau. Urus itu sendiri."
Begitu Ai Zhiyi menyelesaikan kata-katanya, ia hendak berdiri. Namun, baru saja ia mengangkat bokongnya, Chu Weixu segera menarik pinggang Ai Zhiyi sehingga ia jatuh tepat di atas paha Chu Weixu, bahkan ia bisa merasakan sesuatu yang keras dan bernasfu tepat di bawahnya.
Chu Weixu melingkarkan tangannya di perut Ai Zhiyi, lalu memasukkan mereka perlahan-lahan ke dalam pakaiannya, mengelus perutnya, dan perlahan naik ke dadanya yang tak berlemak.
"Apa yang kau lakukan?!" Ai Zhiyi nyaris berteriak sambil terus berjuang untuk melepaskan jari-jari tangan Chu Weixu yang meremasnya seperti seorang wanita.
Akan tetapi, Chu Weixu tidak memberikan tanggapan apa pun seolah ia tidak mendengar sesuatu.
Walau begitu, Ai Zhiyi bisa merasakan suara napas Chu Weixu yang semakin berat terdengar kian mendekat, memancarkan hormon maskulin yang nyaris membuat Ai Zhiyi kehilangan akal. Tetapi, ia dengan segera menggelengkan kepalanya, mencoba untuk meloloskan diri dari pria yang menjerat tubuhnya dengan nafsu, namun sia-sia.
Chu Weixu tentu tidak akan membiarkan Ai Zhiyi pergi sebelum keinginan dari otak berdagingnya terpenuhi. Ia kemudian mencium tengkuk leher Ai Zhiyi dengan lembut, lalu mejilat telinganya dengan ujung lidah.
"Sayang, sekali saja. Semalam aku hanya melakukannya sekali. Itu tidak membuatku puas," Chu Weixu berbisik, terdengar dalam dan berat seperti seorang penyihir yang sedang membacakan mantra.
Begitu napas Chu Weixu menyentuh cuping telinga Ai Zhiyi, Ai Zhiyi seketika merasa sekujur tubuhnya menggigil, bahkan bulu-bulu halus di tangannya sedikit meremang. Ia pun menggerakkan kedua lengannya sebagai penolakan sambil berkata, "Sebentar lagi aku harus bekerja. Jangan sampai seseorang menemukan bau sperma."
Chu Weixu tidak menyerah, ia terus membujuk seolah-olah ia sedang tersiksa, "Xiaoyi, aku mohon. Ini tidak akan lama. Aku mohon. Aku tidak tahan lagi."
Ai Zhiyi merasa putus asa. Ia perlahan-lahan berhenti melakukan perlawanan karena ia berpikir bahwa seberapa gigih ia melawan seekor macan, ia tetaplah seekor mangsa yang menunggu waktu untuk dimangsa. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa dan hanya terdiam seolah ia sedang memikirkan sesuatu.
Sementara itu, Chu Weixu perlahan-lahan menunjukkan senyum kemenangan. Ia sangat mengenal Ai Zhiyi. Ia tahu bahwa begitu Ai Zhiyi menyerah, maka ia sudah pasti setuju. Tapi, karena Chu Weixu orang yang licik jika itu menyangkut kepentingan daging di bawah perutnya, ia lalu mengatakan kata-kata seolah ia sedang memberikan keringanan.
"Xiaoyi, jika kau tidak ingin menggunakan tubuhmu, maka gunakan mulutmu saja kalau begitu," kata Chu Weixu sambil menyandarkan kepalanya di punggung Ai Zhiyi.
Mendengar perkataan itu, Ai Zhiyi memutar bola matanya. Bagaimanapun juga, ini sudah seperti pelecehan dalam bentuk kata-kata. Ia seolah-olah mendengar Chu Weixu berkata padanya, "Hei, jalang, datang ke papa, dan lakukan blowjob."
Ai Zhiyi tidak memberikan tanggapan apa-apa. Ia hanya menoleh ke samping, melirik Chu Weixu yang terlihat tak tahu malu sedang tersenyum di punggungnya. Ia lalu melepaskan kedua tangan Chu Weixu, lalu berjongkok tepat di antara kedua kakinya.
Ai Zhiyi mengangkat pandangannya, menunjukkan mata penuh ancaman dan berkata sebelum ia melakukan blowjob untuk pria yang tak tahu diri, tak tahu malu, dan sombong itu.
"Chu Weixu, kau bajingan. Keparat. Lain kali, aku tidak mau melakukannya."
Chu Weixu menyeringai, tidak begitu peduli dengan kata-kata Ai Zhiyi. Ia mengulurkan tangan dan mencengkeram rambut Ai Zhiyi, lalu mengangkat kepalanya sambil sesekali mendesah kecil. Ia tampaknya begitu menikmati saat Ai Zhiyi mulai menggerakkan kepalanya dan perlahan-lahan kehilangan akal.
Di kepala Chu Weixu hanya ada kenikmatan yang perlahan-lahan membuat tubuhnya semakin panas, lalu meledak yang menimbulkan sensasi kegembiraan.
Chu Weixu tersenyum puas. Sambil mencengkeram rambut Ai Zhiyi, ia menengadahkan kepala dengan mata terpejam kuat begitu kenikmatan itu meledak di kepalanya.
Setelah ia merasakan sensasi terbakar, udara kembali menyejukkan tubuhnya, mengeringkan butir-butir keringat di pelipisnya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa Ai Zhiyi lah yang terbaik!
Memiliki lidah lembut dan mulut sempit, Ai Zhiyi selalu berhasil memuaskannya hanya dengan mulut.