Man Se duduk sendirian di kursi taman. Air matanya menetes dan tertunduk lesu. Lalu datang seorang mendekatinya. Seo Woo mengangsurkan sebuah sapu tangan di hadapan Man Se.
"Seka air matamu, kau jelek sekali kalau menangis," ucap Seo Woo.
Man Se menengadahkan wajah. Matanya sembab. Seo Woo iba. Man Se menerima sapu tangan itu lalu menyeka air mata serta membersihkan ingusmya. Seo Woo tersenyum, lalu duduk di samping Man Se.
"Kau menangis karena Kakak?" tanya Seo Woo.
Man Se mengangguk.
"Kau sudah tahu kabar perjodohan itu?" tanya Seo Woo lagi.
Man Se mengangguk lagi.
"Aku sudah mengingatkannya untuk tidak main hati, tapi dia keras kepala tak mau melepaskanmu," cerita Seo Woo
"Aku pikir aku juga salah mengapa aku tetap mencintainya, walau aku tahu, aku tak pantas untuknya," keluh Man Se.
"Kenapa kau salahkan dirimu sendiri? Sejak awal kau tak seharusnya disakiti," ujar Seo Woo.
Man Se berdiri. "Aku ingin sendiri," ucapnya.
Seo Woo memegang tangan Man Se agar tak pergi.
"Man Se. Aku mencintaimu. Datanglah padaku. Pikirkan hal ini baik-baik," ujar Seo Woo jujur.
Man Se menoleh memandang Seo Woo seakan tak percaya apa yang didengarnya. Min Hyuk cinta padanya, Woo Jin juga menyatakan perasaannya, sekarang Seo Woo juga menyatakan cintanya.
Ayolah, memang seakan menyenangkan dicintai banyak lak-laki, tapi bagiku itu terlalu dilematis, karena aku hanya mencintai Kang Min Hyuk, ucap Man Se dalam hati.
Man Se menjauh dari Seo Woo tanpa sepatah kata pun. Seo Woo memandang kepergian Man Se dengan hati yang kecewa.
Hmm ... bahkan sampai titik ini, kamu tak menoleh sama sekali kepadaku, ucap Seo Woo dalam hati.
***
Min Hyuk berkali-kali mencoba menghubungi Man Se, tapi tak pernah diangkat. Min Hyuk pikir Man Se membutuhkan waktu untuk sendiri. Lalu diteleponnya Min Ji. Min Hyuk menceritakan semuanya, dan minta tolong Min Ji menemani Man Se, kalau saja dia membutuhkan bahu temannya untuk menangis. Benar saja, tak lama setelah Min Hyuk menelepon, masuk telepon dari Man Se sambil menangis. Selama tiga hari Man Se enggan keluar rumah atau menemui siapa pun sampai dia move on.
Sampai suatu hari Min Ji datang ke rumah Man Se membawa kabar ada lowongan kerja untuk mereka berdua. Mereka bekerja part time sebagai pelayan kafe dan penjaga tiket bioskop. Man Se sedikit tergugah hatinya. Lebih baik dia bekerja daripada larut dalam kesedihan karena patah hati. Mereka akan melakukannya mulai besok.
***
Keesokan paginya, Min Ji sudah menunggu Man Se di depan rumah untuk berangkat kerja sama-sama. Hari itu hari pertama salju turun. Di dalam bus, Man Se dan Min Ji kegirangan melihat salju. Mereka mulai bekerja dengan semangat.
Hari-hari dilewati Man Se dengan bersemangat. Sampai suatu waktu, ada seorang wanita yang memesan minuman di depannya.
"Americano satu," ucap perempuan itu.
Man Se mendongakkan kepala. Ternyata perempuan itu Sun Hwa. Berdetak keras jantung Man Se. Perempuan calon istri Min Hyuk nyata ada di depannya.
"Kau ... Oh Man Se?" tanya Sun Hwa memastikan.
Man Se hanya diam memandang Sun Hwa.
"Aah, iya kau pasti gadis itu. Kau tahu aku? Aku Hong Sun Hwa. Calon istri Min Hyuk. Senang bertemu denganmu," ucap gadis itu menyombongkan diri.
Min Ji yang melihat kejadian itu lalu menyeret Man Se menjauh.
"Pergi kau nenek sihir!"cetus Min Ji, "Jangan lupa bayar Americanomu!" lanjut Min Ji dengan nada ketus.
Melihat hal itu Sun Hwa segera menaruh uang di meja kasir dengan mimik muka mengejek lalu pergi sambil tetap dengan gaya sombongnya. Man Se merasa badannya panas dingin karena rasa sakit hati, geram, kesal menjadi satu. Min Ji memeluk dan menepuk-nepuk punggung Man Se untuk menenangkan sahabatnya.
***
Hong Sun Hwa mendengus kesal ketika sudah duduk dalam mobilnya. Tak hanya kesal karena sikap Min Ji, tapi juga kejadian ketika dia makan siang bersama Min Hyuk. Sikap laki-laki itu begitu mengesalkan. Bahkan tak menaruh rasa hormat sama sekali terhadapnya.
"Sun Hwa, sebelum kita melangkah lebih jauh, ada hal yang perlu kau ketahui tentangku. Aku mencintai perempuan lain. Dia adik angkatku, Oh Man Se. Kupikir kau belum tahu jadi lebih baik kuberitahu. Pernikahan kita hanya sebatas pernikahan karena bisnis. Secara fisik kau bisa saja memiliki aku, tapi hatiku sudah terisi oleh orang lain. Maafkan aku," terang Min Hyuk blak-blakan.
Sun Hwa diam tanpa bisa bicara apa pun. Awalnya dia gembira bisa menikahi anak sulung kelurga Kang. Tapi penjelasan Min Hyuk membuat dunianya kiamat sebelum waktunya. Selera makannya langsung hilang. Siang itu juga setelah selesai acara makan siang dengan Min Hyuk, Sun Hwa menelepon seseorang untuk mencari tahu tentang sosok Oh Man Se. Tak lama informasi dia dapatkan sampai akhirnya dia dengan berani mendatangi kafe tempat Oh Man Se bekerja.
***
Hari-hari berlalu. Man Se lebih fokus untuk kerja daripada memikirkan Min Hyuk. Sampai suatu hari ketika pulang kerja, dia berjalan bersama Min Ji. Tiba-tiba muncul iklan billboard tentang acara peluncuran produk New Millenium. Min Ji memberitahu Man Se yang sedang makan Tteokbokki di pinggir jalan. Man Se terperangah, sebentar lagi waktunya pertunangan Min Hyuk dan Sun Hwa diumumkan. Man Se diam tak berkomentar apa pun dan segera pergi berlalu dari tempat itu. Min Ji memandang iba pada sahabatnya.
Sampailah hari H peluncuran produk dari perusahaan milik grup Kang dan berita pertunangan Min Hyuk dan Sun Hwa tersebar. Man Se hanya diam melirik sekilas di televisi, tapi terlihat di matanya kesedihan itu masih menghunjam kalbunya. Min Ji lagi-lagi hanya bisa memandang iba.
Sebenarnya Min Hyuk berkali-kali menelepon Min Ji menanyakan kabar Man Se, dan tetap meminta Min Ji menemani Man Se, sampai Min Hyuk akan mengakhiri semua sandiwaranya di depan papanya. Min Ji awalnya tak paham maksud Min Hyuk dengan sandiwara, sampai Min Hyuk menjelaskan kalau dia akan melepaskan jabatan CEOnya, dan kembali merintis kehidupannya sendiri dengan Man Se. Min Hyuk tak ingin menggadaikan jiwa dan cintanya hanya untuk sebuah kedudukan dan harta. Min Ji mengangguk paham dan bersedia membantu Min Hyuk, walau pada awalnya dia benar-benar kesal terhadap Min Hyuk karena sudah membuat hati sahabatnya patah.