Chereads / The Scent of Life (1) / Chapter 15 - BAB 14 MEKARNYA CHERRY BLOSSOM

Chapter 15 - BAB 14 MEKARNYA CHERRY BLOSSOM

Dua puluh tahun kemudian.

Sore itu, di sebuah kedai yang tutup di tengah kota Seoul, seorang perempuan berusia setengah baya sedang duduk sambil mengupas bawang. Tak ada suara yang berarti selain televisi yang menempel di dinding menyiarkan berita.

Setelah jeda iklan ditampilkan sebuah berita ekonomi. Penyiar membawakan berita tentang seorang laki-laki CEO sebuah perusahaan milik Group Kang. Begitu disebut nama Group Kang,  perempuan itu berhenti mengupas bawang lalu pandangannya mengarah secara serius ke televisi.

Dia melihat sosok Min Hyuk sedang mengadakan konferensi pers. Mereka akan mengadakan peluncuran produk musim semi. Laki-laki yang juga kini seusia dirinya.

Mata perempuan itu nanar, tanpa berkedip melihat ke arah TV. Air matanya menetes tanpa terasa. Dadanya serasa bergemuruh, dan wajahnya tiba-tiba tertutup mendung. Sampai akhirnya seorang perempuan membuka pintu kedai lalu masuk ke dalam dengan ceria.

"Bu," sapa gadis itu sambil memeluk ibunya.

"Hye Bin, kau sudah pulang," sambut perempuan itu sambil menyeka matanya yang berair.

"Ibu menangis? Ada apa?" tanya Hye Bin.

"Tak ada, mungkin karena mengupas bawang," elaknya.

"Aku akan ganti baju lalu pergi ke kafe. Aku pulang malam lagi. Jangan lupa minum obat nanti sebelum tidur," ucap Hye Bin sambil berlalu ke kamar atas.

Perempuan itu mengiyakan lalu meneruskan mengupas bawang. Tak berapa lama Hye Bin keluar kamar lalu turun. Dilihatnya ada Ahjuma yang membantu ibunya di kedai sudah datang. Hye Bin pamit pada mereka. Sepeninggal Hye Bin, Ahjuma menyenggol ibu Hye Bin dengan sikunya.

"Kenapa tak kau nikahkan saja anakmu itu?" ujar Ahjuma.

Dia hanya tersenyum. "Hye Bin masih ingin meneruskan kuliahnya. Dia ingin menjadi dokter," sahutnya.

***

Hye Bin seorang gadis berambut setengah bahu berwajah manis. Dia bekerja paruh waktu di sebuah kafe milik seorang Dokter setiap sore sampai malam. Pagi sampai siang dia kadang bekerja di tempat laundry di rumah lansia di Seoul.

Dia duduk di dalam bus menuju tempatnya bekerja. Hye Bin membuka tas ransel kecilnya. Dia mengeluarkan sebuah buku tabungan. Tertera sekian nomimal di dalamnya. Wajahnya cerah lalu tersenyum. Sedikit lagi uangnya cukup untuk membiayai kuliahnya di jurusan yang dia inginkan. Hye Bin ingin menjadi dokter.

Ditutupnya buku tabungan itu, lalu dimasukkan kembali ke dalam tas. Dia merapatkan jaket. Di luar sedang gerimis. Sebentar lagi masuk musim semi. Hye Bin tak sabar ingin melihat bunga-bunga Cherry Blossom bermekaran di seluruh kota.

Hye Bin kemudian turun dari bus lalu berjalan di tengah rinai hujan menuju kafe tempatnya bekerja. Di dalam sudah ada sahabat karibnya, Hae Won, sedang mempersiapkan keperluan kafe bersama karyawan yang lain.

Hae Won teman Hye Bin sejak SMA. Mereka belum bisa meneruskan kuliah karena tak cukup uang. Sehingga mereka memutuskan untuk bekerja paruh waktu dulu agar bisa membiayai kuliah mereka sendiri. Masih beruntung Hye Bin memiliki ibu yang mandiri dan mengelola sebuah kedai bersama temannya. Hae Won hanya memiliki ayah yang jarang pulang. Kalau pun pulang, ayahya hanya minta uang kepada Hae Won untuk membeli minuman keras dan lotre.

***

Kafe Promise n Memories tempat Hye Bin bekerja milik Dokter Hyun. Dokter ahli syaraf yang sudah senior. Hye Bin menganggapnya seperti ayah sendiri. Kafe PM unik dan keren, selain pengunjung bisa menikmati makanan, di sana mereka bisa meminjam buku-buku dan membaca di tempat. Disediakan akses internet dan bantal-bantal empuk dipojokkan bagi yang memang ingin istirahat di kafe. Terdapat meja kursi yang nyaman untuk duduk berlama-lama. Gedung itu dua tingkat, yang di atas dijadikan gudang dan kantor.

Di dinding kafe tersedia sebuah tempat untuk foto dan tulisan kenangan bagi para pengunjung. Kafenya berdesain warna-warni dan modern, banyak pengunjung memilih tempat ini untuk meninggalkan jejak kenangan mereka terutama yang couple atau keluarga. Dokter Hyun menyediakan gudang khusus untuk menyimpan foto-foto dan tulisan para pengunjung sejak berdirinya kafe itu.

Hye Bin menyapa kawan-kawannya lalu masuk ke ruang loker untuk berganti baju. Tiap week end pasti akan ramai pengunjung. Hae Won hari ini kebagian menjadi pelayan, sedangkan Hye Bin di bagian penyedia minuman. Langit sudah gelap, lampu-lampu berpendar memeriahkan kehidupan kota Seoul di waktu malam.

Hujan sudah reda sejak sore. Serombongan laki-laki dan perempuan masuk ke dalam kafe. Terlihat dari dandanan mereka tipe orang-orang berada. Mereka terlihat sedikit mabuk dan agak berisik memanggil-manggil pelayan.

Hae Won mendatangi mereka dengan ramah. Mereka berenam tiga laki-laki dan tiga perempuan. Para chaebol parlente bau alkohol dan perempuan-perempuan kupu-kupu malam yang berdandan cantik mengobrol sambil bercanda tertawa terbahak-bahak.

Hae Won memberikan menu kepada mereka. Seseorang yang paling tua mengambil menu itu lalu mulai melihat-lihat isinya. Hye Bin dan karyawan lain memperhatikan mereka.

"Hei pelayan, beri kami minuman alkohol yang paling enak di kafe ini."

"Maaf, kami tak menyediakan minuman beralkohol," sahut Hae Won.

Laki-laki itu terkejut lalu tertawa.

"Kafe sebesar dan setenar ini tak ada alkohol? Bawakan saja apa pun yang kalian punya," kata lelaki itu.

Hae Won mengiyakan lalu pergi ke bagian dapur. Hae Won bingung harus menghidangkan apa. Disampaikanlah hal ini ke Chef Han. Akhirnya, mereka menghidangkan menu spesial hari itu. Tak lama kemudian terhidang berbagai macam makanan di meja. Laki-laki itu pun mencoba makanan yang berbahan sayur hijau. Merasa tak enak di mulut, makanan itu diludahkannya ke lantai.

"Makanan apa ini?" teriak laki-laki itu memaki Hae Won sambil melemparkan sendok yang dipegangnya kepada si Gadis malang.

Hae Won terkejut, spontan menghindari lemparan sendok.

"Maafkan kami," ucap Hae Won langsung membungkukkan badan meminta maaf.

Laki-laki mabuk itu berdiri, lalu mengangkat tangan hendak menampar Hae Won. Sebuah tangan sigap menahan, dan menelikungnya ke belakang. Hye Bin dengan tangkas menjatuhkan laki-laki itu dengan sekali tendang di bagian lutut. Orang-orang yang melihat terperangah. Karyawan langsung bersorak gembira atas kemenangan Hye Bin menjatuhkan laki-laki itu.

"Pergi kalian, sebelum kupanggilkan polisi!" ancam Hye Bin yang akhirnya berhasil mengusir kelompok pengacau itu.

Mereka lari tunggang langgang meninggalkan kafe. Semua orang di kafe memberikan tepuk tangan.

"Kau tak apa-apa?" tanya Hye bin.

"Wow!" jawab Hae Won sambil mengacungkan jempolnya.

Mereka berangkulan lalu kembali ke dapur sambil tersenyum menang.

***

Malam hari menjelang kafe tutup, Hye Bin diberitahu Chef Han kalau dia dipanggil Dokter Hyun ke kantor atas.

Dokter Hyun sedang menikmati kopinya di balkon, ketika Hye Bin datang. Laki-laki yang sudah setengah abad itu masih tampak gagah dan awet muda. Garis-garis wajahnya menunjukan dia orang yang ramah. Melihat Hye Bin datang, dia tersenyum lalu melambaikan tangannya ke arah Hye Bin agar duduk di dekatnya. Hye Bin mendekat lalu duduk di samping Dokter Hyun.

"Minum kopi dulu. Apa yang kau lakukan pada pelanggan hari ini?" tanya Dokter Hyun sambil memberikan secangkir kopi kepada Hye Bin.

Hye Bin langsung berdiri.

"Maaf," ucapnya sambil membungkukkan badannya.

Dokter Hyun tiba-tiba tertawa terkekeh melihat Hye Bin ketakutan, dan merasa bersalah, karena sudah melakukan tindak kekerasan terhadap pengunjung kafe.

"Mereka memang patut dapat tendangan di pantat," ujar Dokter Hyun sambil memeragakan tendangan kaki.

Respon Dokter Hyun mengejutkan Hye Bin yang mengira bahwa laki-laki itu akan memarahinya. Hye Bin pun tersenyum lebar.

"Maafkan saya," ucap Hye Bin sambil membungkuk lagi.

"Sudahlah, ini minum kopimu," kata Dokter Hyun mengangsurkan kopi di meja.

Hye Bin menerima kopi itu lalu menyeruputnya sedikit.

"Ada yang ingin kuberitahukan padamu. Aku ingin minta bantuanmu," ujar Dokter Hyun mengawali penjelasannya.

Hye Bin mendengarkan dengan seksama.

"Bisakah kau bantu aku merawat seseorang? Dia pasienku dua tahun terakhir ini, sudah hampir dua puluh tahun dia koma. Perawat sebelumnya mengundurkan diri dan kurekomendasikan kamu untuk merawat perempuan malang itu."

"Baik," ujar Hye Bin.

"Tunggu saja nanti dari pihak mereka yang akan menghubungimu. Aku harap kau bisa menjaga rahasia ini. Tutup mulutmu rapat-rapat jangan sampai ada yang tahu tentang keberadaan pasien ini," jelas Dokter Hyun.

Hye Bin menganggukkan kepala tanda paham lalu menyeruput kopinya yang tinggal separuh.