Chereads / The Scent of Life (1) / Chapter 13 - BAB 12 I DON'T SAY GOOD BYE

Chapter 13 - BAB 12 I DON'T SAY GOOD BYE

Sebulan kemudian.

Malam telah larut. Man Se berjalan sendiri melewati jalanan yang sepi menuju rumahnya, sepulang kerja menjaga tiket bioskop. Dia merasa tak enak badan. Perutnya mual. Sampai akhirnya dia berdiri di pinggir jalan dan muntah-muntah. Tak lama kemudian ada bayang-bayang orang yang mengikutinya lalu menyergapnya dari belakang dengan membekapkan sapu tangan di wajahnya. Beberapa orang datang lalu mengangkut Man Se masuk ke dalam mobil, yang dengan cepat pergi meninggalkan kabut asap di udara.

***

Min Ji baru saja sampai di apartemennya. Dia merasa aneh dengan kondisi pintu yang sudah terbuka. Khawatir terjadi sesuatu dia langsung masuk ke dalam apartemen. Benar dugaannya, seorang perempuan yang dia kenal duduk di sofa ruang tamunya. Hong Sun Hwa dan beberapa bodyguardnya sudah menunggu. Sementara kedua adiknya dengan kondisi kaki tangan terikat didudukkan di dekat perempuan jahat itu.

"Untuk apa kau di sini rubah betina?" seru Min Ji, "Lepaskan adik-adikku!" lanjut Min Ji.

Dia marah ketika melihat keluarganya diikat dan dilakban mulutnya sedemikian rupa.

"Baik, aku akan lepaskan adik-adikmu yang manis ini. Tapi aku minta kau pergi menjauh dari Grup Kang dan bawa juga kawanmu Oh Man Se itu. Kami tahu kau orang yang sering mengirim SMS dan gambar teror kepada Kang Min Jung. Kau menerornya karena kau termasuk keluarga karyawan yang meninggal karena kebakaran pabrik lima belas tahun yang lalu. Kau kira kami bodoh, kami masih berbaik hati menyuruh kalian pergi menjauh, daripada kami habisi nyawa kalian!" ancam Hong Sun Hwa.

"Kau, dasar rubah betina. Jangan harap kau bisa hidup tenang dengan segala dosa-dosamu . Aku tak ingin memenuhi kemauanmu!" kutuk Min Ji.

Min Ji bergerak akan menyerang Hong Sun Hwa, tapi para bodyguard berhasil menahan Min Ji. Hong Sun Hwa mengambil pisau lalu dibukanya lakban di mulut salah satu adik Min Ji.

"Kakak tolong aku ...," rengek salah satu adik laki-laki Min Ji yang masih masih kecil.

"Sung-ah ..." Min Ji tak berdaya, meski terus berusaha memberontak dari dua laki-laki yang memeganginya.

Sun Hwa menusukkan pisaunya ke tangan adik Min Ji. Anak kecil itu berteriak kesakitan. Min Ji merasa miris dan akhirnya mengalah.

"Baik ... baiklah. Lepaskan mereka, aku akan menuruti kemauanmu," ucap Min Ji mengalah karena tak tahan melihat adiknya disakiti.

Dia sekeluarga, dan Oh Man Se akan pergi menjauh dari keluarga Kang. Dia tidak akan menuntut apa pun pada perusahaan. Mendengar hal itu, Hong Sun Hwa tertawa puas. Perempuan itu pun pergi keluar diikuti para bodyguardnya.

Min Ji berlari memeluk adik-adiknya, dipegangi tangan adiknya yang berdarah. Tak lama kemudian gawainya berbunyi, sebuah SMS masuk. Ternyata ada nomor asing yang mengirim sebuah foto Man Se yang sedang diikat dan dilakban mulutnya. Sebuah pesan masuk, memerintahkannya untuk segera pergi ke sebuah pabrik tua di pinggir sungai Han kalau mau menjemput Man Se.

Min Ji geram, tapi dia merasa tak berdaya menghadapi semua. Setelah membawa barang-barang yang penting, Min Ji mengajak adik-adiknya pergi menjemput Man Se.

Ayah Min Ji adalah petugas keamanan yang menjadi saksi perusakan alat deteksi kebakaran. Ayah Min Ji mengalami penekanan dari pihak perusahaan untuk tutup mulut sampai akhirnya bunuh diri. Ada sebuah catatan ayahnya yang Min Ji dapat ketika membongkar kamar.

Pada awalnya Min Ji mendekati Oh Man Se untuk membalas dendam. Tapi setelah tahu Man Se hanya anak angkat dan ternyata sama-sama sebagai korban kerakusan para chaebol, Min Ji pun mengurungkan niatnya. Dia tulus bersahabat dengan Man Se.

***

Samchon Kang senyum-senyum sendiri di kantor. Dia merasa puas dengan kerjasamanya bersama Hong Sun Hwa. Mereka berusaha menyingkirkan Min Ji serta membuat Man Se menjauh dari Min Hyuk, Dengan menyekap Man Se, dia menekan laki-laki itu agar tidak berbuat gegabah dengan mengungkap rahasia kebakaran pabrik lima belas tahun yang lalu.

Mereka berdua sama-sama memiliki debu dalam mata, dan debu itu harus disingkirkan. Hong Sun Hwa takkan bisa mengambil hati Min Hyuk jika masih ada Oh Man Se. Sedangkan Samchon Kang takkan bisa hidup tenang karena Min Ji teman Man Se menerornya dengan gambar-gambar dan pesan ancaman terkait kasus kebakaran pabrik. Dilihatnya sebuah foto gambar Man Se yang terikat lemas.

Tak lama kemudian Hong Sun Hwa menelepon. Perempuan itu menyekap Man Se dan sudah menekan Jung Min Ji agar membawa Man Se pergi sejauh mungkin dari Seoul. Bagi Samchon Kang ini masih sebuah gertakan buat siapa saja yang menghalangi langkahnya.

***

Min Hyuk masih di kantor waktu membuka pesan masuk dari nomor asing. Sebuah foto kekasihnya pingsan sedang terikat dan mulutnya dilakban. Sebuah pesan ancaman masuk mengatakan agar Min Hyuk tak membuka kasus lima belas tahun yang lalu atau kekasihnya mati. Min Hyuk seperti disambar petir. Tangannya bergetar dan rasa campur aduk antara marah, sedih dan tak berdaya berkelindan. Min Hyuk menghubungi Detektif Ahn lalu dikirimnya nomor asing itu untuk mencari titik koordinat dari mana nomor itu dikirim.

Min Hyuk segera menuju sebuah pabrik tua di pinggir sungai Han, setelah mendapat titik koordinat. Detektif Ahn dan polisi sudah berada di tempat itu terlebih dahulu. Tapi nihil. Polisi hanya menemukan jejak mobil, sebuah kursi kosong, dan tali dengan sidik jari. Min Hyuk meminta Detektif Ahn memeriksa sidik jari siapa yang ada di tali itu.

Menjelang subuh, Min Hyuk mendatangi rumah Man Se. Rumah itu terlihat sepi, dan lampu masih menyala. Keesokan harinya, Min Hyuk yang tidak bisa tidur sama sekali mendapat telepon dari Detektif Ahn bahwa sidik jari yang tertinggal di tali itu sidik jari Jung Min Ji. Min Hyuk pun segera bergegas mengendarai mobilnya bersama Kang Seo Woo menuju rumah Min Ji yang telah kosong. Min Hyuk berjalan gontai dengan wajah pucat dan lelah. Dunianya telah runtuh bersamaan dengan turunnya salju awal musim dingin.

***

Di tengah lautan, Man Se, Min Ji, Woo Jin dan kedua adik Min Ji berlayar menuju Ganghwa. Air mata Man Se mengalir dan terasa membeku di pipinya. Dia berdiri di geladak kapal memandang daratan yang makin menjauh, lalu masuk kembali ke dalam, karena angin musim dingin terlalu keras memukul wajahnya.