Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The End Of Beginning

🇮🇩Laigtomea
--
chs / week
--
NOT RATINGS
15.2k
Views
Synopsis
Di dunia ini terdapat dua kekuatan yang berasal dari dewa dan alam. Kekuatan dari dewa diberi nama Aheroth dan kekuatan dari alam diberi nama Zeroth. Pemilik kekuatan Aheroth pasti akan menjadi pahlawan dan melindungi dunia. Sebaliknya, pemilik kekuatan Aheroth memiliki beberapa pilihan dikehidupan nya, menjadi petualang atau menjadi orang biasa saja. Semua orang memiliki Aheroth dan Zeroth, kecuali seorang anak yang sebatang kara bernama Gladius. Dia dibenci oleh Aheroth dan Zeroth sehingga dia tidak memiliki salah satu dari kekuatan tersebut. Di hina, dilecehkan, dan disiksa merupakan keseharian Gladius jika dia pergi ke kota mencari pekerjaan atau mencari makanan. Kesengsaraan hidupnya mulai berhenti saat dia mengenakan sebuah gelang kuno bernama Bracelet of Wisdom ketika hidupnya diambang kematian...
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Di dunia ini terdapat dua kekuatan yang saling berkesinambungan dan saling melengkapi. Nama kedua kekuatan itu adalah Zeroth dan Aheroth. Manusia di dunia ini diberkahi salah satu dari kekuatan itu, jika seseorang diberkahi Aheroth maka dia akan menjadi pahlawan namun jika seseorang diberkahi Zeroth maka dia dapat memilih kehidupan apa yang dapat dia jalani, menjadi petualang atau orang biasa.

Aheroth adalah kekuatan yang berasal dari kekuatan para dewa dan siapapun yang menerima berkah Aheroth akan diberikan kekuatan yang dapat membunuh dewa jika orang itu melatih kekuatannya sampai batas maksimal. Karena itu manusia yang diberkahi Aheroth akan menjadi seorang pahlawan yang membasmi raja iblis dan melindungi dunia.

Lalu Zeroth adalah kekuatan yang berasal dari alam Romensia, nama dunia ini. Seperti yang sudah kukatakan diatas, manusia yang diberkahi Zeroth bisa memilih menjadi petualang atau manusia biasa.

"Maaf tapi guild kami tidak menerima orang yang dibenci oleh Zeroth dan Aheroth sekaligus!".

Dia ditendang keluar dengan sangat keras dari gedung guild lalu semua orang menertawakan nya. Dia tidak malu ataupun marah karena sudah sering dia diperlakukan begini.

Dia berdiri lalu berjalan meninggalkan gedung guild dengan sempoyongan. Laki-laki itu terus menahan kesedihannya agar kelemahannya tidak terlihat. Menjadi seorang yang tidak memiliki Zeroth ataupun Aheroth membuatnya menjadi sampah masyarakat dikerajaan yang dipimpin oleh Raja yang adil.

Dia memasuki gang-gang kecil yang ada disekitar jalanan dan berhenti tepat di depan tembok yang sangat besar dengan tenda kecil yang sepertinya itu rumahnya. Dia merangkak masuk kedalam tenda tersebut lalu menutup matanya dan kemudian dia menangis.

Kedua orangtuanya sudah meninggal sejak dia lahir, kakak perempuannya meninggal karena diperkosa oleh para monster saat menjalankan misi dari guild. Dia hidup sebatang kara tanpa ada yang peduli atau merasa kasihan kepadanya.

"Siapapun… tolong aku…"

Tiba-tiba ada seorang laki-laki dan perempuan bertudung hitam mendekati dia. Perempuan bertudung hitam itu membawa sekantong roti dan sebotol air minum.

"Malam Gladius, aku prihatin saat melihatmu diperlakukan kasar saat di guild," ucap laki-laki yang menghampiri dia.

Karena merasa terpanggil dia bangun dan melihat kearah dua orang yang mendekatinya. "Bagaimana kamu tahu namaku?".

"Semua orang di guild mengetahui namamu namun tidak ada yang peduli dengan anak muda seperti mu." Laki-laki itu memegang kepala Gladius lalu berucap, "Pasti berat bukan? Memikul beban sendirian?".

Air mata Gladius langsung bercucuran tanpa henti lalu dia memeluk laki-laki itu dengan erat dan menangis dipeluknya. Setelah hampir 10 menit dia menangis, Gladius pun diberi makan roti dan sebotol air minum.

"Namaku Richie, lalu dia istriku—".

"Rumina."

Gladius mengangguk-angguk kepalanya. "Kenapa kalian baik sekali kepada orang yang dibenci oleh Zeroth dan Aheroth?".

"Kami tidak memandang kamu seorang Aheroth atau Zeroth," ucap Richie.

"Dimata kami semua manusia sama, tidak ada yang istimewa," lanjut Rumina.

Gladius menundukkan kepalanya karena merasa tidak percaya ada orang yang sebaik mereka yang tidak memandang status orang lain. Gladius memutuskan untuk percaya dengan mereka.

"Aku rela menjadi budak, pembawa barang, atau apapun itu. Jadi, bisakah kalian memberikan ku pekerjaan?," Ucap Gladius.

Richie dan Rumina tersenyum lalu Rumina memegang kepala Gladius. "Kalau begitu, jadilah pembawa barang kami. Sekarang kami berdua hendak pergi ke Ruin yang ada didekat kota ini," ucap Rumina.

Mata Gladius berbinar-binar. "Baik! Kita berangkat sekarang?".

"Iya. Lebih cepat lebih baik bukan?," ucap Richie.

Gladius mengangguk-angguk kepalanya dan kemudian Richie menyerahkan semua barang bawaannya kepada Gladius, begitu juga dengan Rumina. Mereka pun pergi ke Ruin yang berada didekat kota ini dengan persiapan yang mantap.

Richie dan Rumina sepertinya orang-orang Aheroth terlihat dari pedang suci yang ada di pinggang mereka. Gladius merasa sangat senang bekerja untuk mereka karena Gladius menganggap mereka adalah orang baik, tapi Gladius melupakan kengerian dari sebuah Ruin yang mereka akan masuki.

Ruin adalah tempat yang dipenuhi monster-monster kuat namun didalam nya terdapat harta yang sangat berharga dan siapapun akan jadi kaya setelah berhasil membawa harta didalam Ruin. Banyak petualang yang masuk kedalam Ruin dan banyak juga yang tidak pernah kembali dengan selamat.

"Gladius, tetaplah berada dibelakang kami saat berada didalam Ruin," ucap Richie.

"B-Baik!".

Saat memasuki Ruin, mereka bertiga langsung dihadang oleh Skeleton Army yang bersenjatakan pedang logam dan panah besi. Jumlah mereka ada puluhan namun langsung dapat dibasmi oleh Richie dengan pedang sucinya dan Rumina yang menggunakan pedangnya untuk memperkuat serangan Richie.

"Jadi pedang suci dapat digunakan memperkuat orang lain?," Tanya Gladius.

"Benar," jawab Rumina dengan senyuman.

Mereka lanjut memasuki Ruin lebih dalam lagi. Semakin dalam mereka masuk semakin kuat monster-monster yang menghadang mereka. Dari Orc, Goblin, Direwolf, Mutan Rabbit, hingga yang paling kuat dan sedang mereka hadapilah yaitu Goblin king dan High Orc.

Gladius yang memperhatikan dari kejauhan saja ketakutan luar biasa hingga dia bisa mengompol kapan saja saking takutnya dia. Kedua pemimpin monster itu dihadapi secara terpisah oleh Rumina dan Richie.

Richie melawan High Orc sedangkan Rumina melawan Goblin King. Ini adalah cara terbaik mereka untuk mengalahkan kedua monster itu tanpa harus terluka.

Saat ini Richie mulai terdesak dan High Orc juga mulai kelelahan. Richie menggunakan seluruh kekuatannya dan menyalurkannya ke pedang suci miliknya untuk melakukan serangan yang pasti dimiliki oleh para Aheroth yaitu, «Sword of Revealing Light».

Richie mengangkat pedangnya dan memunculkan 5 pedang cahaya diatas kepala High Orc.

"Sword of Revealing Light!".

Richie menurunkan pedangnya yang diikuti pedang cahaya menusuk semua bagian tubuh High Orc. Kepala, kedua tangan, dan kedua kaki tertusuk pedang cahaya lalu meledak dan merubah High Orc menjadi abu.

Disisi lain, Rumina sudah mengalahkan Goblin King dengan kemampuan pedangnya yaitu «Soul Eater» yang dapat memakan jiwa monster dalam sekejap.

Richie dan Rumina berdiri sejajar lalu memasukan pedang mereka bersamaan. Gladius yang terkesima langsung mendatangi mereka. "Kalian berdua hebat! Bahkan monster sekuat itu saja kalian dapat kalahkan dengan mudah!," Ucap Gladius memuji mereka.

Richie tertawa kecil. "Mungkin terlihat mudah dimatamu, tapi kami benar-benar kesusahan melawan mereka," ucap Richie.

"Benar sekali. Menggunakan «Soul Eater» membuatku mual karena jiwa monster sama sekali tidak enak," ucap Rumina mendukung pernyataan Richie.

Setelah itu, mereka melihat kearah pintu yang ada tengkorak besar ditengah-tengah. Richie yakin jika ini adalah ruangan yang berisi harta yang dia dan Rumina inginkan.

"Aku akan membukanya," ucap Rumina.

Richie mundur dan menyuruh Gladius ikut mundur juga. Rumina menarik pedangnya lagi dan dia menggunakan energi Aheroth yang sangat kuat.

Rumina memasang kuda-kuda lalu dengan sekejap dia memotong pintu itu menjadi dua bagian. Setelah pintu itu terpotong, mereka bertiga melihat ada sebuah kotak harta karun yang ada ditengah-tengah ruangan dibalik pintu tadi.

Richie menggunakan api cahaya dari kekuatannya lalu melemparkannya kedalam ruangan itu. Kemudian ruangan itu terang benderang karena api cahaya Richie.

"Ayo masuk dan berhati-hati, ruangan ini pasti menyimpan banyak sekali jebakan," ucap Richie.

Gladius mengangguk dan berjalan perlahan mengikuti langkah kaki Richie. Dia tidak jauh-jauh dari Richie karena dia takut jika tiba-tiba ada monster muncul.

Rumina yang pertama memasuki ruangan itu dan dia terkejut melihat ruangan itu dipenuhi dengan koin emas dan berbagai senjata suci. Richie dan Gladius yang menyusul masuk pun juga terkaget-kaget melihat banyaknya koin emas memenuhi ruangan ini.

Walaupun sudah diperlihatkan banyak sekali koin emas, Richie dan Rumina tetap mengincar apa yang ada dikotak harta karun itu. Lantas tanpa pikir panjang mereka mendatangi kotak harta karun itu lalu membukanya. Setelah membuka nya mereka malah mendapatkan sebuah gelang berkarat yang sudah uang dimakan usia.

"Jadi… kita membuang-buang banyak tenaga demi gelang usang yang tidak berharga ini?," Tanya Rumina.

Richie memperlihatkan wajah marahnya lalu berusaha membelah gelang usang itu namun tidak berhasil. Rumina juga berusaha membelahnya namun gelang itu sangat kuat hingga tidak dapat dibelah oleh kedua pedang suci.

"Cih! Kita buang-buang waktu saja! Rumina karungi semua koin emas itu!," Teriak Richie.

"Gladius kamu juga!," Ucap Rumina.

"B-Baik!".

Gladius membuka tas yang dibawanya dan memungut semua koin emas yang bisa dia pungut. Setelah lebih dari 30 menit akhirnya mereka semua memungut harta benda yang ada diruang itu kecuali gelang usang yang ada dikotak harta karun itu.

"Setidaknya kita membawa hasil. Dengan ini kita bisa hidup tanpa bekerja!!," Ucap Richie dengan sangat keras.

"Tidak ada lagi yang bisa memerintah diriku! Hahahahaha!".

Gladius terkejut dengan perubahan sifat Richie dan Rumina. "T-Tuan Richie?".

Richie melihat kearah Gladius dengan tatapan bengis. "Oh iya! Terima kasih kepada mu Gladius! Dengan dirimu kami dapat menyelesaikan Ruin ini dengan mudah!".

Tiba-tiba ruangan harta menjadi gelap yang disusul suara rantai dan suara tawa Skeleton yang mengerikan.

"Sesuai perkiraan. Datang juga dia…"

Sesosok Skeleton besar berjubah hitam dengan sabit tajam yang sangat besar tertawa melihat mereka bertiga.

"Grim Reaper Monarch."

Gladius ketakutan setengah mati dan kakinya bergemetar dengan hebatnya. Dia berusaha melihat kearah Richie dan Rumina yang tersenyum bengis kearah Gladius.

Richie mendekati Gladius dan memaksakan Gladius melepaskan tas yang berisi koin emas yang dia pungut tadi.

"Ruin adalah tempat dimana monster hidup dan menjaga harta mereka seumur hidup mereka," ucap Richie.

"Ruin sebenarnya hidup, dia dapat mendeteksi siapa saja yang masuk dan menghadangnya dengan monster-monster yang kekuatan nya setara dengan orang yang masuk ke dalam Ruin," lanjut Rumina.

"Jika yang memasuki Ruin adalah pahlawan, maka monster yang akan menghadangnya adalah monster yang kuatnya setara dengan raja iblis," lanjut Richie.

"Namun jika yang memasuki Ruin adalah orang lemah seperti mu, maka monster yang menghadang akan sangat lemah. Tapi, jika orang lemah sepertimu tidak membunuh satupun monster yang menghadang maka kamu akan dibunuh oleh penjaga Ruin, sang Grim Reaper Monarch!," lanjut Rumina.

"Karena itu kami membawamu Gladius. Bukan kami peduli padamu, tapi kami ingin memanfaatkan kelemahan mu! HAHAHAHAHAHAAHA!".

Gladius tidak dapat berkata-kata. Dia sudah ditipu oleh orang yang dia percayai sebagai orang yang baik. Dia tidak menyangka akan dimanfaatkan oleh kedua orang ini dan harus mati karena dimanfaatkan.

Gladius hendak lari namun tidak bisa. Dia sangat ketakutan bahkan dia sudah sedikit susah untuk bernafas dengan normal.

Grim Reaper tertawa dengan sangat kencang hingga memekakkan telinga siapapun yang mendengar telinganya. Grim Reaper mengangkat tangannya dan mengusir Richie dan Rumina.

Sebelum Richie dan Rumina keluar, Richie mengambil tangan Gladius untuk keluar dari ruangan Grim Reaper bersamanya. Namun saat Richie berada diluar ruangan Grim Reaper dan Gladius masih berada didalam ruangan Grim Reaper, Richie melepaskan tangan Gladius dari genggamannya dan tersenyum kepada Gladius lalu mengucapkan satu kata, "Bodoh."

"J-Jangan!"

Sesaat Richie dan Rumina keluar, pintu yang sudah terbelah kemudian menjadi satu lagi dan menutup ruangan ini. Bola-bola api biru bermunculan menerangi ruangan dan Gladius masih belum bisa bergerak.

Grim Reaper mengangkat sabitnya dan dengan sekuat tenaga dia menebaskan sabitnya kearah Gladius. Untungnya tebasan itu hanya mengenai sehelai rambutnya yang berdiri.

Setelah tebasan itu meleset, Gladius akhirnya sadar jika dia harus menghindari serangan Grim Reaper. Tadi dia tidak dapat bergerak namun berkat adrenalinnya sudah berada diujung tombak dia dapat bergerak dan lari menjauhi Grim Reaper.

Grim Reaper terus tertawa melihat Gladius berusaha berlari menghindari nya. Gladius berlari sambil menghindari serangan Grim Reaper. Sambil menangis dia terus menyalahkan dirinya karena telah percaya kepada orang lain.

Gladius sebenarnya tahu jika dunia ini memang membenci dirinya dan seharusnya dia sadar sedari awal jika dia hanya dimanfaatkan. Karena kelelahan terus berlari, akhirnya Gladius terbaring tidak dapat bergerak lagi karena kakinya sudah tidak kuat lagi.

Grim Reaper mendekati Gladius dan kemudian tertawa lagi.

Gladius merasa sangat kesal dengan tawa Grim Reaper hingga dia berteriak, "TERTAWALAH SESUKA HATIMU! TENGKORAK BAJINGAN!!".

Grim Reaper terdiam dan kemudian tertawa dengan sangat keras lagi. Dia mengangkat sabitnya dan mengambil ancang-ancang untuk memenggal kepala Gladius.

*Ibu, Ayah, kakak… maafkan aku. Aku terlalu lemah dan bodoh hingga berkahir ditempat ini

*Mungkin benar apa yang dikatakan orang-orang… aku dibenci oleh Zeroth dan Aheroth…

(Kamu tidak dibenci oleh Zeroth dan Aheroth, tapi Zeroth dan Aheroth terlalu takut kepadamu.)

Tiba-tiba ada suara yang muncul dikepala Gladius.

(Aku sudah menunggu ratusan tahun lamanya. Gladius, jika kau ingin mengetahui kebenaran dan ingin selamat dari sini maka kenakan aku!)

Gladius melihat kearah kotak harta yang tiba-tiba bercahaya. Gladius berusaha berdiri dan berlari kearah kotak harta itu untuk membukanya. Dengan tingkat adrenalin yang sangat tinggi membuat Gladius tidak merasakan rasa sakit dikaki nya.

Gladius membuka kotak harta itu dan melihat gelang usang tadi. Tanpa ragu, Gladius mengenakan gelang itu ditangan kanannya dan tiba-tiba dia dikelilingi aura Zeroth dan Aheroth secara bersamaan.

(Namaku Zephar, salah satu dari 7 Artifact of Wisdom.)

Luka ditubuhnya hilang seketika saat dia mengenakan gelang itu. Beberapa bagian ditubuh nya juga ikut berubah dari rambut yang awalnya bewarna coklat menjadi putih perak, mata yang awalnya biru terang menjadi emas kekuningan, dan proporsi tubuh nya berubah menjadi sedikit berisi dan berotot.

(Kamu yang sekarang tidak dapat mengalahkannya. Gladius, kita harus keluar dari sini.)

Setelah menerima kekuatan Aheroth dan Zeroth secara bersamaan, Gladius pingsan dan dia tidak dapat mendengar suara Zhepar ataupun tawa dari Grim Reaper lagi. Dengan kekuatan Zhepar, Gladius pun berteleportasi keluar dari Ruin.

Zhepar menteleportasi Gladius disebuah tempat yang hanya ada lapangan rumput yang luas serta dikelilingi Pixie hutan. Pixie-Pixie hutan mendatangi Gladius karena penasaran dengan kekuatan Zeroth dan Aheroth didalam tubuhnya yang saling berkesinambungan.

(Untung aku masih ingat tempat ini. Selama ada para Pixie hutan maka aku tidak perlu khawatir Gladius akan makan oleh monster.)

Tiba-tiba bayangan misterius yang berbentuk seorang wanita dewasa keluar dari gelang Zhepar.

"Penantian lamaku tidak sia-sia, kali ini aku yang akan melindungi mu."