Chereads / The End Of Beginning / Chapter 3 - Sang Penjaga Hutan, Druid

Chapter 3 - Sang Penjaga Hutan, Druid

"Master! Aku tau kayu yang dapat kamu gunakan untuk membuat pedang dan tongkat sihir!".

Tadi pagi aku berhasil membuat seekor Direwolf yang dibenci oleh kawanan menjadi temanku. Kalau Zhepar menyebutnya sebagai pelayanku, aku juga menganggap nya sebagai pelayan namun lebih kearah teman juga.

"Hooh? Benarkah?," tanyaku.

"Benar! Ditengah hutan ini terdapat sebuah pohon suci yang sepertinya dapat menampung sihir master dan kuat untuk dibawa bertarung," jawab Raijin.

(Aku baru ingat jika ada pohon seperti itu ditempat ini. Tapi…)

"Tapi kenapa?," Tanyaku kepada Zhepar.

(Ah sudahlah! Kita datangi saja pohon itu!).

Aku dan Raijin saling melihat lalu aku menaiki Raijin untuk menuju pohon suci itu. Sungguh menyenangkan menaiki seekor serigala yang sangat besar dan kuat.

(Katanya teman tapi dinaikin.)

"Berisik Zhepar! Sifatmu mulai mengesalkan sejak Raijin jadi teman kita!".

(Kamu yang berisik bodoh!).

"Hahaha! Master dan Tuan Zhepar akrab ya."

Kami berdua pun tidak lagi berbicara sepanjang perjalanan menuju pohon suci itu. Tapi benar, sejak Raijin menjadi pelayanku sifat Zhepar jadi sedikit menyebalkan. Pokonya dia sewot dengan semua kata-kata yang keluar dari mulut ku.

Lalu Raijin, dia juga dapat berbicara setelah berevolusi dan dapat mendengar apa yang dikatakan Zhepar dan berkomunikasi dengan Zhepar. Kata Zhepar, ketika monster menjadi pelayanku maka monster itu tidak hanya terhubung denganku namun terhubung juga dengan Zhepar. Karena itu Raijin dapat mendengar dan berbicara dengan Zhepar kapapun bahkan saat aku tidur, begitu juga sebaliknya.

"Master bolehkah aku bertanya?".

"Tentu."

"Kenapa master bisa berada di hutan ini? Setahu saya hutan ini hanya dapat dimasuki oleh monster," ucap Raijin.

Aku terkejut. "Benarkah itu Zhepar?".

(Benar. Kenapa kamu dapat memasuki hutan ini karena penjaga hutan ini mengenal baik diriku.)

Aku pernah mendengar rumor hutan yang tidak dapat dimasuki oleh manusia dan jika seseorang memaksa masuk maka dia akan berubah menjadi batu. Jika yang dimaksud rumor itu adalah hutan ini maka aku bersyukur belum menjadi batu.

"Master pasti mengalami masa-masa berat bukan sebelum berada di hutan ini? Suara anda saat itu membuatku merasakan apa yang master rasakan," ucap Raijin.

Aku tersenyum lalu mengelus kepala Raijin. "Benar. Aku sama denganmu Raijin, berbeda dari yang lain dan dibenci satu kota."

Kemudian aku menceritakan kisah hidupku kepada Raijin sampai dengan aku ditipu dan berakhir di ruangan yang dijaga Grim Reaper Monarch. Sambil menceritakan kisah hidupku, aku jadi teringat kembali wajah orang itu yang tersenyum sebelum dia meninggalkan ku ditempat itu! Aku sangat ingin menghancurkan wajahnya itu!

(Tenanglah bodoh.)

"Master…"

A-Aku baru sadar jika kebencian ku membuat energi Aheroth ku mengalir deras yang membuat Raijin ketakutan.

"M-Maaf Raijin."

Raijin berhenti berjalan akibat ketakutan kemudian kembali berjalan dengan perlahan.

"Apa master membenci orang itu."

Aku terdiam dan tidak menyangka jika akan ditanya seperti itu. "TENTU!".

(…)

Ayah, Ibu, dan Kakak mengajarkan ku untuk tidak membenci orang lain walaupun dia memperlakukan aku sangat buruk. "Kebencian akan melahirkan dendam, dendam tidak akan berhenti", itu yang diucapkan Kakak sebelum dia pergi berburu monster dan meninggal.

"Aku juga membenci pemimpin kawanan Direwolf. Dia suka kasar terhadapku dan dia selalu menjadikanku sebagai tumbal ketika berhadapan dengan monster yang lebih kuat darinya."

Raijin menundukkan kepalanya dengan perasaan sedih. Aku tersenyum dan mengelus kepalanya dengan perlahan.

"Saat dia mengusirku juga sangat kasar. Dia menyuruh Direwolf jantan lainnya untuk menyerangku lalu mendorongku ke sungai."

(Cih.)

Zhepar nampaknya membenci percakapan ini.

"Lalu apa kamu membencinya?," Tanyaku.

"Tentu saja aku membencinya. Tapi aku tidak ingin membalaskan dendam ku kepada nya," jawab Raijin.

"Kenapa," tanyaku lagi.

"Ayahku meninggal karena dendam. Aku tidak ingin menjadi pendendam karena itu akan menciptakan sebuah rantai yang tidak ada akhirnya."

Raijin berhenti berjalan lalu dia melihat kearahku. "Master boleh membenci nya namun master tidak boleh menyakitinya karena dendam karena itu bukan karakter master yang baik hati."

Ap—

(Benar! Sangat tidak cocok!!).

Apa-Apa—

"Tuh kan?! Bahkan Tuan Zhepar saja setuju denganku!"

Aku membuang wajahku dan tidak mau melihat kearah Raijin. Aku tau muka ku sedang memerah karena malu dengan apa yang mereka ucapkan barusan.

(Raijin, mastermu malu-malu.)

"Berisik Zhepar!".

"Hahaha."

***

Beberapa saat kemudian, kami akhirnya sampai ditempat tujuan yang dimana pohon kehidupan berada. Sekarang, aku sedang berdiri didepan pohon kehidupan dengan perasaan campur aduk karena kagum melihat pohon suci ini.

Disekitar pohon ini juga dikelilingi Pixie-Pixie kecil yang sedang bersenda gurau satu sama lain.

"Selamat datang wahai penggunaan Bracelet of Wisdom. Kedatangan mu di hutan ini merupakan berkah bagi penghuni hutan ini."

Lalu turunlah seorang laki-laki dengan pakaian hijau dan mahkota kayu dikepalanya dari pohon kehidupan ini. Dari penampilannya saja sudah bisa dipastikan kalau dia adalah penjaga hutan ini.

Setelah turun dia mulai mendatangiku dengan langkah kaki yang gemulai. Setiap dia melangkahkan kakinya tumbuh rerumputan dan bunga kecil dijalan yang ia langkahi.

"Senang bertemu denganmu Gladius, perkenalkan namaku Truffaldino sang Durid yang menjaga hutan ini. Aku telah menantikan kedatangan mu di pohon suci Yggdrasil ini," ucap Truffaladino, sang Druid.

Seekor Elk yang ukurannya lumayan besar menghampiri Truffaladino. Aku cukup kaget melihat Elk yang begitu tenang dan tidak buas ketika berada didekat mahluk selain ras nya.

"B-Bagaimana kamu tahu namaku, tuan Truffaladino?".

(Kenapa kamu tiba-tiba gugup?).

Truffaladino tertawa lalu dia mengelus tanduk Elk itu. "Aku pasti mengetahui nama-nama orang yang memasuki hutan ku agar aku bisa menyebut namanya ketika dia berbuat buruk kepada hutanku."

Jangan bilang, ketika dia menyebutkan nama orang yang merusak hutannya maka orang itu akan menjadi batu?

Karena sedikit ketakutan aku memangil Raijin yang bersembunyi dibalik bayanganku. Ini juga adalah salah satu kemampuan dari «The End of Beginning» yang memungkinkan monster pelayanku bersembunyi dibalik bayanganku dan dapat aku panggil dengan mudah kapan saja.

"Hooh? Mengejutkan. Siapa sangka serigala yang memiliki darah seorang Monarch sudah menjadi jinak," ucap Truffaladino.

"Heh?".

Sebentar... Apakah Truffaladino mengatakan jika Raijin memiliki darah seorang Monarch?

Monarch adalah sebutan untuk kaisar satu ras monster yang memiliki kekuatan setara dengan raja iblis. Grim Reaper Monarch yang mengincar nyawaku adalah salah satunya.

Ji-Jika benar dan aku tidak salah dengar kalau Raijin adalah Direwolf yang memiliki darah Monarch maka kata-kata Zhepar yang bilang aku dapat membuat pasukan monster Monarch menggunakan «The End of Beginning» bisa menjadi kenyataan….

"Ada apa Gladius?," Tanya Truffaladino yang melihatku melamun.

"M-Maaf tuan Truffaladino, apakah anda barusan mengatakan jika Raijin memiliki darah seorang Monarch?," Tanyaku untuk memastikan.

"Kamu beri nama dia Raijin?! Nama yang sangat bagus! Aku bisa menjamin dia akan menjadi Direwolf Monarch terkuat yang pernah ada."

Aku tidak salah dengar ternyata… Sepertinya aku harus menekan kekuatan Raijin agar dia tidak menjadi Monarch dikemudian hari.

"Kedatangan mu disini tidak hanya ingin memberi salam kepadaku bukan Gladius?," Tanya Truffaladino yang sekarang sedang menunggangi Elk.

"B-Benar. Aku membutuhkan kayu dari pohon Yggdrasil untuk membuat sebuah tongkat sihir dan sebilah pedang," jawabku.

Truffaladino tersenyum lalu. Tiba-tiba muncul sebuah tongkat yang lumayan panjang ditangan kirinya. Dia menghentakkan tongkat itu dua kali dan setelah itu akar-akar pohon Yggdrasil menurunkan dua buah batang kayu yang lumayan besar dan panjang.

"Ambilah kedua batang kayu ini dan buat senjata yang ingin kamu buat. Lalu… ZHEPAR! Kamu mendengar ku bukan?!".

Heh?!

(Cih! Gladius! Katakan kepada pak tua itu bahwa aku membencinya!)

"M-Mana bisa aku—".

"Kamu pasti menyuruh Gladius untuk mengatakan 'Aku membencimu', bukan?!".

(Ah berisik! Pak tua berisik! Kamu sudah dapat kayunya bukan?! Cepat pergi dari sini Gladius! Raijin, bawa Gladius pergi cepat!).

"Hah? Ehhh?!—".

Raijin mengigit ku dan tiba-tiba tubuhnya menjadi besar. Aku baru tau dia bisa membesar dan aku jadi penasaran dengan hubungan Zhepar dan Truffaladino!.

Raijin mulai berlari menjauhi pohon kehidupan sedangkan aku berusaha berteriak untuk mengucapkan 'terima kasih atas kayunya', kepada Truffaladino.

"ZHEPAR! JANGAN LARI—DAN GLADIUS AKU HARAP KITA DAPAT BERTEMU KEMBALI!".

***

Setelah mendapatkan batang kayu yang kuinginkan—lebih tepatnya batang kayu yang Zhepar inginkan, aku pun mulai membuat tongkat sihir yang lumayan panjang namun dapat dipegang dan ringan saat dipakai.

Untuk pedang, aku membuat sebuah Longsword yang sepertinya sangat tajam dan anti patah karena… kayu dari pohon Yggdrasil ini benar-benar misterius. Saat aku menguji Longsword dari kayu Yggdrasil ini ke dedaunan, efeknya memang seperti pedang kayu pada umumnya yaitu membelah dedaunan namun tidak rapi. Sampai ketika aku keasikan mengayun-ayunkan Longsword ini dan tidak sengaja mengarahkan Longsword kayu ini kearah batu yang lumayan besar… batu tersebut terbelah menjadi dia.

Aku bisa memastikan jika kayu Yggdrasil bukanlah kayu yang biasa karena saat dijadikan senjata tajam maka kekuatan nya bisa melebihi kekuatan dari logam terkuat didunia ini yaitu Alexandrite.

(Pohon Kehidupan Yggdrasil adalah salah satu dari inti kehidupan Romensia. Batang kayunya dipercaya tidak dapat dipatahkan oleh besi apapun didunia ini dan hanya dewa saja yang dapat mematahkan batangnya.)

Zhepar sudah membuat pernyataan seperti itu yang artinya mendapatkan kayu Yggdrasil lalu mengubahnya menjadi pedang merupakan sesuatu yang harus disyukuri.

"Baiklah. Raijin!," Ucapku memanggil Raijin yang berada dibalik bayanganku.

"Aku memenuhi panggilan mu, Master."

Karena Zhepar bilang kalau aku harus melatih kedua Artsku maka sekarang saat yang tepat.

"Pancing seekor ogre besar kemari, aku ingin mencoba melawannya."

"Baik!," Ucap Raijin lalu dia pergi dengan cepat mencari ogre yang aku perintahkan.

Sebelum melawan nya aku harus memeriksa skill yang tersedia dan dapat aku gunakan saat menggunakan Longsword.

«Longsword Mastery»

«Final Stab»

«Earthquake Slash»

«Sword of Reaveling Light»

«Rebirth of The Sword Master»

Dengan «Longsword Mastery» aku dapat menggunakan Longsword dengan maksimal jika tubuhku dapat menyeimbangkan nya. Sebenarnya masih banyak lagi skill dari Longsword namun semuanya terkunci yang hanya dapat terbuka jika aku berhasil mengevolusikan «Longsword Mastery»

Suara teriakan khas dari Ogre mulai terdengar mengerumuh di hutan. Sepertinya Raijin sudah menemukan Ogre yang aku minta.

Sekarang, aku harus cek skill yang tersedia dan yang dapat aku gunakan ketika menggunakan tongkat sihir.

«Staff Mastery»

«Seven Elements»

Sama seperti «Longsword Mastery», dengan «Staff Mastery» aku dapat menggunakan tongkat sihir dengan maksimal, namun tergantung dengan tubuhku juga pada akhirnya. Untuk skill lainnya ada yang terkunci dan hanya bisa terbuka jika aku mengevolusikan «Staff Mastery» dan jika aku mengaktifkan skill Seven Elements lalu memilih ketujuh element yang ada.

Api

Air

Tanah

Angin

Listrik

Tumbuhan

Cahaya

Sepertinya aku akan menggunakan listrik.

[Skill Unlocked]

«Lightning Judgement»

«Magic Sword : Lightning»

«Shield Orb : Lightning»

«Roar of Sevens King»

Aku mendapatkan empat skill ketika aku memilih menggunakan element listrik. «Magic Sword : Lightning» membuat pedangku dilapisi element petir dan kekuatan nya menjadi 2 kali lipat dari biasanya.

(Sebelum bertarung, aku ingin memperingati mu untuk tidak pernah menyerang Ogre yang akan aku lawan nanti secara terus-menerus menggunakan sihir. Kamu memiliki batasan, jika kamu melanggar batasan tersebut maka kamu akan mati. Mengerti?).

"Me-Mengerti… terima kasih karena memberitahukan ku lebih awal."

Awalnya aku ingin menggunakan sihir saja untuk mengalahkan Ogre nanti namun setelah diperingati seperti itu maka kuurungkan niatku.

Raijin berusaha menghubungi ku lewat telepati, "Master bersiaplah, aku sudah hampir sampai."

Aku memasang kuda-kuda bertarung. Tangan kanan dengan pedang dan tangan kiri dengan tongkat sihir.

"GUWAHAHHH!".

Raijin kembali lalu meloncat dan berlindung dibelakangku. Kedatangan Raijin dibarengi dengan suara dan getaran kaki Ogre yang nampaknya sangat besar dan kuat.

Setelah beberapa detik, Ogre itu memperlihatkan wujudnya yang sangat besar kepadaku. Betapa terkejutnya aku melihat Ogre sebesar itu dengan Talwar ditangannya dan mahkota kecil dikepalanya.

"R-Raijin… yang benar saja…"

(BUFFFFD—K-K-KING OGRE?!!).