Hari demi hari telah dilewati persiapan pernikahan Sienna dan Samuel sudah selesai. Sehari sebelum menikah, Sienna dan Samuel sedang berkumpul bersama keluarga mereka di restoran di hotel tempat mereka akan mengadakan pernikahan.
"Cie yang besok mau nikah, besok udah lepas segel nih," goda Victor.
Sienna wajahnya seketika memerah. Ia sangat malu dengan godaan calon mertuanya.
"Sudah siap dong. Ini kan impian Sienna dari dulu kan?" kata Jenny.
"Godain aja terus calon pengantin baru," balas Victor.
Pedro melihat Samuel dari tadi hanya diam saja akhirnya mengajak Samuel bicara. "Samuel, apa ada keraguan di hati kamu sebelum ke pelaminan besok?" tanya Pedro.
"Enggak dong," jawab Samuel tegas.
Tidak lama makanan yang mereka pesan untuk makan malam bersama datang. Satu per satu makanan mulai diletakkan di atas meja mereka.
"Wow, sepertinya ini enak sekali," kata Gisel yang merupakan bibinya Sienna.
"Kamu besok juga akan makan dari restoran ini lagi, Gisel,tapi beda menu sih. Hehehe," kata Pedro dengan nada mengejek saat melihat Gisel yang seperti ingin buru-buru mengambil makanan.
"Makhlum, Pedro. Aku kan sudah lama tidak makan di luar," balas Gisel.
"Wah, parah lu, Gerry. Enggak kasih makan istrimu," kata Pedro sambil berdecak.
"Gisel jangan malu-maluin aku ya, ayo dimakan. Masa makanan seenak ini mau dianggurin," kata Gerry suaminya Gisel.
Akhirnya mereka semua mulai mengambil makanan yang tersaji di hadapan mereka lalu memakannya. Sienna yang sedang makan tiba-tiba matanya terfokus ke seorang pria dan keluarganya, ia merasa mengenali pria tersebut.
"Apa itu Arga? Kelihatannya mirip," gumam Sienna.
Pria tersebut mengangkat kepalanya membuat mata mereka saling beradu tapi Sienna langsung mengalihkan pandangannya, ia tidak ingin keluarganya panik jika melihat Arga di sini juga.
"Oh, calon menantuku ada di sini," gumam Reine menatap apa yang ditatap Arga sambil tersenyum.
"Arga, kamu mau pesan makanan apa?" tanya Roman menepuk bahu Arga berusaha menenangkan emosi Arga yang sepertinya akan memuncak.
Arga memesan steak dan jus jeruk sedangkan kedua orang tuanya memesan spaghetti Carbonara dan jus alpukat.
"Arga, Papa tahu kamu sangat kesel dengan Sienna, tapi kita tunggu tanggal mainnya rencana kita ya. Kamu sekarang harus mengontrol emosi kamu untuk saat ini," kata Roman.
"Aku akan benar-benar membuat Sienna menjadi milikku seutuhnya," gumam Arga sambil menatap Sienna tajam.
Beberapa menit kemudian makanan yang dipesan Arga dan orang tuanya sudah datang. Mereka semua mulai memakannya dengan nikmat sedangkan Sienna yang duduk tidak jauh dari posisi Arga dan ditatap Arga merasa sangat gelisah.
"Kalau aku bilang Arga ada di sini dan tahunya aku salah lihat, bisa-bisa keluargaku marah besar padaku," gumam Sienna yang merasa sedang seperti berhalusinasi saat ini.
Arga terkekeh sendiri di sana. Dia tahu sienna akhir-akhir ini suka mengonsumsi obat penenang sehingga bisa dipastikan Sienna pikir dirinya adalah halusinasinya.
"Aku tidak sabar menanti hari esok, Sienna," gumam Arga.
Setelah selesai makan, sienna dan Samuel berjalan menuju kamar hotel mereka. Samuel mengantar Sienna ke kamarnya karena mereka tidak satu kamar.
"Selamat malam, Sienna. sampai bertemu besok," kata Samuel sambil mengacak-ngacak rambut Sienna lalu mengecup bibir Sienna singkat.
"Sampai bertemu besok," balas Sienna.
Tanpa mereka berdua sadari ada seorang pria yang menatap tajam ke arah mereka sambil mengepalkan tangannya.
"Aku akan membuat Sienna terikat denganku selamanya," kata pria tersebut.
Samuel pergi meninggalkan Sienna di depan pintu kamar. Sienna yang hendak masuk ke dalam kamar tiba-tiba matanya kembali menangkap Arga dan keluarganya lagi di dekat kamar hotelnya kali ini.
"Sepertinya aku terlalu memikirkan Arga sampai aku berhalusinasi terus tentang dia ada di sini," gumam Sienna.
Brakk
Sienna membanting pintu kamarnya setelah masuk ke dalam. Ia pusing dengan pikirannya sendiri.
"Ah, semoga besok semua rencana pernikahanku berjalan dengan lancar," gumam Sienna sambil berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Sienna membaringkan tubuhnya di ranjang lalu ia membuka ponselnya. Ia melihat-lihat pesan-pesan yang masuk ke ponselnya.
"Jadi mengantuk," gumam Sienna menguap.
Sienna menarik selimutnya hingga menutupi tubuhnya lalu ia mematikan lampu kamarnya. Perlahan matanya mulai menutup.
***
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu yang sangat kencang membuat seorang perempuan yang masih tertidur dibalik selimutnya terbangun. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya lalu ia bangkit dari ranjang. Ia berjalan menuju pintu kamar hotelnya lalu membuka pintu di hadapannya.
"Ada apa, Ma?" tanya Sienna saat melihat mamanya datang bersama banyak orang.
Tak
"Ada apa kepala lu error. Hari ini pernikahan kamu, Sienna. Jangan pura-pura lupa deh," kata Jenny sambil menjitak kepala anaknya.
"Aduh, Ma, sakit tahu. Iya aku hampir lupa, hehehe," balas Sienna cengengesan. Dia hanya bercanda saja dengan mamanya.
"Ya sudah, minggir. Mama mau masuk," kata Jenny.
Sienna menggeser tubuhnya lalu ia membiarkan mamanya bersama para make up artist masuk ke dalam kamar. Setelah itu Sienna menutup pintu dan berjalan bersama mamanya dan penata rias ke fitting room.
Mbak, dandanin anak saya yang natural saja ya tapi tetap cantik," perintah Jenny.
"Baik, Nona," balas Shirley yang merupakan make up artist.
Sienna dibantu memakai gaun pengantin. Setelah gaun sudah terpasang, Sienna mendudukkan dirinya di kursi meja rias lalu ia mulai didandani oleh Shirley. Shirley mengaplikasikan lipstik warna pink, eyeshadow dengan warna brown dan kombinasi hitam, serta contouring yang cukup signifikan untuk menyamarkan pipi sehingga terlihat tirus.
"Wow, anak Mama cantik sekali," kata Jenny melihat putrinya.
"Mama bisa aja, bagiku Mama yang paling cantik," balas Sienna.
Shirley yang sudah selesai mendandani Sienna meletakkan kuas make upnya. Ia tersenyum puas saat melihat wajah Sienna yang sudah cantik dari sananya semakin cantik.
"Tidak terasa waktu begitu cepat dan anakku sekarang sudah mau menikah," gumam Jenny.
Jenny melihat putrinya sangat cantik, menghelakan napas dan menahan air matanya. Ia melihat anak yang dia besarkan dari kecil sudah mau menikah.
"Mama jangan menangis," kata Sienna memandang wajah mamanya yang menangis dari cermin.
"Mama menangis senang kok, Sayang. Mama tidak menyangka putri Mama akan secepat ini menikah," kata Jenny.
"Shierly, anak saya udah kelar?" tanya Jenny.
"Semuanya sudah kelar, Nyonya, tinggal memasang mahkota dan buket bunganya saja," jawab Shierly sambil memasangkan mahkota dan memberikan buket bunga ke Sienna.
"Sayang, Mama dan penata rias keluar dulu ya. Mama nanti tunggu kamu di altar," kata Jenny.
Sienna menganggukkan kepalanya. Jenny bersama Shierly keluar dari kamar tersebut. Baru saja Sienna melihat mamanya keluar tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok
"Siapa?!" tanya Sienna dengan nada tinggi.
"Ini saya pelayan yang akan membantu Nona untuk mengangkat ekor gaun Nona," jawab seseorang dari luar kamar.
Sienna mempersilahkan orang tersebut masuk. Para pelayan tersebut mulai membantu mengangkat ekor gaun Sienna yang sangat berat keluar dari kamar menuju lift.
"Silahkan masuk, Nona," kata pelayan tersebut saat pintu lift terbuka.
Sienna melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift disusul para pelayan yang berjumlah sangat banyak.
"Kenapa mereka jumlahnya sangat banyak sekali padahal kan cuma mengangkat gaunku yang panjang ini aja," gumam Sienna.
"Arghh!" teriak Sienna.