"Arghh!" teriak Sienna saat tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang.
Sienna mencium aroma maskulin keluar dari tubuh seseorang yang memeluknya dari belakang membalikkan tubuhnya. Ia mendongakkan kepalanya hingga matanya bertemu dengan mata pria yang paling dibenci olehnya.
"Hello, Baby. Kita ketemu lagi," kata pria itu.
"Lepasin aku, Arga!" teriak Sienna sambil meronta-ronta.
Arga hanya diam saja memperhatikan Sienna yang berusaha melepaskan dirinya.
"Baby, kamu hari ini akan menikah denganku bukan dengan pria brengsek itu," kata Arga dengan penekanan.
"Jangan mimpi! Lepasin aku sekarang juga!" teriak Sienna.
Hahaha
Tawa Arga menggema di lift membuat semua orang suruhannya hanya diam saja, mereka tahu kalau mereka bertindak gegabah siap-siap saja nyawa mereka jadi taruhan.
"Arga, aku mohon lepaskan aku. Masih banyak cewek yang mau sama kamu kok," kata Sienna.
"Tapi aku maunya kamu, Baby," balas Arga dengan smirk miringnya.
Sienna menundukkan kepalanya. Ia bingung harus melakukan apa supaya bisa kabur. Meronta pun bercuma, tenaganya kalah dengan Arga.
"Sienna, kamu ternyata begitu bodoh karena mencintai Samuel, sang pria brengsek," kata Arga sambil berdecak.
"Kau yang lebih brengsek, Arga!" teriak Sienna.
Ehhmm ehmm
Wajah Sienna ditutup dengan sapu tangan membuat Sienna yang mencium aroma yang sangat menyengat perlahan kesadarannya menghilang dan tubuhnya hampir jatuh ke lantai tapi dengan sigap Arga langsung menahannya lalu menggendong Sienna.
"Apa lift ini lift murahan sampai ke bawah saja lama sekali?!" teriak Arga yang sangat kesal dengan lift tersebut.
Semua orang yang di dalam lift hanya bisa menundukkan kepalanya.
Ting
Pintu lift terbuka. Arga membawa tubuh Sienna menuju tempat Sienna akan menikah diikuti para pelayan.
***
Di tempat pernikahan Sienna, Samuel merasa gelisah saat melihat Sienna belum datang-datang. Ia terus menatap ke arah pintu yang tidak menampilkan Sienna dari tadi.
"Pa, Sienna ke mana? Kenapa dia belum datang sih padahal kan dia sudah kelar tadi, Pa, tinggal turun aja bersama para pelayan hotel," kata Jenny dengan gelisah.
Dor
Suara tembakan menggema di seluruh ruangan membuat para tamu undangan berlari ke sana kemari dan ada juga mengumpat di bawah meja.
"Hai, calon besan. Kita ketemu lagi," kata Roman yang muncul dari luar.
"Apa yang kau mau, Roman?!" teriak Victor.
Roman tersenyum. "Tentu saja mengambil hak anakku, Victor," balas Roman.
Victor yang sudah tahu pasti ini ulah Roman yang membuat Sienna terlambat melangkah maju tapi langkahnya terhenti saat seseorang menahan tangannya. Ia melihat semua orang yang ada di sana juga ditahan dan tangannya diikat di kursi ingin rasanya membebaskan mereka semua.
"Roman, saya tahu kamu membenci saya tapi saya mohon bebaskan mereka dan biarkan anakku bahagia, Roman. Dia tidak salah apa-apa," kata Victor lesuh dengan air mata mulai menetes.
Ia tidak tega melihat anak dan istrinya diikat dan kepalanya ditodong pistol.
"Reine, aku mohon padamu, tolong bilang ke Roman untuk membebaskan semua orang dan juga biarkan anakku bahagia," pinta Victor.
Reine hanya bisa memandang Victor saja. Ia tidak berani berbicara pada suaminya apalagi saat melihat suaminya menatap tajam dirinya sedari tadi.
Brakk
Tiang hiasan yang ada di dekat pintu patah. Semua mata memandang ke seorang pria yang masuk ke dalam ruangan tersebut sambil membawa seorang gadis yang mereka tunggu dari tadi.
"Arga, lepaskan Sienna!' teriak Jenny dengan mata berkaca-kaca.
"Ohh, Mama mertua minta aku membebaskan Sienna? Jangan mimpi. Dia akan menjadi milikku hari ini," balas Arga ketus.
Arga melangkahkan kakinya menuju ke depan Arga lalu ia meletakkan Sienna ke lantai.
"Papa Pedro, tunggu putrimu sadar baru kita lanjutkan drama Arga dan Sienna hari ini," kata Arga.
"Lepaskan saya, dasar bocah gila!" teriak Pedro.
"Arghh!" teriak Pedro saat tangannya digoreskan pisau oleh orang yang mengikatnya.
"Itu baru permulaan, Papa mertua," kata Arga.
Arga mengkodekan semua suruhannya untuk melakban mulut semua orang yang di sana. Ia muak mendengar suara rengekan itu.
"Sienna cepat sadarlah, calon suamimu ini sudah tidak sabar menikmati kamu," kata Arga.
Menit demi menit telah berlalu. Arga terus memandangi wajah Sienna sedangkan kedua orang tuanya hanya duduk saja memperhatikan raut wajah ketakutan semua orang.
"Apa masih lama, Arga?" tanya Reine.
"Sepertinya akan lama, Ma. Tadi aku malah kasih obat bius kadar tinggi," jawab Arga terkekeh.
Plakk
"Sakit, Ma," kata Arga.
"Ma, kok anak kita digebuk sih?" tanya Roman kesal.
"Kalian benar-benar gila, kalau dia mati gimana?!" teriak Reine.
"Sudah, Ma. Tenang aja, bentar lagi sadar kok. Lagian kan itu semua supaya gadis ini tidak sadar saat dibawa ke sini," balas Reine.
Engghh
Terdengar suara orang baru bangun membuat Arga dan kedua orang tuanya menatap Sienna. Perlahan mata Sienna mulai terbuka lalu ia menatap sekelilingnya.
"Aku di mana?" tanya Sienna sambil menatap sekelilingnya.
"Di tempat masa depan kamu berada, Sienna sayang," jawab Arga.
Sienna berusaha bangkit tapi tiba-tiba tangannya ditahan dan matanya melihat semua orang diikat serta mulutnya dilakban apalagi saat matanya melihat Samuel dan kedua orang tua mereka ditodong dengan pistol.
"Arga, apa mau kamu?" tanya Sienna lirih. Saat ini dirinya merasa ketakutan jika semua orang yang disayang olehnya ditembak.
"Menikahlah denganku," kata Arga sambil mengusap pipi Sienna tapi tangannya ditepis Sienna.
"Jangan mimpi!" teriak Sienna.
Dor
Satu tembakan melayang membuat Sienna berteriak ketakutan apalagi saat ia melihat tembakan itu hampir mengenai Samuel.
Pletakk
Lakban di mulut Samuel dilepaskan oleh salah satu pelayan.
"Ada kata-kata terakhir sebelum kau menemui ajalmu?" tanya Roman sambil mengusap lembut bahu Arga.
"Tuan, tolong bebaskan Samuel dan keluarganya," pinta Sienna.
"Menikahlah dengan putraku, Sienna. Setelah kamu menikah dengannya saya akan membebaskan semuanya termasuk keluarga Samuel," balas Roman.
"Tidak, saya tidak bisa menikah dengan Arga," kata Sienna.
"Arghhh!" teriak Samuel.
Sienna seketika melihat Samuel yang lehernya dilukai oleh pelayan yang berdiri di belakangnya.
"Sienna, jangan menikah dengannya," kata Samuel lirih.
"Maaf, Samuel. Aku harus menikah dengannya. Aku tidak mau kamu mati karena aku egois," balas Sienna.
"Sienna jangan menikah dengan dia. Hidup kamu akan sengsara kalau bersamanya," pinta Pedro. Ia tidak ingin putrinya menikah dengan pria yang salah.
Prok prok prok
"Sudah cukup drama keluarganya," kata Roman sambil bertepuk tangan.
"Sienna buruan kamu berdiri, kita akan menikah sekarang, atau kamu lebih memilih semua orang di sini mati, hmm?" kata Arga.
Mau tidak mau Sienna akhirnya berdiri di hadapan Arga dan pendeta yang dari tadi ditodong pistol disuruh naik ke atas altar.
"Bisa kita mulai sekarang?" tanya Arga.