Di dalam kamar Khaibar duduk termenung dengan wajah yang cemberut karena rasanya dia tak ikhlas dengan ide Kimberly, sedangkan Kimberly hanya terkikik geli. Dia mondar-mandir ke arah di mana tempat make up dan lainnya disimpan, ia pun memanggil Khaibar agar mendekat ke arahnya karena malas kalau harus ke arah Khaibar dengan membawa make up dan seperangkatnya.
"Khai, ke sini!" lambai Kimberly. Khaibar yang duduk di tepian ranjang, dia dengan malas bangkit berdiri dan berjalan ke arah Kimberly, sesekali ia memprotesnya.
"Kenapa sih, Kim? Bukannya enak di tepian ranjang sana, ngapain harus di sini?" Khaibar menunjuk kursi yang ada di depan Kimberly, kursi dan tempat khusus untuk bersolek.
"Ngapain kamu bilang? Ya aku mau make up-in kamu, memang mau ngapain lagi? Sudah diam saja! Jangan cerewet!" sentak Kimberly. Khaibar pun akhirnya duduk dan diam seraya melirik ke sana ke mari, dia merasakan aura yang aneh seperti ada orang yang mengintip dari bilik balkon kamar.
Khaibar yang penasaran dia pun berdiri dengan cepat, lalu saat dia akan berjalan Kimberly menariknya dan mendudukkannya kembali.
"Eits, kamu mau ke mana?" tanya Kimberly yang merasa penasaran dan sungguh aneh tatapan Khaibar hanya ke arah balkon saja.
Khaibar lalu menoleh ke arah Kimberly, dia menarik telinga Kimberly, Kimberly pun menunduk dan terkejut saat Khaibar berbisik kepadanya.
"Ada yang mengintip kita, sepertinya ada mata-mata, kita harus hati-hati!"
"Apa! Aku takut ..."rengek Kimberly yang keceplosan mengeraskan suaranya, untungnya Khaibar langsung membungkam mulutnya.
"Jangan kencang-kencang, kamu tunggu di sini saja! Biar aku yang menghampirinya dan menghajarnya," ucap Khaibar dengan berbisik, dia sudah mulai beranjak dan melangkah kakinya tapi Kimberly langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Eh kamu mau ke mana? Di sini saja! Nanti kalau dia bawa pistol bagaimana? Atau kamu terluka karena ditusuk bagaimana? Kan serem." Kimberly meraih tangan Khaibar dan memeluk lengan itu dengan suara yang sungguh ketakutan. Dia yang akhirnya tak mau ambil resiko langsung saja tarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar. Saat sudah terkumpul keberaniannya barulah ia berteriak tanpa memberitahu Khaibar terlebih dahulu.
"Tolooooong, maliiiing, maliiing, di sini ada maliiiing, aaaaa, dor, dor, dor." Benar-benar pinter akting si Kimberly itu, apalagi Khaibar juga terjingkat gara-gara ulah Kimberly itu, yang tiba-tiba berteriak dengan diiringi nada notif ponsel tentang menembak, karena Khaibar mengira Kimberly yang tertembak oleh si pengintip itu.
Koko pun langsung berhamburan dan mencoba untuk melarikan diri, dia sungguh kaget juga dan tak ingin apabila diketahui oleh orang banyak.
'Astagaaaa gawat kalau aku tertangkap, bisa-bisa mendekam di penjara lagi, aku harus cepat bergegas untuk pergi.' Batin Koko. Ia melompat kian ke mari seperti ninja hatori, memang lelaki yang satu ini jago dalam panjat memancat.
Khaibar juga tak bisa membiarkannya lolos begitu saja, ia melompat kian ke mari dan ternyata Khaibar pandai melompat, larinya juga sangat kencang, hingga Kimberly terbelalak melihatnya.
"Apa! Dia lincah sekali? Aku tak habis pikir Khaibar bisa seperti itu, tapi aku harus menolongnya, takutnya lelaki itu berbuat nekat demi bisa kabur, siapa sih yang mengintip itu? Benar-benar."
Kali ini Kimberly bergegas dengan cepat menuruni anak tangga seraya merogoh ponsel yang ada di sakunya, dia pun memencet tombol hijaunya. "Halo, Kevin, cepat ke rumahku segera!" Tanpa bertanya apapun seseorang di sebrang sana langsung menjawabnya.
"Baik, Bos." Telepon pun terputus dan Kimberly mencari Khaibar di halamannya. Menoleh ke kanan dan ke kiri sambil berteriak.
"Khai! Khai! Kamu di mana? Sudahlah kamu ke sini saja cepat!" Tiada sahutan dari Khaibar.
Kimberly pun melambai ke arah satpamnya agar segera mendekat ke arahnya. Ia berlari kencang menghampiri Kimberly. Seraya ngos-ngosan karena kecapekan dari arah yang jauh ke arah Kimberly yang sudah berada di gerbang saat ini.
"Iya, Bos, ada apa? Bisa Kejo bantu?" jawab Kejo dengan suara yang memburu cepat karena sehabis berlarian.
"Ada apa kamu bilang? Kamu ini bagaimana menjaga rumah ini! Ada pengintip kamu tak tahu hah! Mau makan gaji buta kamu!" sentak Kimberly yang benar-benar marah terhadap satpamnya yang tidak pecus menurutnya.
Kendrick dan Keysa yang mendengar itu dari dalam rumahnya, mereka berhamburan ke luar rumah dan menghampiri anaknya dengan wajah yang sungguh panik, takut Kimberly kenapa-kenapa.
Sampai-sampai Keysa mengelilingi Kimberly saat sudah sampai di sampingnya. Ia memeriksa setiap inci tubuh Kimberly apakah ada luka yang menggoresnya.
"Kamu kenapa, Kim? Maki-maki begitu, emang Pak Kejo salah apa? Bukankah dia sudah lama bekerja di sini?" tanya Keysa. Tangannya berhenti memeriksa ketika tak ditemukan luka sedikitpun di tubuh anaknya.
"Aku enggak kenapa-kenapa, Ma, kenapa memeriksaku seperti itu, aku kesal, Ma, ada orang yang mengintip di luar balkon kamarku, Mama tahu? Sekarang Khaibar yang mengejarnya dan belum kembali, entah apa yang akan terjadi padanya." Mendengar itu rasanya hati Kendrick sedikit tergelitik dan salut kepada Khaibar, tapi dia dengan gaya sok coolnya melipat kedua tangannya di dada agar tidak tampak kesalutannya. Dia memang sangat menjaga imagenya dari siapapun bahkan Kimberly sekalipun.
Keysa yang juga merasa salut kepada Khaibar, ia langsung mengibaskan kedua tangannya ke arah Kejo agar segera mencari Khaibar, Kejo yang paham maksud majikannya dia mengangguk dengan menunduk saja sedari tadi.
"Baik, Nyonya, sekali lagi maafkan saya, Nona." Kimberly dan Keysa tidak menjawab, hanya melirik dan membuat Kejo semakin bersalah rasanya. Kejo pun pergi ke arah luar gerbang untuk mencari Khaibar.
Kali ini Kimberly melirik ke arah Kendrick yang hanya diam dan kenapa sangat tenang dan tak ikut membantu. Kimberly pun lalu memberanikan diri untuk bertanya.
"Pa, Papa apa tak membantu mereka? Masak Papa di sini saja?"
Kendrick melepaskan lipatan kedua tangannya. Sekarang malah bergantian berkacak pinggang. Nafasnya dihembuskan dengan kasar, saat dia akan menjawab ucapan Kimberly. Kevin pun datang dengan mobilnya, membunyikan klakson dan membuat Kimberly berjalan menghampirinya.
Kimberly berhenti sejenak lalu menoleh ke arah papanya kembali. "Pa, Kim pergi dulu! Mau mencari Khaibar, bye!" Kimberly sungguh malas mengajak papanya, biarlah dia saja yang mencari bersama Kevin dari pada nanti papanya malah tidak ikhlas.
Keysa memanyunkan bibirnya, dia mendekat ke arah Kendrick dan mendorongnya agar mengikuti Kimberly, mau tidak mau Kendrick pun akhirnya mengikuti Kimberly.
"Kim, Papa ikut!"
"Baiklah!"
Kini semua mencari keberadaan Khaibar, terkecuali Keysa dia hanya menunggu di rumah saja dan menunggu kabar dari mereka.
Kimberly yang sungguh sangat khawatir di dalam mobilnya, mencoba menelepon Khaibar yang ternyata nomor yang ia tuju sedang tidak aktif.
"Kamu di mana sih, Khaibar? Benar-benar menyebalkan!" Kimberly yang sibuk dengan ponselnya sambil memperhatikan jalanan, ia pun terbelalak saat melihat seseorang di luar sana yang saling sibuk baku hantam. Ia pun menunjuk-nunjuk ke arah itu seraya berteriak.
"Vin, vin, itu Khaibar! Hentikan mobilnya!"