Suara itu terdengar sangat familiar di telinga Kimberly. Kimberly menoleh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia langsung melepaskan pelukannya dengan Khaibar. Kimberly sungguh bingung harus bagaimana, apakah semua ini terbongkar begitu cepat? Begitu pikirnya saat ini. Dia pun berdiri dan ingin menjelaskan kepada Koko yang sudah mendekat ke arahnya dengan wajah yang sudah merah padam.
Koko langsung saja menunjuk ke arah Khaibar yang sudah selesai membenarkan wignya yang sedikit berantakan. Kimberly menatap Khaibar dengan eluh yang sudah berjatuhan di dahinya lalu mengusapnya dengan cepat, sedangkan Khaibar terlihat sangat tenang dan hanya menggosok hidungnya saja, lalu dia mengedipkan matanya ke arah Koko dan bersuara seperti cewek lagi sesuai dengan penyamarannya.
"Ada apa, Maz? Apakah kamu mau menciumku? Boleh, sini, sini!" Khaibar memonyongkan bibirnya. Koko pun langsung menamparnya dan meraih wignya dengan cepat, hingga wig pun terlepas dari kepala Khaibar dan tergeletak di lantai.
'Astagaaaa, benar-benar ketahuan, tamatlah riwayat kita.' Batin Kimberly. Ia hanya menundukkan kepalanya seraya menginjak wig Khaibar dan menendangnya ke bawah meja agar Koko tak menyinggung tentang wig lagi karena rasanya Kimberly sangat malu.
"Jadi ... maksud kamu apa ini, Kim? Apakah dia Khamsa yang katamu tadi, ataukah dia adalah suamimu? Khaibar?" Mendengar itu Kimberly sedikit ketakutan, tapi bukan Kimberly namanya kalau tidak bisa melawan seseorang, karena meskipun Kimberly polos tapi dia sangat pemberani. Khaibar berusaha membantu Kimberly dengan akan membuka mulutnya. Namun Kimberly menggeleng dan langsung membalas ucapan Koko.
"Dari mana kamu tahu kalau nama suamiku adalah Khaibar? Apakah kamu ... jangan-jangan ... kamu lelaki yang membuat heboh kemarin? Lalu itu kamu juga terluka kan? Apa kamu juga yang mengintip dan menghajar Khaibar? Iya kan? Ngaku saja! Kamu sudah terpojokkan dan tak akan bisa lari ke mana-mana," terang Kimberly dengan wajah yang menyeramkan. Koko hanya memicingkan matanya dan tak bisa menjawab Kimberly, dia masih berfikir untuk mencari sebuah alasan agar bisa memuluskan rencananya. Bahkan kini dia yang diserang, padahal Koko mengira akan bisa menyerang Kimberly dan membuat Kimberly bertekuk lutut kepadanya. Tapi nyatanya Kimberly sangat pandai dan tahu itu semua sehingga dia tak bisa berkelit lagi.
Koko lalu memelaskan wajahnya. Dia meraih tangan Kimberly dengan menitikkan air mata, merayu Kimberly dengan suara yang sangat parau, biasanya cara seperti itu ampuh membuat Kimberly langsung tak tega kepadanya.
"Ehhh kamu kenapa seperti ini? Lepaskan!" Kimberly memberontak, kali ini Khaibar bertindak dengan mencoba melepaskan tangan Koko, tapi tak bisa karena Koko menggenggam tangan Kimberly dengan sangat erat.
"Koko! Lepaskan! Atau kalau tidak aku akan menghajarmu! Kita bertarung saja bagaimana?" ucap Khaibar dengan memberikan penawaran. Koko tetap tak perduli dan dia pun berceloteh.
"Kim, rasakanlah cintaku ini, kamu tahu? Aku melakukan semuanya demi kamu, demi anak kita, bukankah kamu mengandung anakku?" Ucapan Koko membuat Kimberly langsung menatapnya dengan tatapan kegalauan. Kimberly tak habis pikir dari mana Koko tahu semua itu, hingga Kimberly tak tahu harus menjawab apa, dia hanya terus mendengarkan Koko berbicara.
"Ayo kita menikah dan membesarkan anak kita bersama-sama, aku janji akan berubah, demi kamu apapun aku lakukan." Koko semakin merusak pikiran Kimberly. Kimberly yang kebingungan dia pun mengusap wajahnya dengan kasar.
Khaibar yang melihat itu dia langsung memeluk Kimberly dari belakang seraya berbisik dengan nafas yang memburu cepat, karena saat berhubungan badan cara seperti itu sangat ampuh membuat Kimberly bertekuk lutut kepadanya.
Dan benar, Kimberly langsung memejamkan matanya, merasakan getaran di hatinya akibat nafas memanas Khaibar, dia pun mengangguk seraya menggelengkan kepalanya saat mendengar Khaibar berbisik agar segera tersadar dan tak terbohongi lagi oleh Koko.
"Sadarlah, Kim, dia membohongimu, hanya aku yang tulus mencintaimu, hanya aku," bisik Khaibar yang langsung didorong oleh Koko dengan satu kakinya. Menurut Koko Khaibar sangat mengganggu. Khaibar pun tergeser dan agak menjauh dari Kimberly.
Kimberly yang sudah tersadar dan tahu kalau itu salah dan sekejap terbuai oleh cinta palsu Koko dia langsung memberontak. Melepaskan tangannya dari Koko dengan menginjak kaki Koko dan menggigit tangannya. Tangannya pun akhirnya terlepas dan dia pun melototkan matanya ke arah Koko.
Dia pun langsung memeluk Khaibar dan menangis, mengingat kepedihan hati yang dulu, karena ulah Koko. Khaibar membalas pelukannya dengan mengusap punggung Kimberly dengan sangat lembut. Setelah itu dia melepas pelukan Kimberly dan menatap Koko.
"Koko, sebaiknya kamu pergi saja! Kamu tahu? Kimberly sudah mencintaiku, kamu sudah tidak ada hak untuknya, dia istriku, dan kamu tahu aku menyamar seperti ini karena aku tidak mau kalian berduaan saja! Kita di sini juga hanya meluruskan masalah kalian dan sekarang usailah, bukan datang ke sini karena untuk mengingat kalian bernostalgia, bukan! Dan kamu salah, Kimberly hamil anakku, aku yang melakukan itu, paham! Sekarang pergilah! Jangan ganggu kami!" ucap Khaibar dengan nafas kasarnya.
Dia pun berjalan bersama Kimberly dengan bergandengan tangan setelah mengucapkan itu kepada Koko, tapi rasanya Khaibar belum puas untuk berbicara dengan Koko, dia pun menoleh kembali. "Dan ingat, kamu jangan macam-macam atau berbuat kejahatan lagi, kamu sudah diincar oleh polisi terus dan terus karena kami sudah melaporkanmu! Kalau kamu insyaf kamu akan aman dan kita membiarkanmu mencari kehidupan yang baru, tapi kalau kamu berbuat kejahatan pasti akan langsung tertangkap! Ingat baik-baik perkataanku ini!"
Setelah selesai mengucap itu Khaibar sudah puas dan pergi meninggalkan Koko yang hanya melongo. Koko hanya mengepalkan tangannya menatapi Khaibar dan Kimberly, dia sangat geram dan tak terima, ia pun membatin.
'Beraninya dia mengancamku! Emang aku takut apa diancam seperti itu, aku sungguh tidak perduli lagi walaupun masuk ke dalam penjara, yang penting kalau aku tidak mendapatkan Kimberly, kamu atau siapapun juga tidak boleh! Enak saja!'
"Terima kasih, Khai, kamu sungguh sangat pemberani, aku sangat mencintaimu," ucap Kimberly yang kini memeluk Khaibar dari samping.
"Aku juga, kamu tenang saja, bukankah aku pernah bilang akan menjagamu dengan segenap jiwa dan ragaku? Setelah ini kamu harus memberiku belah duren ya seperti itu, kamu harus memuaskanku, kan aku sudah berjasa besar membantumu." Kimberly langsung memukul Khaibar dengan malu-malu.
"Cihhh kamu ini benar-benar mesum, aku kira kamu alim, tapi ternyata penuh dengan kebuasan seperti lelaki pada umumnya, dasar, tenang saja aku akan memuaskanmu, bukankah kamu yang K.O duluan? Sudah jangan membahas itu kita masih di luar, enaknya jalan-jalan nih." Keduanya masih asyik berceloteh tanpa memperhatikan semua yang menatapi Khaibar. Pada akhirnya Kimberly tahu kalau semua anak tertawa gara-gara Khaibar masih berwajah manis seperti wanita dan masih memakai baju dress. Karena semua orang itu menunjuk-nunjuk ke arah kepala Khaibar serta badan Khaibar.
Khaibar yang melupakan itu dan belum paham dia melirik ke arah Kimberly dengan dahi yang berkerut. "Kenapa dengan mereka? Apa aku aneh?" Kimberly mengangguk dan menarik dress Khaibar. Khaibar pun akhirnya sadar dan mengusap wajahnya dengan kasar dan menarik tangan Kimberly dengan cepat karena dia merasa malu.
"Kim, kenapa kamu tidak bilang kalau aku masih seperti badut begini? Bagaimana ini? Kamu membawa baju gantiku kan? Kalau tidak ya sudah tidak jadi jalan-jalan."
"Ya aku bawa, tenang saja haha." Khaibar berjalan dengan menutupi wajahnya, dia juga lupa tadi tak membawa wignya yang dibuang oleh Koko tadi jadinya sangat kentara seperti banci rasanya.
Koko yang ternyata membuntuti Khaibar dan Kimberly sedari tadi pun berteriak kembali dengan keras saat keduanya sudah berada di parkiran mobilnya untuk mengambil baju ganti Khaibar.
"Kiiiiim." Kimberly menoleh dan membelalakkan matanya.
Dor. Dor. Dor!
"Aaaaaaaaaa. Tidaaaaaak."