Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 47 - Permintaan

Chapter 47 - Permintaan

Khaibar dan Kimberly sudah berada di rumah. Mereka kini bersantai di balkon kamar. Sesekali Khaibar melirik ke arah Kimberly dengan wajah yang memelas. Kimberly yang juga melihat ada yang tidak beres dengan tingkah laku Khaibar, dia langsung bertanya dengan sewotnya.

"Heeey, kamu kenapa, Khai? Apa masih sakit? Atau bagaimana? Wajah kamu benar-benar menjengkelkan! Memelas dan tak jelas seperti itu."

Khaibar yang merasa diperhatikan oleh Kimberly. Kursinya pun digeser penuh hingga berhimpitan dengan kursi yang diduduki Kimberly. Senyumannya merekah, ia kira Kimberly tak memperhatikannya, tapi nyatanya Kimberly sedari tadi memperhatikannya.

"Kim, aku sungguh bosan, bisakah kamu memberiku pekerjaan? Apapun itu, untuk menghilangkan kejenuhanku, masak aku di rumah saja," pinta Khaibar. Kali ini matanya dikedipkan berulang kali dan tangannya meraih tangan Kimberly dan mencium punggung tangannya, tapi dengan cepat Kimberly menarik tangannya kembali dan berdecih lirih.

"Sudah deh, jangan merayu. Kamu mau pekerjaan apa? Bukankah kamu masih sakit? Atau kalau kamu bosan nanti aku ajak kamu shopping bagaimana? Kamu jadi asistenku, lalu kita shopping sampai puas, bagaimana? Keren bukan? Bahkan semua cowok yang matre sangat suka kalau aku ajak shopping," balas Kimberly memberi usul.

Khaibar yang tak terima dengan balasan Kimberly dia langsung bangkit berdiri dan berteriak. "Apa!sho—shopping? Ti—tidaaaaak!" Teriakan itu membuat Kimberly mengusap-usap dadanya karena kaget dengan ulah Khaibar.

"Heeey kamu apa-apaan Khai! Teriak seperti itu, kalau papa dan mama bangun bagaimana? Bukankah kita tadi masuk ke dalam rumah sangat sepi? Ya itu karena mereka tidur, jadi jangan berisik! Lagian katanya minta diberi pekerjaan, disuruh menemaniku belanja tidak mau, lalu maksud kamu pekerjaan yang bagaimana? Bukankah sangat keren jadi body guard ku, bagaimana kamu ini," oceh Kimberly. Tangannya di angkat dan sekarang sudah berkacak pinggang dan bangkit berdiri juga. Keduanya saling berhadapan dengan wajah yang serius.

Khaibar tersenyum dengan malu-malu, wajahnya sungguh memerah menahan gejolak di hatinya, takut kalau Kimberly tak menerima permintaannya, tapi menurut Khaibar kalau tidak dicoba bagaimana dia bisa tahu kalau Kimberly menerima permintaannya atau tidak? Jadi Khaibar pun langsung menepis rasa itu dan memberanikan diri untuk bertanya, dengan nafas yang tak beraturan ia pun langsung mencobanya terlebih dahulu.

"Kim, itu anu, itu ... bolehkah aku itu ..." Suara Khaibar terdengar menyakiti telinga Kimberly rasanya, sangat tidak jelas. Kimberly langsung menyergah dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Kamu mau ngomong apa sih? Yang jelas dong, aku tunggu sampai 5 detik, kalau tak jelas gak akan ada waktu lagi, satu ... dua ... ti—"

"Eh, iya, iya, itu Kim, bolehkah aku bekerja di perusahaan, Papa? Jadi apa saja terserah yang penting aku mau membantu dan bisa mandiri, aku tidak mau seperti menumpang hidup gratis di sini," ujar Khaibar dengan suara sangat cepat, rasanya terdengar di telinga Kimberly tiada jeda saat berbicara, tapi Kimberly yang paham maksud Khaibar dia tersenyum, karena jarang ada cowok yang seperti Khaibar, kebanyakan cowok yang dekat dengannya hanya mau hartanya saja. Jadi Khaibar sangat berbeda dengan yang lainnya.

Kimberly pun berjalan dengan cepat ke arah Khaibar lalu memeluk Khaibar dan mengusap punggungnya. Ia sangat terpukau dengan ulah Khaibar. Khaibar hanya membisu dan membalas pelukan Kimberly. Dia tak mengulang katanya, biar Kimberly yang memutuskannya karena Khaibar tidak ingin memaksa, dia bukan ciri cowok yang seperti itu.

"Kamu serius ingin bekerja?" Khaibar hanya mengangguk. Kimberly pun melepaskan pelukannya, wajah cantiknya menatap Khaibar dengan mata yang nanar, lalu tangannya menggenggam tangan Khaibar, menggandeng tangan Khaibar dan berjalan ke arah luar kamar. Khaibar hanya patuh, meskipun ia tidak paham mau diajak ke mana oleh Kimberly, tapi dia tahu Kimberly yang sekarang berbeda dengan Kimberly yang dulu, cuek dan tak menghargainya, sekarang Kimberly sangat menghargai Khaibar, karena cintanya kepada Khaibar sudah menetas dan setiap hari bertambah.

Khaibar sangat syok yang ternyata Kimberly mengajaknya untuk bertemu dengan papa Kendrick. Terbukti karena mereka sekarang ada di depan kamar papa dan mamanya.

Tangan Kimberly mengulur ke arah pintu. Khaibar langsung mencekalnya dengan kepala yang digelengkan, berusaha menolak Kimberly. Namun, langsung diurungkan karena Kimberly melototkan kedua matanya.

Kimberly dengan cepat mengetuk-ketuk pintu kamar itu dengan suara yang mendayu-dayu, cara seperti itu sangat ampuh merayu kedua orang tuanya, walaupun kedua orang tuanya kadang melakukan malam panjang yang nikmat, tapi mendengar suara Kimberly yang seperti itu mereka langsung menyelesaikannya dan merespon Kimberly, meskipun terkadang mereka kesal, tapi tak bisa mengabaikan Kimberly.

"Pa, Ma, apa kalian di dalam? Ini belum malam lho ... masih siang, apa kalian membuat adik? Sudah deh cepat selesaikan! Kimberly tunggu di luar! Jangan lama-lama!" Khaibar hanya menoleh, dia sungguh merasa heran dengan keluarga ini, kenapa sangat terbuka sekali sifat mereka, bahkan berhubungan badan pun saling tahu. Khaibar yang merasa tak tenang karena teringat berhubungan badan dengan Kimberly ia langsung berbisik ke arah Kimberly yang kini sudah duduk di kursi depan kamar papa dan mamanya.

"Kim, jadi ... apa kemarin saat kita berhubungan, papa dan mama tahu? Kan kalian sangat terbuka, aaaaa kalau benar seperti itu, aku sangat malu dong." Khaibar langsung menutupi kedua wajahnya, dia memang benar-benar malu, tapi Kimberly hanya tertawa.

"Ya jelas tahu lah, kan suami istri sudah sepantasnya, kenapa malu? Kamu aneh, sudah duduk saja! Papa dan mama jelasnya masih membersihkan diri, paling sebentar lagi selesai." Khaibar yang patuh dengan ucapan Kimberly dia pun duduk di sampingnya, memotong rasa malunya itu dan berusaha melupakannya.

Saat Khaibar akan memulai obrolan kembali. Handle pintu kamar mertuanya bergerak, sehingga diurungkan oleh Khaibar, ia mengganti rasa malu itu dengan rasa was-was, selalu saja kalau dekat dengan papa Kendrick. Khaibar merasa sedikit horor dan bertegangan tinggi. Ia hanya melirik ke arah Kimberly dan menggenggam tangan Kimberly. Kimberly menepuk tangan Khaibar agar merasa tenang.

"Sudah, kamu jangan tegang seperti itu, Khai, santai saja! Ada aku, papa gak akan menggigitmu, kamu ini takut sekali sama papa haha." Setelah menyelesaikan tawanya. Terlihat Kendrick yang ke luar dengan istrinya. Keduanya sudah sangat rapi dan terlihat rambutnya basah.

Khaibar pun membatin. 'Ehhh ternyata benar ucapan Kimberly. Papa dan Mama sudah berumur, tapi sangat gaul, kalau jadi anak bagaimana haha, bisa-bisa anak dan cucunya seumuran, tapi tak apa sih keren juga kalau Kimberly punya adik.'

Kendrick dan Keysa lalu duduk di depan anak dan menantunya. Mereka sama-sama bersedekap dan berdehem bergantian, agar ada yang mau memulai percakapannya.

Kimberly melirik ke arah Khaibar, ia memberi kode agar Khaibar yang memulainya, karena Khaibar yang mempunyai permintaan itu.

"Ehem, Pa, Khaibar mau itu, anu," ucapan Khaibar benar-benar terbatas karena takut. Kimberly langsung menginjak kaki Khaibar dan akhirnya Khaibar pun langsung meneruskan ucapan itu dengan meringis kesakitan. "Ke—kerja di kantor, Papa, apa boleh?"

"Apa! Kerja? Haha."