Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 46 - Ponsel Baru

Chapter 46 - Ponsel Baru

Khaibar pun sudah resmi keluar dari rumah sakit. Dia sudah berada di dalam mobil dan bersandar di kursi mobil dengan Kimberly yang bersandar di pundaknya untuk menuju pulang ke rumah. Mereka terlihat sangat mesra, meskipun sesekali supirnya melirik ke arahnya lewat cermin depan mobil, tapi Kimberly tak perduli, ia semakin melekatkan sandarannya dengan menggosokkan kepalanya manja.

Kimberly yang merasa sedikit risih karena dilirik saja oleh supirnya dia langsung menyergahnya. "Ada apa, Pak? Melihati kita saja, apa Bapak iri? Benar-benar Bapak ini, sudah lihat ke depan saja!" pekik Kimberly yang dibalas anggukan oleh pak supirnya. Beliau tak membalas ucapan Kimberly karena memang dia salah dan berani lancang melirik ke arahnya. Semua tahu kalau Kimberly tidak seberapa suka berbicara kepada orang lain bahkan seluruh pembantu saja sangat jarang diajak ngobrol olehnya, makanya pak supir memilih diam, bukannya meminta maaf.

"Kim, jangan galak-galak, nanti kecantikanmu luntur, gak boleh begitu, kasihan pak supirnya," pesan Khaibar yang dibalas senyum meringis oleh Kimberly. Kimberly berinisiatif mengeluarkan ponsel yang ada di kantongnya lalu menekan aplikasi kamera dan memulai untuk berselfie.

Ia mengajak Khaibar untuk berselfie, tapi malah Khaibar menutupi wajahnya. Semakin Khaibar menutupi wajahnya. Kimberly semakin memaksa Khaibar untuk berselfie. Khaibar pun akhirnya tak bisa menolak, dia ikut berselfie ria dengan Kimberly karena terpaksa. Wajahnya sangat buruk dengan model rupa yang sangat datar membuat keduanya tertawa saat melihat hasil fotonya.

"Kamu jelek sekali, Khai, niat tidak sih kamu untuk foto, menyebalkan! Terlihat seperti paksaan wajahmu di foto ini, sekali-kali patuh kenapa kepadaku, dasar jelek haha," ejek Kimberly dengan diselai tawa. Dia sungguh gemas terhadap suaminya itu yang kadang sangat polos dan naif.

"Biarkan saja! Atau kalau tak terima hapus saja fotonya! Bahkan tikus kalau melihat foto itu saja jelas ketakutan haha, biar aman tuh ponselnya dari pencuri juga," balas Khaibar dengan tertawa juga.

Kimberly pun mengotak-atik ponselnya. Backgroundnya sudah diubah menjadi foto selfie bersama Khaibar tadi. Ia tersenyum sendiri. Lama Kimberly memainkan ponselnya dan melihati sosmednya. Khaibar hanya sesekali melirik, dia bahkan tidak kepo karena tahu kalau kebiasaan Kimberly pastilah narsis, apalagi kalau tidak begitu, sudah terbiasa dimanja kedua orang tuanya jadi pastilah akan seperti itu terus menerus, tapi itu tak menjadi masalah buat Khaibar.

"Pak, berhenti Pak, berhentiiii!" Kimberly menyuruh supirnya untuk berhenti mendadak. Membuat Khaibar terjingkat hingga dahinya hampir terbentur dengan kursi mobil depan. Ia menghela nafas panjang lalu memprotes Kimberly.

"Kim, kamu apa-apaan sih, Sayang? Kalau semua jantungan terus mati bagaimana? Mendadak sekali berhentinya, memang ada apa sih?" Kimberly menoleh. Dia terkekeh atas ulah Khaibar yang memprotesnya. Kimberly pun membuka pintu mobilnya lalu keluar terlebih dahulu, setelah itu Khaibar menyusulnya. Merasa penasaran. Kimberly tak membalas pertanyaannya.

"Kim, mau ke mana? Apa kamu mau membuangku?" tanya Khaibar lagi, mencoba memberikan candaan. Kimberly langsung memukul Khaibar dan menggelengkan kepalanya.

"Sudah, jangan banyak omong! Kamu cerewet sekali sih ... kalau mau membuang kenapa tidak dari dahulu aku, dasar! Lagian membuang juga enak benar di jalan raya begini, jelas kamu akan bisa balik lagi dong, mending kalau niat membuang ke hutan belantara sana! Ada-ada pikiran kamu ini, aku tak sejahat itu, sudah kamu ikut saja!" terang Kimberly yang sudah berjalan mendahului Khaibar.

Dia semakin jauh dari Khaibar, karena Khaibar hanya terbengong dan malas rasanya untuk mengikuti Kimberly. Tapi mau tidak mau Khaibar mengikuti Kimberly juga. Sebelum mengikuti Kimberly, ia pun menoleh ke arah pak supir dan meneriakinya.

"Pak, tunggu di situ saja ya, cari tempat yang cocok buat parkir, jangan di tepian jalan seperti ini, nanti kalau ada polisi gawat," pesan Khaibar. Supir mengangguk dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh Khaibar. Menurut supir itu sekarang status Khaibar sama dengan Kimberly, jadi wajib menjalankan perintah Khaibar juga, selaku tuan muda baru.

Setelah selesai berbicara kepada supir. Khaibar berlari berhamburan. Mengejar Kimberly agar dekat dengannya. Akhirnya Khaibar berhasil berdampingan dengan Kimberly. Nafasnya sedikit ngos-ngosan. Namun, ia senang sudah bisa berdampingan dengan Kimberly setiap hari, padahal dulu dia bagaikan body guard yang selalu membuntuti Kimberly di belakang, tapi sekarang statusnya sama, saling mencintai dan tak membedakan derajat lagi.

Khaibar malah menggandeng tangan Kimberly dengan sangat erat, membuat Kimberly menoleh dan tersenyum senang. Kimberly pun dengan cepat menarik tangan Khaibar, menariknya ke toko ponsel. Khaibar hanya mengernyit dan mengikuti saja. Dia pun bersedekap saat sudah ada di depan etalase bersama Kimberly yang sudah menunduk dan melihat-lihat ponsel-ponsel yang tertera di dalam etalase itu.

"Khai, apa itu bagus?" tunjuk Kimberly ke dalam etalase. Menunjuk ponsel yang menurutnya indah, dengan merek yang sama persis dengannya. Ponsel yang mahal harganya belasan juta. Khaibar ikut menunduk dan melihat ponsel itu, ia terbelalak saat melihat harga yang tertera. Sambil menoleh ke arah Kimberly. Khaibar pun berkata.

"Ya jelas bagus banget lah Kim, orang harganya saja segitu, bahkan ponselku saja biasanya harganya hanya 2 juta, 3 juta paling mahal, ini 10 juta bahkan ke atas? Wow sekali, isinya apa saja ponsel itu, bukankah kamu sudah punya ponsel? Lalu buat apa lagi, Kim Sayangku? Mending beli yang lain saja yang kamu tak punya," jawab Khaibar panjang lebar. Lalu dia menegapkan badannya. Membalikkannya dan berniat untuk duduk di kursi tunggu saja, tapi Kimberly langsung mencekal tangannya dengan cepat.

"Eits, mau ke mana? Aku mau membelikanmu, bukanlah ponselmu sudah sangat kadaluarsa? Bahkan sudah cocok dijadikan rongsokan, kalau aku sih gak akan beli ponsel dulu, kan baru beli aku, ini ponselku masih berumur satu bulan yang lalu, cepat pilih saja! Jangan menolaknya, tenang saja uangku tak akan habis, aku sudah punya segalanya jadi tak ada yang aku butuhkan sekarang!"

Khaibar hanya berdecih, dia pun terpaksa menerima pemberian Kimberly, kalau tidak begitu Kimberly pasti akan memaksanya, jadi Khaibar hanya menunjuk ke sembarang ponsel yang ada di etalase, tanpa melihatnya, dia sangat tidak serius rasanya, karena sungguh tak menyukai kemewahan.

Kimberly hanya tersenyum. Dia senang ternyata Khaibar memilih ponsel yang harganya lebih mahal dari yang ia tunjuk sebelumnya. Kimberly pun menyodorkan kartu kredit ke arah casier untuk membayarnya.

"Harganya 15 juta ya, Mbak, silahkan tekan pin di sini!" Khaibar yang mendengar ucapan harga ponsel itu dia langsung menyergahnya dan menolak dengan menodongkan tangannya ke tengah-tengah antara casier dan Kimberly.

"Apa! Li—lima belas juta? Tidak, Mbak, tidak jadi, yang lainnya saja!" Tapi Kimberly tak perduli, dia hanya mendorong tangan Khaibar lalu menekan pin dan membayarnya dengan cepat. Ponsel pun sudah ada di tangannya dan ditentengnya.

"Terima kasih, Mbak, sudah berlangganan di toko kami!" Kimberly mengangguk dan pergi menarik tangan Khaibar yang seperti tak terima dan melihati toko itu saja.

"Sudah, ayo! Ini ponselnya kamu bawa! Tak usah malu-malu, katanya sudah menganggapku istri, ya sudah ini terima!" Akhirnya Khaibar menerimanya dan mencium pipi Kimberly sebagai kata terima kasihnya. Mereka pun kembali ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.