Khaibar terus memandangi baju itu, yang ternyata itu baju ibunya yang pernah dipakai oleh Kimberly. Baju yang dibeli olehnya untuk ibunya. Baju Turkey yang dulu pernah dipinjamkan untuk Kimberly. Air mata pun menetes dengan sendirinya teringat oleh ibu Khazanah yang memakai baju itu dan kini sudah pergi untuk selamanya dan tak akan bisa melihat ibu Khazanah lagi.
"Iya ini baju yang kamu pinjamkan dulu, kenapa menangis? Bukankah malah senang aku kembalikan? Dan sekarang malah mau kamu pakai sendiri, jadi kurang baik apa coba aku, jelasnya kamu muat kalau memakai baju ini," terang Kimberly dengan menunjuk-nunjuk baju itu agar Khaibar segera memakainya. Khaibar hanya mengangguk pasrah, mengusap air matanya dengan kasar lalu bangkit berdiri dan ke arah kamar mandi dengan membawa baju dress itu sembari membawa wignya.
"Jangan lupa pakai semuanya tanpa sisaaaaa! Jangan sampai tertinggaaaaal," teriak Kimberly mengingatkan Khaibar. Khaibar hanya menutup pintunya seraya mengomel.
"Iya, iya cerewet! Tenang saja pasti akan lebih cantik aku dari pada kamu." Kimberly terkekeh atas ucapan Khaibar itu. Dia pun lalu duduk di kursi shofa yang empuk untuk menunggu Khaibar dengan membawa majalah di tangannya. Membuka-buka majalahnya dan membaca dengan seksama, Kimberly memang seperti itu dia sangat suka membaca majalah, apalagi majalah tentang artis dan gosip menggosip dia sangat tanggap dan cepat.
Tak lama kemudian Khaibar pun keluar sudah dengan memakai baju Turkey dan wignya. Kimberly menatapi dari ujung kaki hingga ke puncak kepala dia pun tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya, sungguh tidak bisa ditahan rasa ketawanya itu yang menurut dia Khaibar sangat lucu memakai itu, setelah itu langsung ditahannya ketawa itu saat melihat raut wajah Khaibar yang sudah kesal. Dia tak ingin Khaibar membatalkan rencananya.
"Hehe sorry, sorry, Sayangku, kelepasan, tapi kamu dilihat-lihat cantik juga ... tinggal di make-up sedikit pasti sudah oke," ucap Kimberly yang sudah serius, tapi Khaibar masih menganggapnya candaan sehingga dia langsung mengancam.
"Kim ... kalau kamu seperti itu aku batalkan ini! Menjengkelkan!" ancaman itu berhasil membungkam Kimberly dengan masih menahan tawanya. Khaibar pun duduk di depan cermin make up dan dengan wajah yang cemberut dan siap disulap oleh Kimberly.
Kimberly pun mencubit gemas Khaibar hingga ia berteriak. "Awww sakit, Kim ... kamu ini? Selalu jahat deh sama aku huh!"
"Salah sendiri dari tadi cemberut saja kayak tidak ikhlas, sudah dibilang cantik kok, topcer gak akan ketahuan penyamarannya malah dikiranya aku bercanda, heran aku sama kamu, lalu sekarang mau melanjutkan atau gimana? Yang ikhlas dong," oceh Kimberly dan itu membuat Khaibar membungkam mulutnya karena dia kali ini menjadi ganas akibat expresi Khaibar. Khaibar pun merasa bersalah dan menarik tangan Kimberly seraya menciumnya.
"Lanjutkan Sayang, aku ikhlas, kan aku takut kalau seperti banci dan semakin membuatmu repot, ya sudah deh ayo dipercepat, kamu juga belum make up diri sendiri juga nanti keburu telat," ucap Khaibar yang diangguki oleh Kimberly. Kimberly sesekali menepis tangan Khaibar yang terus sesekali jahil dan bergerilya menyusup ke dalam bajunya, rasanya dia terus menggoda Kimberly saja. Dari cubitan dan pukulan dilemparkan Kimberly untuk tangan Khaibar tapi tetap saja dia sangat jahil, hingga akhirnya Kimberly menggigit tangannya dengan keras.
"Haha gigitan cinta," canda Khaibar dengan tawa di sertai mendesis kesakitan.
"Kamu benar-benar ya hmmmm, kalau mau cepet jangan ganggu aku dulu! Apa kamu mau bermain di kamar saja? Dan tak jadi berangkat?" Khaibar pun menggeleng saat diomelin Kimberly lewat cermin yang mata keduanya saling bertemu di dalamnya. Setelah itu Kimberly melanjutkannya karena Khaibar sudah merasa tenang.
Kimberly tersenyum karena Khaibar sudah selesai dipoles, dia menatapi Khaibar dari samping dan seluruh sudut tubuhnya, tersenyum dan bangga dengan make up-nya yang sungguh bagus dan tak meninggalkan jejak kalau Khaibar adalah lelaki.
"Sudah selesai dan cantik, kamu aku namakan Khamsa, ya Khamsa saja, sesuai dengan riasan ini, sayangnya hanya body saja yang kurang oke dan kamu lebih tinggi dariku, tapi gak apa-apa yang penting kamu harus bisa menarik Koko agar terpincut kepadamu, menjebaknya ke arah polisi berada, setelah itu selesai tugas kita dan aman di dunia," jelas Kimberly dengan mengangkat semua jari jemarinya, menepuk-nepuk pelan sehingga menimbulkan tepuk tangan kecil.
Kimberly pun pergi ke arah ruang ganti setelah mengucapkan itu semua kepada Khaibar. Sekarang gilirannya untuk berganti baju dan make up sendiri, dia kali ini akan bersolek dengan polos saja agar lebih cantik Khaibar darinya, karena tak akan baik kalau lebih cantik dirinya dari pada Khaibar.
Khaibar yang kini di depan cermin menatapi dirinya terus dan rasanya merasa jijik melihat wajahnya yang seperti itu, seperti banci di jalanan yang menggoda om-om agar diberi uang, sungguh menyedihkan dia, tapi mau bagaimana lagi semua sudah keputusannya dan akan membantu Kimberly dari semua ini, jadi meskipun jijik dia menahannya.
'Semoga kali ini yang terakhir ujian yang diberikan Kimberly dan keluarganya, anggap saja ini ujian cinta untukku, hmmmm.' Batin Khaibar.
Khaibar pun menoleh, dia membelalakkan matanya melihat baju Kimberly yang mencolok dan sangat tipis, hingga Khaibar yang tak tahan dia memprotesnya.
"Kim, baju apaan itu? Tipis sekali, juga sangat mencolok, kamu mau mencuri perhatian Koko? Cepat ganti! Atau kalau enggak aku enggak jadi ikut! Cepat! Aku tarik sedikit saja sudah pasti sobek baju itu, sungguh sangat jelek!" Mendengar Khaibar yang terus mengejek dengan ganasnya membuat Kimberly mendekat ke arah Khaibar dan menariknya. Menarik ke dalam ruangan baju agar Khaibar memilihkan baju untuknya.
Khaibar pun tersenyum dan dia pun memilah baju untuk Kimberly, saat dirasa cocok dan sesuai seleranya dia memberikan kepada Kimberly.
"Ini? Apa tidak sangat norak? Apa cocok buat aku? Tidak sexy sama sekali!" umpat Kimberly yang tak terima.
"Kim? Mau apa tidak? Kalau mau lanjut kalau tidak aku mau tidur saja! Oke!" Berkat ancaman itu membuat Kimberly patuh dan kini dia ke arah cermin untuk memoles dirinya, sementara Khaibar ke arah kamar mandi untuk berwudlu, rasanya dia tidak ada pilihan lain membasuh wajah dan semuanya karen memang sudah menginjak waktu sholat.
Khaibar Terjingkat saat melihat wajahnya di cermin kamar mandi yang ternyata make upnya tak luntur dan tahan air. "Apa! Masak make up ini permanen? Dosa dong aku berwudlu nya? Lalu bagaimana cara menghapusnya?" Akhirnya Khaibar memutuskan untuk berteriak kepalanya dimunculkan untuk mengintip ke arah Kimberly.
"Kim! Kenapa make upnya terkena air tidak kenapa-kenapa? Apa permanen?" Kimberly tertawa, dia balik berteriak.
"Sudah kamu terus sholat saja, itu memang begitu make upnya, biasa mahal! Pastinya aman buat sholat, aku sudah bertanya kepada para ahlinya, kamu benar-benar kuno!" Mendengar itu Khaibar pun melanjutkannya dan sholat dengan khusyuk sementara Kimberly dia terus menatapi wajahnya yang memang cantik dari segi apapun.
Khaibar saja setelah menyelesaikan sholat dia terpaku dan rasanya ingin melahapnya, tapi langsung diurungkan dan berdehem keras.
"Ehem, sudah cantik! Ayo berangkat!" ajak Khaibar menggandeng tangan Kimberly. Kimberly yang teringat kalau Khaibar menyamar sebagai cewek dia melepaskan gandengan itu. Khaibar yang juga paham dia terkekah. Mereka pun berpamitan kepada papa Kendrick dan mama Keysa untuk diberikan kelancaran. Keduanya mengangguk dan senang dengan kekompakan anak dan menantunya.
'Semoga kalian berhasil.' Batin papa Kendrick.