🕊Memang terksdang ekspetasi tidak selau buruk dengan realita, namun harus berhati-hati jangan sampai terjebak🕊
Allura berdehem untuk menetralkan kecanggungan yang terjadi seraya memakai bando untuk membuat anak rambut tidak mengganggu saat mengambil air wudhu, perempuan itu memulai mengambil air wudhu dari mulai niat lalu membasuh kedua tangan untuk membersihkan sela-sela jari tangannya hingga sampai kaki sedangkan di sisi lain Saskara dengan serius dan pokus mencari apakah dengan cara mengambil wudhu sang istri salah atau tidak.
Setelah Allura selesai membaca doa wudhu, lalu manik matanya menatap Saskara yang terdiam, "hm, bagaimana Pak? Udah benar kan?"
"Pede kamu."
"Lagian Bapak daritadi diam aja, saya pikir wudhu saya bener."
Saskara berdehem, "sudah benar namun ada sedikit kesalahan saat di kaki basuhnya di sunnahkan sampai mata kaki dan tadi saya liat kamu tidak menyapu sela-sela jari kamu dengan air."
Allura meringis, kebiasaannya dari kecil kalau pada bagian kaki buru-buru, "hehehe, siap Pak. Besok saya benerin."
Allura memakai kembali kerudungnya lalu berjalan melangkahkan kakinya keluar kamar mandi tempat wudhu berabrengan dengan Saskara yang masuk untuk mengambil wudhunya.
Sedangkan di luar perempuan itu terduduk lalu dengan cepat memakai mukena karena jujur melihat respone laki-laki itu yang terdiam membuat dirinya tidak percaya diri kembali jika harus memperlihatkan kembali rambutnya yang terkesan seperti anak kecil karena sedari dulu Allura sama sekali tidak menyukai rambut panjang.
Mata perempuan itu mengerjap berkali-kali melihat pemandangan di depan. Bayangkan laki-laki sehabis wudhu masih dengan air wudhu yang menempel di wajahnya menambah ke tampnana berkali-kali lipat, lalu tangannya menyapu kebelakang rambut basah akibat terkena air saat berwudhu, memakai baju koko seraya sarung yang melekat pas dan menambah radar ketampanan oh jangan lupa saat mengancingkan 2 kancing teratasnya serta memakai peci dengan begitu aestetic hingga terpasang di kepala.
Damagenya, suami gue bukan nih?
"Karena udah hampir subuh kita shalat tahajud dua rakaat dan sat witir ya."
Allura langsung mengangguk dengan cepat seraya berusaha mengalihkan pandangannya karena sosok di sampingnya sangat jauh lebih tampan dengan koko dan sarung yang melekat di bandingkan pakaian dosen atau jas dokter yang melekat di tubuh laki-laki di hadapannya.
Selang lebih dari 25 menit akhirnya sudah selesai melaksanakan shalat dengan air mata perempuan itu sedikit menetes di saat sujud terakhirnya karena alunan bacaan merdu Saskara yang menghipnotis hingga tanpa sadar ini adalah pertama kali dalam hidupnya khusyuk dalam shalat.
Baru hendak ingin salim Allura menepuk jidatnya polos, "astagfirullah hampir aja saya lupa kalau Bapak Saska bukan Abi."
Saskara menaikkan sebelah alisnya dengan maksud bertanya kenapa alasannya, "katanya kalau suami istri walaupun udah muhrim jika berwudhu saling bersentuhan makan wudhunya batal."
"Dan dalam beberapa pendapat para ulama di luar banyak yang masih abu dan ada yang menerima tentang pendapat itu. Ada yang mengatakan bahwa boleh saja bersaliman tidak membatalkan wudhu asalkan tidak menimbulkan nafsu dan ada juga yang bilang sama saja tidak boleh walaupun dengan alasan tertentu. Cuman ya semua itu kuasa Allah, lebih baik cari amannya aja."
"Dan saya benar, lebih kita tidak saliman, wokeh."
Setelah melakukan shalat malam sebanyak 3 rakaat dengan 2 kali salam karena berbeda niat Saskara langsung memimpin dzikir setelah shalat dan membaca doa bareng-bareng, sedangkan perempuan yang tengah menatap punggung besar itu entah kenapa semakin terharu dan terus mengucap terimakasih kepada Allah atas nikmat jodoh yang telah di kirimkan untuk hidupnya insya Allah sampe Jannah-Nya.
Hingga tanpa sadar air mata itu kembali luruh kembali murni darihati karena tidak bisa di ungkapkan lagi dengan kata-kata apalagi di utarakan sudah cukup dirinya beruntung karena pesta pernikahannya bertema outdorr di bawah senja seperti impiannya dan kini sosok imam yang insya Allah baik sudah ada di hadapannya, tapi ada sedikit nyeri di hati karena takut tidak bisa mengimbangi taatnya Saskara soal agama apalagi Allura terbilang baru berhijrah setelah lulus SMA masih baru dan sangat awam bahkan shalat kadang masih tidak fokus dan iman masih naik turun untuk melakukan ibadah.
"Kamu nangis?" Allura mengangguk polos dan entah kenapa dengan melihat tingkah polos dan lucu perempuan yang sudah menyandang status ini sukses membuat dirinya sendiri tidak sadar bahwa tengah tersenyum kecil dengan tulus, "kenapa?"
"Untuk semua nikmat yang Allah berikan, soal jodoh terutama. Seperti yang tadi saya bilang, mungkin saya beruntung memiliki Bapak tapi tidak dengan Bapak."
"Why?"
Allura menarik napasnya pelan seraya menyapu sisa air mata, "Bapak itu suami idaman banget bagi semua wanita, baik dari segi agama maupun akademik. Pesona Bapak? Nggak usah di ragukan, sedangkan saya? Saya belum dari kata benar, saya baru hijrah setelah lulus SMA, saya masih kayak bocah Pak, ceroboh, cengeng, tukang ngeluh, banyak omong tapi nggak ada tindakan sama sekali dan agama saya jauh dari Bapak. Bapak seharusnya malu sama saya."
"Saya mau kamu komitmen sama saya." Allura yang tengah serius menatap Saskara kini mengkerutkan keningnya bingung, "Apa Pak."
"Saya nggak neko-neko soal istri, saya juga nggak punya kriteria khusus soal istri. Tapi, saya hanya menginginkan seorang istri yang siap saya bimbing. Bagaimana?"
Allura mengangguk antusias dan tersenyum, ini adalah impiannya karena sejak pertama kali berhijrah perempuan itu ingin ada yang membimbingnya apalagi soal perihal dakwah seperti ini dan harapan dalam doanya terkabul, "mau! Aura mau sangat!"
"Ambil al-Quran kita ngaji bersama-sama terus murojaah hapalan kamu."
Allura mengikuti perintahnya untuk mengambil Al-Quran yang biasa di bawah oleh perempuan itu dan mungkin sama dengan laki-laki itu karena bisa di lihat kusamnya kitab yang di turunkan Nabi Muhammad yang sangat berati bagi kaum muslim.
Setelah mengaji bersama tidak lupa Saskara menjelaskan setiap arti yang mereka baca dan memberitahukan kesalahan saat perempuan itu mengaji entah mahraj atau tajwidnya membuat Allura berkali-kali kagum dengan sosok di hadapannya ini karena benar-benar suami idaman!
"Ngerti?"
"Ngerti dong Pak, saya nggak sebodoh itu."
"Oke simpulkan yang kamu tau."
"Tentang Al-Furqan ayat 24 bahwa Allah menganugerahkan manusia berpasang-pasangan dan keturunan sebagai penyenang hati. Ya intinya gitulah ya Pak. Cuman inget ayat sakral itu."
"Ketauan kebelet nikah kamu."
"Buktinya saya nikah kan? Sama Bapak dosen sendiri lagi."
21.30🕊
#maaf kalau ada typo🙏🏻