🕊Jika benar kamu sudah membukakan pintu itu untuk aku, aku mohon ulurkan tangan kamu untuk menutunku dan jangan lepaskan jika memang kamu ingin aku tetap bertahan🕊
Kring!
Alarm ponsel berwana hitam berdering di meja nakas tempat tidur laki-laki yang baru terlelap dua jam yang lalu, Saskara mengerang sebentar karena rasa cape, letih dan ngantuk masih mendominasi mata hingga membuat tubuhnya sama sekali tidak terbangun dan berkutik.
Tangannya lalu mencari keberadaan ponsel yang masih berdering dengan masih mata terpejam lalu dengan sangat terpaksa mata itu terbuka mungkin laki-laki itu yakini matanya masih sangat merah, penglihatannya masih kabur dengan sesekali mata laki-laki itu menyipit untuk mempertajam apa yang di lihatnya setelah matanya mengerjap berkali-kali baru Saskara dapat melihat jelas kini sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari dengan label alarm bertulis tahajud dan subuh jangan sampai telat membuat tubuhnya terlonjak bangun membuat kedua matanya kembali segar.
Astagfirullah hampir saja terlambat bangun.
Kedua tangannya mengusap-ngusap wajahnya dengan kasar agar kantuknya hilang seraya melirik perempuan di sampingnya yang masih tertidur pulas dengan dengkuran halus menandakan perempuan itu sangatlah letih dan cape seperti dirinya, namun Saskara sama sekali tidak perduli karena baginya sekarang statusnya sudah sebagai suami yang harus bisa membimbing sang istri suka tidak suka Allura dengan apa yang akan di bimbingnya.
Tangannya menyentuh pundak perempuan itu berusaha membangunkan perempuan itu namun Saskara sadar bahwa perempuan itu sangatlah unik yaitu seperti kebo dan patung jika tertidur, Saskara menghela napasnya pasrah karena sudah berkali-kali menggoyangkan tubuh mungil perempuan itu namun nihil reaksi perempuan itu tepat tidur sungguh membuat Saskara semakin frustasi.
Matanya membulat dengan senyum kecil liciknya menuju arah kulkas lalu mengambil minuman kaleng dengan tanpa ampun dan kasihan benda dingin berkaleng itu menyentuh sebelah kanan pipi perempuan itu namun sungguh sulit di bayangkan hingga kepala Saskara menggeleng pasrah dan tidak menyangka bahwa pikirannya Allura akan terbangun namun nihil justru perempuan itu hanya mengerang dan bergerak sedikit.
Ni anak tidur apa mati sih.
Dengan tanpa menyerah tangan kanan terus menempelkan benda dingin di pipi kanan Allura sedangkan tangan kirinya menyibakkan selimut yang menyelimuti tubuh perempuan itu hingga Allura sangat terusik, "Umma, Aura nggak shalat dulu ya. Cape nih, tugas dari Pak Saska dosen otoriter nggak punya hati itu banyak banget!"
Saskara terkejut dengan barusan yang di lontarkan dari mulut merah alami perempuan itu, sesekali terkekeh dengan menyunggingkan senyum remeh karena tidak percaya bahwa Allura menyimpan dendam tersendiri terhadap dirinya, dengan perasaan menggebu sekaligus kesal tangan kanan Saskara mengusel pipi miliknya dan tangan kirinya terus menggoyangkan lebih kencang tidak memiliki perasaan mungkin jika ada yang melihat namun laki-laki itu tidak perduli karena perasaannya kesal akibat mendengar barusan yang di katakan mahasisiwi sekaligus istrinya saat ini.
Perempuan yang sedang asik-asik tertidur itu dengann perasaan kesal dan marah karena tidurnya harus terusik langsung membuka matanya seraya mencebikkan bibirnya tanda marah, "Umma! Astagfirullah."
Saat matanya terbuka dengan mulut sedikit terbuka Allura menahan napasnya karena melihat seseorang laki-laki berparas tampan beretina hitam legam menusuk penglihatan bola mata coklat terangnya.
Dengan masih posisi Saskara masih membungkuk ke depan arah tubuh mungil itu yang hanya berjarak mungkin 10 cm dan kedua tangan yang masih bertengger pada pipi dan bahu Allura membuat masing-masing dari mereka terhipnotis sebentar dengan atmosfer yang mereka ciptakan bahkan untuk menelan saliva bahkan bernapas sangat sulit.
Untung cahaya di kamar hanya di nyalakan lampu tidur yang jauh dari tempat tidur dengan pencahayaan kurang jelas berwarna orange sehingga mereka masing-masing tidak melihat wajah keduanya saling memerah dan menghangat.
Saskara akui dengan jarak sedekat ini entah kenapa membuat napasnya memburu hebat dan pikiran negatif menghantui karena paras cantik yang sudah di akui laki-laki itu sejak mengucapkan ijab kabul beberapa jam yang lalu, melihat Allura yang terdiam dengan wajah seperti itu membuat Saskara harus menelan salivanya kuat-kuat dan memejamkan matanya sedangkan Allura yang melihat sosok laki-laki di hadapannya terpejam matanya menjadi was-was karena takut akan hal negatif yang akan terjadi.
Meski umurnya masih muda 18 tahun namun Allura tidak sepolos itu karena tidak mengetahui jika setelah menikah lalu malam pertama akan melakukan apa sudah begitu dirinya pun jurusan kedokteran jadi sangatlah mengetahui bagaimana hormon laki-laki dan perempuan itu sedang tinggi atau kapan di saat seksual antara laki-laki dan perempuan meningkat.
Dengan cepat dan gesit kedua tangan kecilnya mendorong tubuh kekar itu hingga terjatuh di lantai membuat sang empu meringis karena sakit pada bokongnya, Allura yang melihat terpekik kecil seraya mengulurkan tangannya untuk membantu, "ya Allah Pak, maaf. Sini saya bantu."
Allura membantu membangunkan badan Saskara yang berkali-kali lipat dari tubuhnya yang hanya memiliki berat badan empat puluh tiga dengan tinggi seratus lima puluh delapan yang perempuan itu yakini sosok di sampingnya memiliki tinggi tubuh seratus enam puluh dengan berat badan delapan puluh.
Setelah laki-laki itu telah duduk, Allura menjadi kikuk, "maaf ya Pak, lagian bapak ngapain sih. Kalau bangunin saya yaudah bangunin jangan cari kesempatan dalam kesempitan."
"Ngawur."
"Loh saya nggak ngawur, buktinya tadi bapak deket-deket saya."
"Kamu, kayak orang mati."
"Apanya?"
"Tidurnya." Ucap laki-laki itu seraya menunjukkan minuman kaleng dingin kepada Allura hingga perempuan itu meringis, perempuan itu lupa bahwa dirinya sangat kebo dan bahkan para keluarga besar mengatakan bahwa Allura jika tidur seperti orang mati bahkan Leena mengkhususkan membangunkan Allura setengah jam sebelum waktu bangun.
"Maaf Pak. Saya lupa kalau tidur saya unik."
Saskara hanya bergumam, "wudhu."
Allura yang tertunduk itu langsung menengadah kepalanya, "mau ngapain Pak wudhu?"
"Shalat malam."
"Astagfirullah, lupa. Makasih ya Pak, ternyata kebiasaan kita eh saya dan Bapak sama."
Saskara hanya mengangguk seraya mengekori perempuan mungil itu sampai dalam kamar mandi membuat sang empu yang merasa di ikuti berhenti lalu membalikkan tubuhnya menatap Saskara bingung, "Bapak ngapain ngikutin saya?"
Laki-laki itu menghela napas, "sewaktu saya belajar dulu di Kairo ada yang mengatakan jika pertama kali yang harus di perhatikan saat beribadah dengan istri adalah cara berwudunya karena amalan pertama kali yang akan di hisap adalah shalat, itu juga yang saya lakukan kepada almarhumah istri saya."
Allura terdiam sebentar karena merasakan perasaannya berdesir, ternyata jika di pikir-pikir mulai saat ini perempuan itu harus terbiasa dengan Saskara dan Semesta yang sangat memiliki agama jauh di atasnya.
"Woi les privat dimana kosa katanya jadi banyak, Pak."
"Jangan banyak tanya. Cepet!"
"Ngeselin."
Allura mengangguk lalu masuk ke dalam kamar mandi seraya mencebikkan bibirnya kesal lalu kedua tangannya menaikkan ujung celana panjangnya hingga sampai lutut hingga terekpos kaki jenjangnya yang putih lalu sama menggulung kedua lengan panjang bajunya sampai siku dan yang terakhir perempuan itu terdiam sebentar karena sama sekali belum siap harus memperlihatkan rambutnya yang hanya di lihat Leena, Aira dan Nazia.
Saskara yang melihat Allura terdiam mengerti, "kalau nggak siap nggak papa. Bisa di lakukan kapan-kapan." Allura terkesiap langsung menggelengkan kepalanya, "nggak Pak, siap kok."
Dengan perlahan-lahan tangan mulus itu membuka kerudung soft pink yang sengaja perempuan itu pakai karena belum siap jika harus memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki selain sang Abi.
Saskara terdiam dengan sesekali terkesima sebentar saat kerudung itu sudah terlepas dari lekatan yang membingkai wajahnya untuk menutupi rambut Allura, cantik. Rambut pendek sebawah kuping berwarna hitam legam itu sangat cocok dengan wajah lugu dan polos Allura menambah kesann tersendiri.
Astagfirullah, sadar Sas.
21.21 🕊
#maaf kalau ada typo🙏🏻