Malam ini masih begitu beda dengan malam-malam sebelumnya.
Aku yang seringkali tidur tak terlalu larut, pukul sembilan mata masih bisa diajak kompromi hebat.
Tidak ada sedikit pun ciri-ciri kalau aku harus beristirahat.
Bahkan aku sendiri heran kenapa tak seperti biasanya aku begadang.
Memang ketika di kosan aku seringkali bergadang untuk memeriksa file-file yang dikirimkan oleh para Junior.
Tapi ketika aku pulang ke rumah, tak tahu kenapa aku paling tidak bisa diajak begadang.
Pukul delapan saja mataku sudah tidak bisa diajak menonton televisi.
Tapi ini sudah mau jam sembilan, mataku masih terjaga.
Sesekali aku kembali menyeruput susu hangat yang sudah tak lagi hangat.
Tak lupa ujung mataku pun selalu menangkap gerak-gerik Arnaf yang tak banyak bergerak semenjak Ayah habis mengobrol dari sini.
Entah malu atau grogi masih ada di dalam dirinya sehingga dia tidak banyak bicara seperti tadi.
Setelah menyerupit habis susu murni itu, aku kembali menyimpannya ke atas meja.