"Qis, hallo?" aku tiba-tiba tersadar tatkala Arnaf melambaikan tangannya tepat sekali depan wajahku.
Aku yang terperanjat seketika membuatnya keheranan.
"Kamu kenapa? Enggak apa-apa kan?"
"Ah e-engga kok. Aku nggak apa-apa."
"Terus tadi kenapa?" tanyanya terlihat khawatir.
"Nggak kok nggak ada apa-apa. Kamu tenang aja."
"Seriusan?"
Aku mengangguk mantap ke arahnya.
Kruyukkkk!!!!
Setelah beberapa saat kami terdiam, tiba-tiba perutku berbunyi. Dia tahu saja kalau saat ini aku sedang menahan lapar.
Suara itu yang justru mengalihkan perhatian Arnaf. Dia seketika berdiri kemudian merapikan jaketnya.
"Ayo." tanpa banyak bicara, dia tiba-tiba mengajakku.
"Eh kamu mau kemana? Ini udah malem lho."
"Sekarang emang udah malem, tapi bagi perut kamu nggak. Ayolah ikut aku. Lagi pula aku tahu kamu pasti laper banget kan sekarang."
"I-iya sih. Tapi...."
"Tapi apalagi?"
"Aku takut gendut kalau makan malam." lirihku pelan.