Chereads / Kembali Hidup Untuknya : Malaikat Pelindung Sang Pilot / Chapter 22 - Aku Akan Melindungimu 

Chapter 22 - Aku Akan Melindungimu 

Emosi Yudhi langsung tersulut, dan dia bergegas meraih kerah Rudi lalu mengepalkan tangannya untuk meninju wajahnya. Yuni tampak sangat ketakutan tapi dia dengan cepat menangkapnya "Yudhi, berhenti, jangan impulsif. "

Rudi mengertakkan gigi dan berkata "Dia masih saja seperti orang gila. Putranya berani memukul ayahnya? Yuni, jadi seperti ini anak-anak yang telah kau didik."

Fira bergegas maju, meraih kerah Rudi, dan melemparkannya ke dinding.

Lalu dia berbalik, mengulurkan tangannya untuk memeluk Yudhi, dan menepuk punggungnya "Yudhi, jangan marah... Ada kakak disini... Kakak ada disini. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggumu. Tenangkan dirimu, tenangkan dirimu."

Seluruh tubuh Yudhi gemetar, dan matanya merah.

Yudha berdiri di depan pintu, memperhatikan semua kehebohan itu dengan takut-takut. Rudi adalah orang yang membuatnya sangat takut, dan dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk melangkah maju.

Yudhi menggenggam tangan Fira, dan urat-urat di tangannya tampak menonjol.

Dia juga sedang berjuang melawan kegilaannya.

Ayah kandungnya sudah menyerah padanya. Matanya menunjukkan keputusasaan. Seolah-olah dia hendak berkata, 'kak, jangan menyerah padaku.'

Fira menahan napas "Kamu dan Yudha akan selalu menjadi adikku, dan kakak ada disini untuk selalu melindungimu."

Baru saat itulah Yudhi perlahan-lahan tenang.

Setelah Rudi dibanting ke dinding dengan keras oleh Fira, punggungnya serasa ditusuk-tusuk. Ketika dia teringat lagi bagaimana gadis itu mengirimkan panggilan pengadilan ke perusahaan, dia menjadi semakin marah.

"Fira, beraninya kamu memperlakukanku seperti ini? Kamu benar-benar anak yang tak terdidik."

Fira berbisik kepada Yuni "Bu, tolong jaga Yudhi."

Kemudian dia berbalik dan memandang ke arah Rudi dengan tatapan dingin "Di mata orang yang kusukai, aku tidak hanya berpendidikan, tapi aku juga sangat murah hati. Kalau Tuan Rudi mengira aku tidak berpendidikan, itu artinya aku sangat membencimu. Tuan Rudi selalu mengatakan itu pada orang lain. Kalau Anda berbicara buruk pada orang lain, maka Anda-lah yang tidak berpendidikan. Itu adalah ketidaktahuan yang sebenarnya. "

Rudi merasa pusing mendengarnya. Dia menunjuk ke arah mantan istrinya. "Yuni, apa kau yang mengajarinya bicara seperti itu?"

Fira berdiri di depan ibunya dan menepis tangan yang menunjuk ke arah ibunya "Kenapa Anda menunjuk ibu saya? Apa Anda pantas melakukannya? Jangan menyebut diri Anda ayah kami semua? Apa Anda pantas untuk itu? Pernahkah Anda memenuhi tanggung jawab Anda sebagai ayah selama sehari? Anda mampu membelikan tas bernilai ratusan juta untuk istri baru Anda, dan 200 juta untuk membelikan piano bagi putri tiri Anda. Tapi putra kandung Anda sendiri bahkan tidak mampu membayar biaya pengobatan. Karena sekarang Anda ingin tahu, apa saya serakah? Anda sanggup membelikan banyak tas edisi terbatas untuk istri baru Anda, tapi bukankah Anda juga turut andil dalam kelahiran si kembar? Anda begitu pelit saat harus memberikan uang untuk putri dan putra kandung Anda sendiri, apa menurut Anda, Anda sedang memberi makan anjing jalanan?"

Para tetangga menonton semua itu dengan gembira.

Rudi tadinya ingin memberantas keluarga kecil yang serakah itu tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau putrinya begitu pandai. Dia sama sekali tak bisa menyangkal semua perkataannya.

Dia benar-benar kehilangan muka disini.

"Ingin memaki saya? Kalau Tuan Rudi tidak ingin membayar uang, bersikaplah sopan, jangan datang ke sini dan memaki-maki seperti berandal jalanan. Kita akan bertemu lagi di pengadilan. Bukankah saya sudah memberikan kartu nama pengacara saya? Silahkan menghubunginya!"

Rudi begitu marah sampai dia hilang akal dan ingin melakukan sesuatu. Dia melihat Yudha.

Meski Yudha masih takut, tapi dia juga ingin melindungi kakak perempuannya.

Sebelum terjadi sesuatu, Fira menjaganya. Dia meraih pergelangan tangan Rudi dengan satu tangan, dan menggertakkan giginya, "Anda ingin memukul seseorang karena Anda tidak bisa memukul saya? Apa seperti ini kualitas Anda? Untungnya, kami tidak lagi tinggal di rumah yang sama dengan Anda. Kalau kita hidup bersama, Anda pasti hanya akan menjadi bajingan yang menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah!"

Bab 44 Kamu sama sekali tidak menakutkan

Rudi merasa sangat marah sampai dia tidak bisa berkata-kata "Oke, baiklah, kamu gadis baik... kamu gadis yang sangat baik ..."

"Karena kami tidak memiliki perlindungan dari ayah kandung kami, maka kami hanya bisa melindungi diri kami sendiri. Tuan Rudi, tolong renungkan kembali tindakan Anda!"

Siapa yang mau ditikam oleh gadis itu?

Siapa yang mau menjadi orang yang lembut dan sopan?

Tidak semua orang mau melakukannya.

"Kamu hebat, kamu memang hebat."

Fira mengangkat dagunya dan berkata, "Saya memberi Tn. Rudi tenggat waktu satu minggu. Kalau Tn. Rudi tidak bisa mentransfer uang ke rekening sesuai permintaan saya, maka panggilan pengadilan berikutnya akan dikirim ke rumah beberapa klien utama Anda dan meminta Anda memenuhi panggilan. Mari kita lihat saja bagaimana pendapat Anda saat itu?"

Rudi meraung "Apa kau berani melakukan itu?"

Fira tersenyum, sorot matanya dingin "Kalau begitu, mau melihat apakah saya berani melakukannya?"

Fira menatapnya dengan tatapan menantang. Entah kenapa, hal itu membuat Rudi sedikit malu.

Rudi menendang tembok dan berkata, "Yuni, seharusnya kamu meninggalkan ketiganya."

Usai Rudi pergi dari sana, Fira membawa si kembar kembali ke halaman rumah mereka bersama ibunya.

Fira bertanya pada Yudha dengan suara rendah "Apa kamu baik-baik saja?"

Yudha mengangguk dan menunjuk ke Yudhi.

Fira bertanya pada Yudhi lagi "Apa sekarang kamu sudah merasa lebih baik?"

Suara Yudhi terengah-engah "Barusan itu, rasanya seperti seseorang menyalakan api di kepalaku, dan darah di tubuhku bergolak. Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan tindakanku. Apa aku melakukan sesuatu yang buruk?"

Fira menyentuh kepalanya "Tidak buruk, sama sekali tidak buruk. Kamu hanya sedang sakit. Penyakit yang mirip pilek dan bisa diobati."

Yuni menghela nafas dan berkata, "Fira, lupakan saja, ini terlalu berbahaya."

Wajah Fira berubah warna. Dia menatap ibunya dengan keras kepala "Bagaimana mungkin kita mundur sekarang? Ibu ingin aku melupakannya? Bu, itu tidak mungkin. Ibu dengar sendiri tadi, dia tidak pernah merasa bahwa dia bertanggungjawab atas kami. Sebaliknya dia merasa kita sangat rakus. Pada orang yang tidak berperasaan seperti itu, apa kita perlu bersikap baik padanya?"

Yuni tak bisa berkata-kata, "Aku akan menemukan cara untuk menghasilkan lebih banyak uang."

Fira menghela napas lega "Baiklah, mari kita bersikap adil dan memilih. Suara minoritas harus mematuhi mayoritas, oke?"

Yuni tidak punya pilihan selain setuju.

Fira berkata, "Kalau ada yang tidak setuju meminta uang kepada Rudi, angkat tangan."

Hanya ibunya yang mengangkat tangannya.

Yuni memandang Yudhi, lalu Yudha.

Keduanya mengalihkan pandangan mereka.

Fira berkata lagi, "Kalau ada yang setuju meminta uang kepada Rudi, angkat tangan."

Fira dan Yudhi mengangkat tangan di saat yang bersamaan, dan Yudha perlahan mengangkat tangannya.

Yuni tampak terkejut, "Yudha, kamu juga..."

Fira meletakkan tangan di bahu ibunya "Jangan khawatir tentang ini, serahkan saja padaku."

Yuni takut tindakan agresif putrinya akan berujung pada balas dendam. Dia masih bisa menanggungnya kalau dia miskin, tapi dia tidak tahan kalau keselamatan anak-anaknya terancam.

Caranya bertahan di dunia ini adalah dengan menahan diri, bersembunyi di cangkangnya, tidak menyinggung atau memprovokasi orang lain, bahkan jika orang lain menyerangnya, dia akan bersembunyi lagi dan lagi.

Di dalam kamusnya, tidak ada yang namanya kesempurnaan, dan yang ada hanya sesak nafas.

Dia selalu hidup seperti ini.

Dia memiliki terlalu banyak kelemahan, dengan tiga orang anak, dia khawatir mereka akan disakiti.

Dia juga takut. Dia takut Fira akan menderita mengingat temperamennya itu. Sebagai ibu mereka, dia tidak cukup kuat, dia masih lemah dan tidak berguna, dan tidak punya cara untuk merawat ketiga anaknya dengan baik.